• Tidak ada hasil yang ditemukan

DARI GERAKAN SOSIAL, MENJADI KEYAKINAN KOLEKTIF KEAGAMAAN

Dalam dokumen MONOGRAFI ALIRAN KEAGAMAAN ISLAM DI INDONESIA (Halaman 145-153)

TAREKAT HABIB LUTFI DALAM DINAMIKA KUB DI KOTA

L. DARI GERAKAN SOSIAL, MENJADI KEYAKINAN KOLEKTIF KEAGAMAAN

Pemahaman konseptual masyarakat terkait keagamaan, baik dari masyarakat tingkat bawah ataupun akademisi, baik melalui budaya lokal, citra kerukunan dan menjadi bagian dari solusi, secara tidak langsung merupakan konsep yang dipahami dari sebuah gerakan tarekat yang disebarluaskan oleh tokoh tarekat Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. Akan tetapi, gerakan tersebut menjadi suatu pemahaman yang diyakini sebagai pemahaman keagamaan yang utuh dan seakan-akan bukan (hanya) ajaran tarekat.

Masyarakat yang telah merasakan aplikasi tarekat sosial merasa nyaman dengan konsep-konsep yang dipahaminya itu, sehingga diyakini menjadi “keyakinan kolektif keagamaan”. Penulis melihat hal tersebut bisa terjadi lebih karena kecerdasan tokoh tarekat, mereka berhasil meyebarkan ajaran-ajaran tarekat sosialnya melalui berbagai pergerakan, yang hingga kemudian ajaran-ajaran tarekat sosial tersebut mampu diserap dan diyakini masyarakat tidak melulu utuh dari ajaran tarekat akan tetapi menjadi paham keagamaan yang diyakini bersama dan diimplementasikan secara bersama dari berbagai elemen masyarakat yang berbeda latar belakang ideologi, ras dan keyakinan dasarnya.

M. KESIMPULAN

Gerakan tarekat di kota Pekalongan bukanlah gerakan tarekat pasif yang terhenti pada kegiatan-kegiatan individual seorang Sufi (hanya) dengan Tuhannya. Gerakan TQN di kota Pekalongan

berupa gerakan tarekat sosial, yang lebih memfokuskan kepada pembangunan peradaban dan pemberian kemanfaatan yang lebih besar kepada masyarakat. Untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan gerakan tarekat di kota Pekalongan dilakukan gerakan-gerakan sosial yang dimotori oleh Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. Pertama, memahamkan masyarakat tentang nilai-nilai ajaran (konseptual) tasawuf. Kedua, membangun interaksi dengan tokoh-tokoh, seperti pemerintah, tokoh agama, budaya, politik, dan para pemuda yang kemudian diterjemahkan dengan kegiatan-kegiatan sosial. Ketiga, membuat branding bahwa tarekat (tasawuf) menciptakan kerukunan antar agama, budaya, suku dan etnis. Keempat, memasukan ajaran tarekat sosial pada budaya-budaya lokal. Dan Kelima, meyakinkan masyarakat bahwa nilai-nilai taawuf dan tarekat adalah solusi bagi banyak konfl ik dan persoalan. Dengan lima hal tersebut, tarekat eksis di kota Pekalongan dan ajaran-ajarannya mudah diterima oleh masyarakat secara luas. Perlu digarisbawahi, gerakan sosial TQN memiliki motivasi untuk memperbaiki kondisi sosial-keagamaan masyarakat yang disinyalir memiliki banyak kekurangan.

N. REKOMENDASI

Gerakan tarekat di kota Pekalongan, yang eksis di masyarakat secara luas, merupakan implikasi-implikasi pengamalan tarekat yang dilakukan oleh seorang tokoh, yaitu Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. Walaupun tersebar di berbagai kalangan, dari mulai masyarakat tingkat bawah hingga para cendekiawan, ajaran dan amalan tarekat (selain ajaran tarekat sosial) secara umum belum dipahami dan diajarkan secara meluas dan maksimal di kota Pekalongan. Sehingga penting bagi masyarakat untuk

secara husus mengetahui nilai-nilai an amalan-amalan husus tarekat TQN terlebih dahulu, sebelum kemudian mengenali dan mempraktikkan ajaran-ajaran sosialnya dalam kehidupan nyata.

Dengan begitu masyarakat akan secara utuh memahami dan mengamalkan nilai tasawuf (baca;tarekat) yang mengandung unsur-unsur toleransi, kesetaraan dan kerjasama sebagai salah satu upaya menguatkan harmoni dan KUB.

Selanjutnya, untuk memperluas ajaran tarekat sosial hendaknya juga tidak apriori dengan soal kesejahteraan dan ekonomi rakyat. Ajaran tarekat akan lebih mudah menyebar luas dan menjadi “perekat” (sosial bridging, Varshney) ditengah keragaman dan problem ekonomi umat, jika hal tersebut tidak diabaikan.

O. DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, Ulil Abshar. 2018. Dalam Kopdar Ihya’ Ulil Abshar di PP. Mansajul Ulum Pati, Senin 19 Agustus.

Arabi, Ibn. 1980. Fusushul Al-Hikam. Beirut: Dar Kitab

al-‘Arabi.

Armina. 2013. “Kesatuan Agama-agama dan Kearifan Perennial dalam Perspektif Tasawuf ”. Jurnal Al-Tahrir, Vol. 13, No. 1, Mei: 127-149.

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2007. Fikih Sosial Kh Sahal Mahfuz.

Surabaya: Khalista.

Atjeh, Aboebakar. 1998. Pengantar Ilmu Tarekat. Jakarta: CV.

Ramadhani.

Aziz, Ahmad Amir. 2013. “Kebangkitan Tarekat Kota.” Islamica, Vol. 8, No. 1.

Bustomi, Ridwan. 2017. “Metode Bimbingan Agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam Menumbuhkan Bela Negara”. Skripsi UIN Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hlm. 41.

Ernst, Carl W. 2003. Ajaran dan Amaliyah Tasawuf. Yogyakarta:

Pustaka Sufi .

Firdaus. 2017. “Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah: Implikasi terhadap Kesalehan Sosial”. Jurnal Al-Adyan, Vol. 12, No. 2.

Frager, James Ferdinan dan Robert. 1997. Esensial Sufi sm. New York: Harper San Fransisco.

Gazali. 2017. Tarekat Naqsabandhiyah Haqqani di Indonesia.

Yogyakarta: Deepublish.

Hasan, Noorhaidi. 2006. “Book Review: Islam Politik, Teori Gerakan Sosial, dan Pencarian Model Pengkajian Islam Baru Lintas-Disiplin.” Al-Jamiah, Vol. 44, No. 1.

Idris, Ibnu Zatra dan Mediapro, Jannah Firdaus. 2019. Tasawuf Sufi untuk Kesehatan Jasmani, Mental, dan Spiritual. Jakarta:

Jannah Firdaus Mediapro.

Kafi e, Jamaluddin. 2003. Tasawuf Modern. Jakarta: Republika.

Khan, Hazrat Inayat. 2002. Th e Herat of Sufi . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Khanafi e, Imam. 2013. “Tarekat Kebangsaan: Kajian Antropologi Sufi Terhadap Pemikiran Nasionalisme Habib Luthfi ”. Jurnal Penelitian, Vol. 10, No. 2, November.

Ma’arif, Ahmad Syafi ’i. 1997. Islam: Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mashar, Aly. 2016. “Geneologi dan Penyebaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Jawa”. Jurnal Al-A’raf, vol.

XIII, No. 2.

Maulana, Luthfi . 2019. “Th eology of Humanity in the Sufi sm Community of the Sabbaqal Mufarridiyah Group in Pekalongan”. Jurnal Penelitian, vol. 16, no. 1.

Mufi d, Ahmad Syafi ’i. 2006. Tangklukan, Abangan, dan Tarekat:

Kebangkitan Agama di Jawa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mughni, Syafiq dkk. 2015. Diskursus Neo-Sufisme Muhammadiyah, Geneologi, Konstruksi dan Manifestasi.

Yogyakarta: UMM Press.

Muntafa, F; Ulum, R; Daulay, Z. 2017. Indeks Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Kementrian Agama, Indonesia.

Mulyati, Sri. 2010. Peran Edukasi Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya. Jakarta:

Prenada Media.

Ni’am, Syamsun. 2017. “Tasawuf di Tengah Perubahan Sosial (Studi tentang Peran Tarekat dalam Dinamika Sosial-Politik di Indonesia)”. Jurnal Penelitian & Multireligius, vol. 15, no. 2.

Nur, Kautsar Azhar. 2003. Tasawuf Perenial. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Opsantini, Rista Dewi. 2014. “Nilai-Nilai Islami dalam Pertunjukan Tari Sufi Pada Grup “Kesenian Sufi Multikultur”

Kota Pekalongan”. Jurnal Seni tari, vol. 3, no. 1.

PGI, Tim Balitbang. 1999. Meretas Jalan-Jalan Teologi di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Qushairi, Abdul Karim Hawazin. t.th. Risalah Al-Qushairiyyah. Kairo: Dar al-Kutub.

Rosidin. 2016. “Tradisi Lopis Raksaksa dalam Perspektif Kerukunan Umat Beragama di Kota Pekalongan”. Jurnal Al-Umm, Vol. 16, No. 1.

Saidurrahman dan Arifi nsyah. 2018. Nalar Kerukunan. Jakarta:

Kencana.

Seikanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.

Rajagrafi ndo Persada.

Setara Institut. 2018. Ringkasan Eksekutif Indeks Kerukunan di Inonesia. Jakarta: Setara Institut.

Shodiq, Ribut Tulus Rahayu, Jayusman dan Ibnu. 2016. “Konfl ik China-Jawa di Kota Pekalongan.” Jurnal of Indonesian History, vol 5, no 1.

Simuh. 2019. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam.

Yogyakarta: Diva Press.

Solehuddin, M. Sugeng. 2017. Reiventing Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Press.

Sultani, Muhammad dkk. 2011. “Bisnis Kaum Santri: Studi tentang Kegiatan Bisnis Komunitas Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Pekalongan”. Jurnal Penelitian vol. 8, no. 1.

Syaefuddin, Machfud. 2017. Gerakan Dakwah Cinta Tanah Air (Strategi dan Metode Dakwah KH Habib Luthfi Pekalongan”.

Jurnal Ilmu Dakwah, vol. 37, no. 2, Desember.

Syam, Nur. 2018. Menjaga Harmoni Menuai Damai. Yogyakarta:

Kencana Publisher.

Tebba, Sudirman. 2004. Orientasi Sufi sme Cak Nur. Jakarta:

Paramadina.

Wahab, Abdul Jamil. 2014. Manajemen Konfl ik Keagamaan.

Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Website:

https://oss.pekalongan.go.id www.tempo.com

www.nuonline.com www.delikjateng.com www.pekalongankota.go.id

Dalam dokumen MONOGRAFI ALIRAN KEAGAMAAN ISLAM DI INDONESIA (Halaman 145-153)