• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMBATAN MENUJU HARMONI SUNI SYIAH Seperti diketahui bahwa mengkaji Syiah tidak mungkin

dikepaskan dari persoalan global umat Islam karena ujung-ujungnya adalah perseteruan antara kelompok Iran dan kelompok Arab Saudi. Oleh karena itu, gerakan anti Syiah sendiri sesungguhnya juga gerakan Islam global sebagai reaksi atas munculnya gerakan Syiah di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Jika ada momentum global yang dianggap cocok dengan tujuan menghadang Syiah akan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Salah satu momen yang awalnya dianggap pas dan tepat adalah pergolakan di Suriah dan Yaman. Dengan adanya momen perang Suriah dan Yaman yang waktu itu seperti akan berhasil dilakukan pelengseran Bashar al Ashad dan kehancuran Hauthi Yaman, kalangan anti Syiah Indonesia sangat bersemangat melakukan Gerakan anti Syiah di Indonesia, mereka melakukan tour keliling Indonesia dengan agenda besar, yaitu dialog Suni Syiah, tabligh akbar dan demo menentang keberadaan Syiah yang biasanya dengan membentuk berbagai kelompok anti Syiah.

Dalam kesempatan dialog dan tabligkh akbar itu, para jamaah yang datang didorong mengumpulkan dana bantuan untuk

jihadis Suriah dan siap jihad ke Suriah. Tidak tahunya, umat islam akhirnya tahu bahwa mereka selama ini telah melakukan penipuan besar-besaran dan melakukan fi tnah berantai di Indonesia. (Wakhid Sugiyarto, 2016)

Seperti dijelaskan oleh Dina Sulaiman, dalam pengamatan penulis di media sosial (internet) sejak kasus Sampang (2012 – sekarang), berita bahwa Bashar al Ashad telah membantai Muslim Suni di Suriah di-blaw up besar-besaran dengan sumber utama White Helmets (Helem Putih). White Helmets adalah tim propaganda berkedok lembaga kemanusiaan yang dibentuk khusus untuk menghancurkan Suriah. White Helmets diprogramkan untuk melakukan propaganda dengan berita-berita palsu dan mengirim foto-foto palsu mengerikan yang seolah terjadi di Suriah. Anehnya berita dari White Helmets itu dirujuk kantor berita meanstreim seperti Al Jazera, ABC, BBC, NBC, Reuter dan hampir seluruh media cetak dan digital dalam negeri. Gambar-gambar masyarakat Suriah dibom gas beracun dan mayat dijejer di pinggir jalan seolah merupakan kerja pembantaian tentara Suriah adalah salah satu kepalsuannya.

Maksud White Helmets ini melakukan shooting fi lm adalah untuk memperlihatkan kejadian dan kekejaman di Suriah. Tetapi, tidak ada kejahatan yang sempurna, sehingga fi lm yang dibuat malah menjebak dirinya sendiri (blunder). Filmnya seringkali lucu, tidak logis dan langsung memperlihatkan kebodohannya.

Salah satu fi lm yang lucu tidak logis dan bodoh tetapi sempat viral di media sosial adalah regu penolong sedang menyemprot kerumunan orang seolah mau mati terkena bom gas beracun, tetapi si regu penolong itu tidak memakai masker ketika menolong orang-orang yang dinyatakan kena gas beracun. Di

samping itu, disekelilingnya banyak orang lalu lalang, sehingga sangat jelas terlihat bahwa fi lmnya dibuat secara amatiran. Dina Sulaiman (aktifi s Aisyah dan doktor ahli kajian Timur Tengah yang dituduh yang Syiah) sudah melacak semua jejak digital White Helmets ini dan telah menemukan kelicikan, konspirasi, keterlibatan propaganda media meanstreim global dan foto-foto mengerikan rekayasa White Helmets ini (Dina Sulaiman, 2014). Film pendek itu oleh kalangan anti Syiah Indonesia pernah dijadikan media propaganda berantai dan menyatakan bahwa itulah kebrutalan rezim Suriah. Penulis sendiri sempat malu sendiri ketika tidak yakin bahwa Rezim Suriah melakukan tindakan bengis seperti itu kepada rakyatnya. Apalagi beberapa teman sering memperlihatkan fi lm itu yang membuat penulis terdiam. Tetapi dengan informasi dari Dina Sulaiman itu, penulis menjadi tetap yakin seyakin-seyakinya bahwa razim tidak melakukan kejahatan perang seperti itu, apalagi kepada rakyat sendiri. Keyakinan saya bahwa berita kekejaman rezim Suriah adalah bohong selama ini ternyata sangat benar. Penulis menjadi yakin dan percaya, karena Dina Sulaiman yang melacak jejak digital White Helmets (Helem Putih) adalah ahli kajian Timur Tengah dengan keahlian yang hanya dimiliki sedikit intelektual Indonesia. Dengan keahliannya secara ilmu teknologi informasi, sehingga dengan mudah msmpu melacak jejak digitalnya,

Para penggiat anti Syiah Indonesia sangat berharap, berbagai propaganda yang disebarkan oleh White Helmets tentang pergolakan di Suriah dan Yaman dapat meyakinkan umat Islam sedunia tentang benarnya kampanye anti Syiah selama ini, bahwa jika Syiah kuat akan melakukan pembantaian kaum Suni seperti di Suriah dan memberontak seperti di

Yaman9. Para penggiat juga sangat berharap agar kaum Muslim Indonesia siap merogoh antong atau siap berangkat ke Suriah menjadi jihadis sebagaimana ribuan ekstrimis dari 84 negara lain ke Suriah yang katanya akan berjihad. Tidak terlalu lama setelah itu, ketika sudah berada di Suriah mereka merasa ditipu, yang akhirnya menyesal dan prustasi, hingga semangat tempur pun turun. Merekapun memprediksi bahwa kekalahan tinggal menghitung hari. Kegagalan ekstrimis dalam pergolakan Suriah dan multi nasional pimpinan Saudi menyelesaikan Syiah Zaidiyah Suku Houthi Yaman, telah membuka mata Muslim sedunia bahwa semua gejolak di Suriah, Yaman dan berbagai negara Timur Tengah tidak ada kaitannya dengan Suni maupun Syiah. Kaum Muslimnpun tsemakin tahu bahwa semuanya adalah rekayasa dan setingan Amerika, Arab Saudi dan Israel untuk menghancurkan Suriah, Libya, Mesir, Aljazair, Yaman dan sebagainya.

Seiring dengan gagalnya ekstrimis Suriah menggulingkan Bashar al Ashad dan gagalnya koalisi multi nasional pimpinan Arab Saudi (18 negara Islam) yang sesumbar menghancurkan Syiah Zaidiyah Houthi Yaman dalam hitungan pekan tetapi tidak terjadi, telah mengendorkan resistensi dan mobilisasi gerakan anti Syiah di seluruh dunia. Penggiat anti Syiah Indonesia pun tiarap dan tinggal secara sporadis saja mereka melakukan gerakannya, misalnya demo menentang kegiatan Asyura tetapi tidak ada lagi tabilgh akbar, pasang banner sesat/negatifnya

9 Tidak ada satupun negara dengan mayoritas berpenduduk Syiah dan minorotas besar Syiah kemudian membangun sistem imamah, kecuali Iran. Jadi ketakutan bahwa Syiah berbahaya bagi NKRI langsung tidak masuk akal dan patah dengan dalih apapun.

Syiah dan demo-demo anti Syiah seperti tahun 2010 - 2014.

Para penggiat anti Syiah mungkin juga malu sendiri, karena semua berita tentang kekejaman rezim Suriah dan kelahahan Haouthi Yaman ternyata palsu dan up loud foto-foto mengerikan dari White Helmets. Dagangan anti Syiah yang sempat laris manis dan bergemuruh, telah terkuak kebohongannya dan pastinya tidak dapat dipercaya lagi. Topeng White Helmets sebagai corong Zeonisme Barat dan Arab Saudi telah terbuka dengan jelasnya, utamanya bagi mereka yang suka mengamati Syiah dan pergolakan di Timur Tengah. Duniapun menjadi tahu, bahwa yang terjadi ternyata bukan perang antara Suni vs Syiah, tetapi antara pemerintah dengan ekstrimis Suriah (Jabbah Nusra dan ekstrimis dari 84 negara, besutan AS, AS 2 dan Israel). Hal inipun pernah dijelaskan oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (DBLBP) Indonesia untuk Suriah, Joko Haryanto ketika menghadiri acara ICIS di Jakarta 2013, bahwa pergolakan di Suriah bukan perang Suni Syiah seperti yang dipropagandakan oleh kalangan anti Syiah Indonesia. Joko Haryanto juga menjelaskan bahwa birokrasi pemerintah Suriah, tentara dan para jendral angkatan perangnya sebagian besar adalah penganut Suni. Hanya orang-orang bodoh yang percaya bahwa pergolakan Suriah merupakan pembantaian kaum Syiah terhadap kaum Suni Suriah. Sebagaimana juga dijelaskan juga oleh Dina Sulaiman, kenapa Bashar al Ashad harus diturunkan dan Suriah harus dihancurkan, karena tinggal Bashar Al Ashadlah pemimpin bangsa Arab yang anti Israel, dan tinggal bangsa Arab Suriahlah satu-satunya bangsa Arab yang tidak memiliki perjanjian damai dengan Israel dan tetap memiliki komitmen terhadap bangsa Palestina. Tujuan penghancuran Suriah adalah

menjatuhkan Bashar al Ashad dan jika presidennya jatuh akan dibunuh seperti Mu’amar Khatafi di Libya, kemudian ditinggal dan tamatlah benteng terakhir perlawanan terhadap Israel. Ada pertanyaan yang perlu direnungkan oleh kita semua sebagai umat Islam, yaitu ketika muncul ISIS di Irak dan Suriah. Kalau memang ISIS sangat kuat waktu itu, mengapa tidak menyerang Israel. Sungguh naif ada musuh yang sudah lebih setengah abad di depan mata harus diselesaikan, yaitu masalah Palestina tetapi malah menyerang saudara sendiri di Yaman, Irak dan Suriah (Dina Sulaiman, 2016). Masalah-masalah salah paham dan propaganda berbagai ajaran sesat Syiah bahkan fi tnah yang kemudian dipahami umat Islam, telah mengakibatkan semua kosa kata propaganda untuk merendahkan mazhab Syiah tidak lagi laku dijual. Semua propaganda, termasuk buku MPPSI dan fatwa sesatnya MUI Jawa Timur tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan simpatisan Syiah, karena tawaran dan program komunitas Syiah berbagai hal, terutama substansi agama seperti teologi, tafsir hadis dan sebagainya tetap menarik sehingga tetap mendapatkan pengikut baru. Komunitas intelektual Syiah tidak menyuruh-nyuruh kamunitas Suni untuk datang ke majelasinya, tetapi anak-anak muda dinamis sendirilah yang mencarinya karena merasa bahwa kajian intelektualnya menjanjikan kedalam makna dan substansi Islam. (Wakhid Sugiyarto, 2016)

Seperti dijelaskan sebelum bab ini bahwa kalangan anti Syiah seperti tidak mau tahu bahwa semua kitab babon madzhab Syiah belum diklasifi kasi seperti kutubussittah, tetapi masih campur aduk antara yang mutawatir, sahih, hasan, dhaif, maudu’ dan sebagainya. Kelemahan ini telah dimanfaatkan sebaik-baiknya dan akhirnya anti Syiah berhasil mengkapitalisasi wacana

sesatnya Syiah walaupun itu bersifat sementara. Keberhasilan dalam mengkapitalisasi wacana sesatnya Syiah dapat terjadi ketika umat Islam umumnya belum mengetahui banyak ajaran Syiah, belum tahu bagaimana mengkaji mazhab Syiah secara benar, belum tahu bahwa kitab-kitab besar Syiah tidak diklasifi kasi seperti kutubusittah, belum tahu substansi deklarasi Aman dan berbagai kesepakatan internasional tentang sahnya mazhab Syiah, belum tahu bahwa Ahmadenejad yang Syiah diundang menunaikan ibadah haji oleh raja Arab Saudi, belum tahu bahwa Salafi Wahabi dikeluarkan dari keluarga mazhab Ahlu Sunnah wal Jamaah (deklarasi Grozni tahun 2018), belum tahu infomasi akademisi yang pulang dari Iran satu persatu mengatakan bahwa Syiah di Iran tidak seperti dituduhkan di Indonesia, belum tahu bahwa semua berita dan up loud foto-foto mengerikan dari White Helmets ternyata palsu dan sebagainya.

Semua kesalahpahaman dan propaganda anti Syiah yang sempat berhasil dikapitalisasi itu jika tetap dipercaya, maka dapat menjadi penghambat dalam menjaga relasi harmoni antara Suni Syiah di seluruh Indonesia, termasuk di Bondowoso.

Dalam konteks Jawa Timur, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur telah memperagakan dirinya sebagai pemerintah yang gagal paham terhadap komitmen kebangsaan (empat kesepakatan dasar kehidupan kebangsaan) ketika menghadapi persoalan Syiah, sehingga muncul peraturan gubernur yang melarang kegiatan Syiah di Jawa Timur. Peraturan Gubernur itu merupakan dampak langsung dari gagal pahamnya MUI Jawa Timur terhadap mazhab Syiah dan komitmen kebangsaan sehingga melahirkan fatwa sesat MUI Jawa Timur No.

Kep-01/SKF- MUI/JTM/I/2012 Tentang Kesesatan Ajaran Syiah.

Peraturan Gubernur Jawa Timur itu adalah peraturan No. 55 Tahun 2012 Tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur. MUI juga meminta kaum Syiah mematuhi Pergub Jatim tersebut. Hal-hal ini menjadi penghambat seluruh upaya membangun harmoni dan relasi Suni Syiah. Sampai kapankah perseteruan itu berakhir, ketika sebagian besar ulama intelektual kedua belah pihak saling mengakui dan terus berupaya pendekatan mazhab? Hanya sejarah yang akan mencatat.

Dalam konteks Bondowoso, gerakan anti Syiah yang menjadi penghambat terwujudnya harmoni kehidupan sosial keagamaan sudah terjadi sebelum kejadian kekerasan tahun 2006 di Jambesari, yaitu setelah meninggalnya ustadz Hamzah sebagai pemersatu masyarakat Suni Syiah. Adalah KH. Abdul Muis (dulunya santri ustadz Hamzah) yang dalam pengajian umum mulai dan kemudian selalu menjelek-jelekan Syiah yang disusul dengan menyebarkan selebaran untuk memboikot komunitas Syiah terbitan al Bayinat Surabaya. Narasi dan propaganda anti Syiah terus bergumuruh, sehingga meledaklah kekerasan terhadap komunitas mazhab Syiah di Jambesari tahun 2006. Terhadap berbagai narasi dan propaganda anti Syiah itu komunitas Syiah tidak menjawabnya kecuali datang baik-baik ke rumah Habib Bagier dan minta penjelasan. Setelah itu (setelah mendapat penjelasan) tidak ada yang bergabung melakukan gerakan anti Syiah. Tetapi tidak banyak yang melakukannya kecuali para kyai dan muslim terpelajar. (Imam Syaukani, 2009).

H. KESIMPULAN

Naskah ini khusus membicarakan gerakan Syiah yang fenomenal sejak tahun 1980-an dan menemukan momentum di kampus-kampus hingga sekarang. Semua gerakan sosial keagamaan, termasuk gerakan Syiah hadir di hadapan publik karena pemerintah dan lembaga keagamaan dipandang belum mampu menjangkau semua umat mengatasi problem sosial maupun pemahaman keagamaan. Munculnya gerakan Syiah telah mendorong lahirnya gerakan anti Syiah dengan reaksi sangat dahsyat dan bergemuruh. Gerakan Syiah dan anti Syiah bukanlah gejala Indonesia saja, tetapi juga di berbagai negara.

Karena itu tulisan ini mengkaitkan Syiah internasional, Indonesia dan baru menukik ke Jawa Timur dan Bondowoso sebagai unit analisis.

Gerakan menghadang Syiah sudah ada sejak jaman Ibnu Taimiyah yang dijadikan dasar Salafi Wahabi untuk membenci Syiah, sehingga tuduhan tidak ada yang baru (basi/daur ulang), kecuali di Indonesia. Kreatifitasnya anti Syiah Indonesia ditunjukkan dengan gemuruhnya tuduhan Syiah itu diremot dari Iran, berbahaya bagi Suni dan NKRI, dan gemuruh kabar jika Syiah kuat akan melakukan pemberontakan seperti di Yaman dan pembantaian seperti di Suriah.

Gerakan anti Syiah di Indonesia diawali dari rekomendasi seminar MUI tahun 1982 bersama LPPI Jakarta dan terus sambung menyabung sampai akhirnya terbit buku “Mewaspadai Penyelewengan dan Penyimpangan Syiah di Indonesia (MPPSI)”

tahun 2012 yang tidak satupun terkonfi rmasi para ahli yang menganut Syiah. Buku MPPSI dan buku anti Syiah lainya masih didasarkan atas persepsi lama, salah paham, perbedaan

cara mengkaji dan merujuk kitab-kitab babon Syiah yang dapat dijadikan modal oleh umat untuk melakukan persekusi.

Buku MPPSI dan buku anti Syiah lainnya menjiwai semangat lahirnya fatwa sesat MUI Jawa Timur. Fatwa itu ditindaklanjuti oleh beberapa pemerintah daerah seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kota Makassar dalam bentuk larangan kegiatan di wilayah itu.

Hasil klarifi kasi di Iran tentang semua tuduhan anti Syi;ah Indonesia dan hasil penelitian para peneliti Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Bsdan Litbang dan Diklat Kementerian Agama di 23 kabupaten/kota tahun 2016, telah menghasilkan jawaban yang mengagetkan, bahwa semua tuduhan negatif anti Syiah di Indonesia tidak terbukti. Relasi Muslim Suni dan Syiah sangat baik, di Iran maupun seluruh wilayah penelitian. Di Iran relasi Suni Syiah yang baik dapat dilihat dari posisi Kaum Suni yang sangat istimewa, baik dalam kehidupan sosial keagamaan maupun dalam perpolitikan di Republik Islam Iran. Di Indonesia relasi Suni Syiah yang baik ditunjukkan dengan tidak membangun masjid sendiri, tetapi bergabung dengan saudaranya yang Suni. Di Bondowoso, masjid al Awabin diurus Bersama NU dan Syiah. Salatnyapun seringkali seperti Suni dan tidak mengajarkan mazhab Syiah kepada komunitas Suni, kecuali diminta dan tidak di tempat umum.

Jadi, semua tuduhan anti Syiah ketika berhasil diklarifi kasi, ternyata salah satunya disebabkan oleh pemahaman anti Syiah yang sangat berbeda dengan pemahaman komunitas Syiah.

Gerakan sosial keagamaan Syiah menawarkan banyak alternatif bagi kaum Muslim, yang membuat Syiah secara mazhab dan kosa kata naik daun. Mereka mendirikan yayasan

pendidikan, pesantren, majelis taklim, majelis dzikir, penerbitan buku-buku Syiah bermutu meliputi pemikiran politik, teologi, fi lsafat, fi kih, tafsir, hadit dsb, sehingga pembaca memiliki banyak pilihan. Klimaksnya adalah pendirian ormas IJABI dan ABI di tahun 2000-an.

Gerakan anti Syiah terus melaju, sehingga mulai ada konfl ik wacana dan kekerasan fi sik, tetapi kondisi umumnya, berhenti di latent tension karena Muslim Indonesia adalah Muslim moderat yang tidak suka konfl ik dan kekerasan. Pengikut Syiah sulit diterka jumlahnya karena taqiyahnya dan mendahulukan akhlak dari pada fi kih. Jumlah anggota dan simpatisannya, sulit diketahui. Taqiyah adalah cara menghindari persekusi, hambatan pekerjaan, usaha, tidak mau dipersulit hidupnya dan demi masa depannya, sehingga keberadaannyapun laksana fenomena gunung es. Syiah yang provokatif dan kontroversial disebut Syiah London (Syiah Akhbari/ Ahlul Hadits dalam konteks Ahlu Sunnah) yang marja’nya tidak diakui kaum Syiah meanstreim (Syiah Ushuli/Syiah rasional atau Ahlur Ra’yi dalam konteks Ahlu Sunnah). Mereka dipimpin Yasir Habib dan didanai Zeonisme internasional, sehingga isi ceramahnya selalu provokatif dan berbeda dengan isi ceramah dan fatwa para marja Syiah di negara-negara Timur Tengah.

Gerakan Syiah sebagai gerakan sosial keagamaan mendapatkan tempat di masyarakat Jawa Timur bahkan menjadi pusat perkembangannya, seperti Malang, Pasuruan, Bondowoso dan Jember. Di Malang, terdapat yayasan Al-Kautsar, di Pasuruan ada YAPI yang mengajarkan lima mazhab dan takhasus untuk persiapan pendidikan lebih tinggi di Iran, Irak, Lebanon dan PTAIN. Di Bondowoso ada YAPI dan Al Khairiyah. Sementara

di Jember ada al Hujjah. Semua Yayasan itu dibentuk dan dipelopori oleh Ustadz Hussein al Habsyi. Semua yayasan ini menawarkan pemahaman baru tentang teologi, fi lsafat, tradisi pemikiran Syiah, tafsir, hadits dan sebagainya.

Perubahan sikap semakin moderat telah terjadi, ketika semakin banyak akademisi dan elit agama dalam memahami Syiah lebih obyektif. Gagalnya ekstrimis Suriah menggulingkan Bashar al Ashad dan gagalnya koalisi multi nasional pimpinan Arab Saudi (18 negara Islam) di Yaman juga telah mengendorkan resistensi dan mobilisasi gerakan anti Syiah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Semua berita palsu dan up loud foto-foto mengerikan dari White Helmets dan dagangan anti Syiah yang sempat laris manis, tidak dipercaya lagi. Topeng White Helmets sebagai corong Zeonisme Barat dan Arab Saudi telah terbuka dengan jelasnya. Duniapun menjadi tahu, bahwa yang terjadi ternyata bukan perang antara Suni vs Syiah, tetapi antara pemerintah dengan ekstrimis Suriah (Jabbah Nusra dan ekstrimis dari 84 negara). Para akademisi dan elit agama secara berestafet berdatangan ke Iran, Irak dan Lebanon, untuk melihat dari dekat, hingga satu persatu menyatakan bahwa ajaran Syiah tidak seperti tuduhan anti Syiah di Indonesia.

Pemerintah Daerah Bondowoso, termasuk Kementerian Agama, FKUB, ormas keagamaan dan masyarakat sudah menunjukkan peranya yang luar biasa dalam menjaga komitmen kebangsaan yaitu empat kesepakatan dasar kehidupan kebangsaan, sehingga kegiatan Syiah tetap berlangsung dengan aman. Demo-demo anti Syiah semakin tidak dianggap oleh masyarakat di Bonfowoso. Di Jambesari yang pernah terjadi kekerasan terhadap komunitas Syiah, pada saat ini sudah

membangun masjid yang didukung Kepala Desa dan NU Anak Cabang Jambesari maupun NU Cabang Bondowoso.

Kelompok yang menolak eksistensi IJABI dan Syiah bukanlah ormas keagamaan mapan, tetapi hanya kumpulan beberapa kyai pesantren yang mengaku NU kemudian membentuk Forum Komunikasi Ulama Suni (FOKUS). Mereka hanyalah sekumpulan kyai NU kultural, bukan structural. Mereka tidak paham AD/ART NU yang berhaluan Ahlul Sunnah wal Jamaah dan penjaga komitmen kebangsaan. Fokus ini dahulu sering memobilisasi massa akar rumput untuk demo anti Syiah dan aktifi tasnya, meskipun kini sudah tidak diikut karena tidak relevan lagi.

NU Cabang Bondowoso seperti juga di tingkat pusat, tidak mau menyesatkan kelompok lain, termasuk Syiah. Sebagai bagian penopang utama Islam moderat, NU memilki konsep selalu mengayomi masyarakat. Ketua Cabang NU sendiri adalah pengurus masjid Jami’ Al Awabin Kampung Arab yang jamaahnya terdiri atas Suni dan Syiah. Tidak ada persoalan selama ini di masjid al Awabbin. Saiful Haq dan tokoh-tokoh NU Cabang adalah kawan dekat tokoh-tokoh Syiah, karena pada merekalah belajar agama. Saiful Haq juga menyatakan bahwa seluruh warga Nahdiyin Bondowoso akan pasang badan jika ada yang mengganggu komunitas Syiah. Begitupun PD. Muhammadiyah menyatakan bahwa hendaknya siapapun diberi ruang yang luas untuk melakukan kewajiban agamanya, pemerintah jangan terlalu masuk keurusan teknis kehidupan beragama. Hendaknya selalu diadakan koordinasi dan dialog antar maupun intern umat beragama. Dialog bukan untuk mencari perbedaan tapi lebih mengedepankan kesamaan dan kepentingan bersama.  Bagi

Muhammadiyah, konstitusi berkaitan kebebasan beragama dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan kepercayaannya harus diimplemntasikan bersama agar kebhinekaa dan NKRI tetap utuh. Di samping itu, Sekteraris juga FKUB menyatakan bahwa salah satu yang menjadi sebab adanya konfl ik adalah ketika ada pengajian yang penceramahnya dari luar yang tidak memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi masyarakat Bondowoso.

I. REKOMENDASI

Penulisan ulang hasil penelitian yang dilengkapi FGD ini menghasilkan beberapa rekomendasi. Adapun rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pemerintah memfasilitasi kalangan anti Syiah untuk dapat melakukan penelitian di Iran sebagai pusat Syiah, yang selama ini dianggap sebagai remot Syiah Indonesia;

2. Sebaiknya kalangan anti Syiah merepon keinginan ABI dan IJABI sebagai perwakilan sah komunitas Syiah Indonesia

2. Sebaiknya kalangan anti Syiah merepon keinginan ABI dan IJABI sebagai perwakilan sah komunitas Syiah Indonesia