• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Rimbo Recap

Desa Rimbo Recap merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong selaku daerah sentra beras di Provinsi Bengkulu. Jarak tempuh desa ke Ibu kota Kecamatan 2 km, ke Ibukota Kabupaten 3 km dan ke Ibukota Provinsi 85 km. Secara administratif, Desa Rimbo Recap berbatasan dengan kelurahan Air Putih di sebelah Timur, Desa Lubuk Ubar di sebelah Barat, kelurahan Dwi Tunggal di sebelah Utara dan Desa Suka Marga di sebelah Selatan. Topografi wilayah datar dan bergelombang dengan kemiringan 5-100, ketinggian 600-700 m dpl, suhu rata-rata 260C dan curah hujan berkisar antara 2.500 - 3.000 mm/tahun. Sebagian besar petani di Desa Rimbo Recap merupakan petani penggarap dengan usahatani budidaya tanaman pangan, seperti padi dan palawija. Penggunaan lahan dan luas wilayah Desa Rimbo Recap, terdiri dari lahan: persawahan 120 ha, perkampungan 10 ha, dan lain-lain 1,5 ha. Pola usahatani yang diterapkan masyarakat secara umum, adalah menerapkan pola tani (Padi) – (Padi+Palawija) – (Padi+Palawija/Sayuran).

Persepsi Petani

Hasil pengkajian memperlihatkan persepsi petani terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi sawah setelah diuji analisis statistik Wilcoxon Signed Ranks Test, memperlihatkan ada perbedaan antara persepsi petani mengenai PTT padi sawah sebelum dan sesudah implementasi kegiatan diseminasi percepatan adopsi. Dimana persepsi petani sebelum adanya kegiatan diseminasi secara umum berada pada kondisi kriteria cukup baik dengan rata-rata skor total 3,34. Kemudian setelah kegiatan diseminasi aplikasi komponen teknologi PTT padi sawah terjadi peningkatan persepsi menjadi kondisi kriteria sangat baik dengan rata-rata skor total menjadi 4,43. Sehingga secara keseluruhan, memperlihatkan dimana persepsi petani mengenai PTT padi sawah sesudah dilaksanakannya kegiatan diseminasi percepatan adopsi inovasi teknologi menjadi 132,63% atau mengalami peningkatan sebesar 32,63% (Tabel 1).

Begitu juga dengan masing-masing komponen teknologi, secara keseluruhan persepsi petani contoh terhadap penerapan masing-masing komponen teknologi tergambar 100% mengalami peningkatan dari sebelum penerapan dibandingkan dengan setelah dilaksanakannya kegiatan pengkajian diseminasi inovasi teknologi percontohan penerapan komponen teknologi dan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik padi sawah.

Tabel 1. Deskripsi persepsi petani terhadap penerapan PTT padi sawah sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan diseminasi percepaan adopsi inovasi teknologi di Desa Rimbo Recap Kabupaten Rejang Lebong.

Skor Persepsi Petani* Komponen Teknologi PTT Padi Sawah

Sebelum Sesudah

Varietas unggul baru 2,38 4,54

Benih bermutu dan berlabel 2,58 4,63

Pemberian bahan organik 2,17 3,88

Pengaturan populasi tanam melalui jajar legowo 2,71 4,71 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman & status hara 3,63 4,13 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 2,88 4,21 Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 3,79 4,04 Penggunaan bibit muda (umur <21 hari) 4,04 4,13 Tanam bibit 1-3 batang per rumpun 4,17 4,92 Pengairan secara efektif dan efisien 4,33 4,79 Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok 4,13 4,75

Jumlah 36,79 48,71

Rerata 3,34 4,43

Keterangan : * 1,00 -1,80 = sangat buruk; 1,81-2,60 = buruk; 2,61-3,40 = cukup baik; 3,41- 4,20 = baik; 4,21-5,00 = sangat baik.

Namun bila dilihat tingkatan persepsi masing-masing komponen teknologi, hanya terlihat komponen teknologi pengairan secara efektif dan efisien sudah sejak awal diterapkan perani di desa Rimbo Recap dengan baik yaitu berada pada tingkatan skor sangat baik (4,33). Hal ini dikarenakan desa Rimbo Recap telah memiliki jaringan pengairan untuk kebutuhan persawahan, sehingga kebutuhan air bagi usahatani padi sawah masyarakat tercukupi. Sedangkan komponen tekbologi lainnya seperti penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB); benih bermutu dan berlabel yang pada awalnya berada dalam kondisi buruk (2,38 dan 2,58) meningkat menjadi sangat baik (4,54 dan 4,63) dan pemberian bahan organik dari kondisi buruk (2,17) hanya meningkat menjadi tingkatan kondisi baik (3,88).

Komponen teknologi PTT yang tingkatan persepsi awalnya sudah berada dalam kondisi cukup baik adalah; Pengaturan populasi tanam melalui jajar legowo dan Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT berada pada skor 2,71 dan 2,88 juga telah meningkat menjadi sangat baik dengan skor 4,71 dan 4,21. Namun

untuk komponen teknologi Penggunaan bibit muda (umur <21 hari) dan Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman & status hara dengan skor awalnya 3,63 dan 4,04 hanya meningkat menjadi 4,13 dan 4,14 dan masih tetap berada pada tingkatan persepsi kondisi baik (rank skore 3,41- 4,20).

Sedangkan komponen teknologi tanam bibit 1-3 batang per rumpun serta panen tepat waktu dan gabah segera dirontok yang persepsi awalnya sudah baik (4,17 dqn 4,13), juga menjadi semakin baik (4,92 dan 4,76). Namun dari keseluruhan komponen teknologi PTT padi sawah yang didiseminasikan, komponen teknologi tanam bibit 1-3 batang per rumpun merupakan peringkat persepsi terbaik mendekati sempurna dan meyakinkan petani padi sawah di desa Rimbo Recap yaitu; berada pada skor persepsi petani 4,92.

Dari gambaran analisis masing-masing komponen teknologi yang masih bervariasi, terlihat bahwa peningkatan persepsi petani dalam penerapan PTT padi sawah tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan petani sendiri. Tetapi juga dipengaruhi berbagai faktor luar dan linkungan lainnya, seperti faktor kondisi, budaya atau kebiasaan sistem budidaya padi sawah yang turun-temurun. Bulu (2010) menggambarkan, bahwa persepsi petani terhadap sesuatu inovasi teknologi baru dapat dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (atau dari stimulus itu sendiri dan lingkungan). Secara psikologis, persepsi individu petani terhadap suatu inovasi teknologi sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemberian makna atau arti teknologi, pengalaman individu, perasaan, keyakinan, pengetahuan tentang inovasi, kemampuan berfikir dan motivasi untuk belajar. Van den Ban dan Hawkins (2000) menggambarkan, bahwa belajar adalah memperoleh serta memperbaiki kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek. Hal ini akan menimbulkan proses psikologis, sehingga individu akan menyadari apa yang ia lihat, ia dengar dan sebagainya.

Tingkat pendidikan diduga menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi petani. namun dari hasil analisis menggunakan Uji Statistik Koefisien Korelasi Peringkat Spearman, yernyata pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat

dimungkinkan oleh faktor-faktor eksternal lainnya yang belum terukur, seperti; norma-norma, kebiasaan, komunikasi sosial, interaksi sosial, dan belajar sosial individu petani dalam sistem sosial. Oleh Mar’at dalam Bulu (2010) hal tersebut merupakan salah satu faktor yang disebut sebagai “hambatan” dan merupakan salah satu variabel eksternal penentu persepsi petani, terutama kesesuaian inovasi teknologi terhadap kondisi ago-ekosistem maupun agro-klimat setempat.

Melalui kegiatan diseminasi inovasi komponen teknologi PTT padi sawah, tergambar perubahan persepsi petani bernilai positif, yaitu persepsi petani menjadi meningkat. Peningkatan persepsi petani mengisyaratkan bahwa petani percaya dan setuju dengan apa yang sudah diterapkan dan didiseminasikan. Peningkatan persepsi petani merupakan langkah awal dalam menumbuhkan minat (kepercayaan petani) dalam merubah keterampilan, sehingga pada akhirnya komponen PTT padi sawah dapat diadopsi dan diterapkan langsung oleh petani.

Berkaitan dengan hal tersebut, berarti bahwa dengan adanya kegiatan diseminasi yang meliputi demonstrasi atau praktek dan bimbingan langsung yang melibatkan petani secara partisipatif mulai dari awal hingga akhir kegiatan serta diikuti dengan penyuluhan (bimbingan dan edukasi) mengenai PTT padi sawah, telah mendorong pengetahuan petani menjadi meningkat yang pada akhirnya merubah persepsi petani menjadi lebih baik.

KESIMPULAN

1. Terjadi peningkatan persepsi petani mengenai PTT padi sawah sebelum dan sesudah implementasi kegiatan diseminasi dilaksanakan, dimana persepsi petani sebelum adanya kegiatan diseminasi berada pada kriteria cukup baik dengan rata-rata skor total 3,34 yang kemudian meningkat menjadi 4,43 dengan kriteria sangat baik dan secara keseluruhan memperlihatkan perserpsi inovasi teknologi tergambar menjadi 132,63% atau mengalami peningkatan sebesar 32,63%. 2. Persepsi petani secara keseluruhan terhadap penerapan dari masing-masing

komponen teknologi PTT padi mengalami peningkatan (100%) setelah dilaksanakannya kegiatan diseminasi inovasi teknologi percontohan penerapan

komponen teknologi dan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik pada padi sawah.

3. Pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat persepsi petani, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal lainnya yang belum terukur, seperti norma-norma, kebiasaan, komunikasi sosial, interaksi sosial, dan belajar sosial individu petani dalam sistem sosial serta kondisi lingkungan alam (agro-ekosistem dan agro-klimat).

DAFTAR PUSTAKA

Alma B dan Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung. Badan Litbang Pertanian. 2010. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Kementerian Pertanian.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Bulu Yohanes Geli. 2010. Persepsi Petani Terhadap Peran Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dalam Usahatani Padi di Kecamatan Sukaharjo Kabupaten Sukoharjo (Online). http://h0404055. wordpress.com/2010/04/07/. Diakses 30 Mei 2012. Bengkulu.

Dinas Pertanian R/L . 2011. Produktivitas Padi Sawah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010. Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong. Curup.

Pertiwi, R P dan Saleh A. 2010. Persepsi Petani Tentang Saluran Komunikasi Usahatani Padi (Online). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32203/ Pepi%20Rospina%20Pertiwi%28ppt%29_Makalah%20Penunjang.pdf Diakses 30 Mei 2012. Bengkulu.

Rentha, T. 2007. Identifikasi Perilaku, Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur (Skripsi S1). Universitas Sriwijaya. Palembang. Van Den Ban dan Howkins. 2000. Penyuluhan Pertanian. Penerbit CV. Kanisius. Yogyakarta.

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) PENTING PADA