• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN JAGUNG KOMPOSIT SUKMARAGA DAN LAMURU DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG

Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Sri Suryani M. Rambe

ABSTRAK

Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu sentra jagung di Provinsi Bengkulu. Tujuan penanaman jagung di Kabupaten Rejang Lebong adalah sebagai jagung pipilan kering dan jagung rebus. Masalah yang ditemui dalam usahatani jagung di Kabupaten Rejang Lebong antara lain sulitnya memperoleh benih jagung bermutu serta modal petani yang terbatas. Untuk itu perlu dilakukan kajian jagung komposit yang bertujuan untuk memperoleh varietas jagung komposit yang sesuai di Kabupaten Rejang Lebong. Kajian berupa observasi pada per tanaman jagung komposit dilakukan di Desa Teladan Kecamatan Curup Selatan pada tahun 2011. Varietas yang diobservasi yaitu Sukmaraga dan Lamuru. Pertanaman dua varietas jagung komposit dilakukan oleh 5 petani untuk masing-masing varietas. Hasil kajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman Sukmaraga lebih tinggi dari Lamuru. Produktivitas yang diperoleh pada varietas Sukmaraga 5,81 ton/ha kering panen, sedangkan varietas Lamuru 3,23 ton/ha kering panen. Produktivitas kering pipilan rata-rata varietas Sukmaraga 4,19 ton/ha lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2,47 ton/ha untuk varietas Lamuru.

Kata Kunci: benih bermutu, komposit, varietas

PENDAHULUAN

Luas areal tanaman jagung di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 adalah 28.205 ha dengan produksi 93.799 ton (BPS Provinsi Bengkulu, 2010). Salah satu sentra jagung di Provinsi Bengkulu adalah Kabupaten Rejang Lebong seluas areal 5.048 ha dengan produksi 16.937 ton. Jika dibandingkan dengan produksi jagung nasional, produktivitas jagung di Kabupaten Rejang Lebong masih rendah. Komoditas jagung yang banyak ditanam oleh petani adalah jagung hibrida dan jagung lokal. Sedangkan jagung komposit belum banyak dibudidayakan. Penanaman jagung yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Rejang Lebong bertujuan sebagai jagung pipilan kering dan jagung rebus. Jagung pipilan kering dipanen dari benih jagung hibrida sedangkan jagung rebus biasanya diambil dari jagung lokal.

Masalah yang dihadapi dalam usahatani jagung di Kabupaten Rejang Lebong antara lain sulitnya memperoleh benih jagung bermutu serta modal petani yang terbatas. Benih jagung hibrida tersedia akan tetapi produktivitasnya masih rendah. Hal ini dipengaruhi secara genetika tanaman itu sendiri maupun oleh lingkungan

sekitar tanaman. Menurut Kiesselbach (1950), jagung adalah tanaman hari pendek kuantitatif dan jumlah daun total, yang ditentukan pada waktu inisiasi bunga, dikendalikan terutama oleh genotip fotoperiode walaupun ada sedikit pengaruh suhu. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman jagung yang baik dan memperoleh hasil yang tinggi diperlukan kondisi tanah yang gembur dan subur. Kesuburan tanah merupakan salah satu aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Peningkatan kesuburan tanah dilakukan melalui pemupukan. Akan tetapi pupuk yang diberikan untuk tanaman jagung hibrida tidak sesuai dengan kebutuhan dan status hara tanah. Oleh karena itu diperlukan benih jagung lain seperti jagung komposit. Jagung komposit merupakan jagung yang dihasilkan dari campuran beberapa varietas sehingga individunya heterozygot dan heterogen (Derryadi, 2009).

Pengkajian jagung varietas Sukmaraga dan Lamuru telah dilakukan di beberapa tempat. Hasil pengkajian jagung varietas Sukmaraga yang dilakukan di Kecamatan Surantih Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan perlakuan tanpa olah tanah (TOT), produksi pipilan kering jagung Sukmaraga berkisar antara 1,86-6,50 t/ha dengan produksi rata-rata 3,4 t/ha. Sedangkan jagung varietas Lamuru produksinya berkisar antara 6,58-6,69 t/ha. Pengkajian dengan perlakuan pemberian pupuk Urea 450 kg/ha + 2,5 t/ha kompos produksi jagung varietas Lamuru lebih tinggi sebesar 6,69 t/ha jika dibandingkan dengan perlakuan pada pemberian Urea 300 kg/ha + 5 t/ha kompos yaitu 6,56 t/ha (Mulyadi, Sutardi dan Sudaryanto, 2005). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian keragaan pertumbuhan dan hasil jagung bersari bebas di lahan masam, Lampung jagung varietas Sukmaraga mencapai produksi 5,6 t/ha dan jagung varietas Lamuru 4,73 t/ha (Mustikawati, 2006). Kajian jagung komposit perlu dilakukan di Provinsi Bengkulu yang bertujuan untuk memperoleh jenis jagung komposit yang sesuai khususnya untuk daerah Rejang Lebong.

BAHAN DAN METODE

Kajian jagung komposit ini dilaksanakan di Desa Teladan Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong pada bulan April sampai November 2011.

Pengkajian ini dilaksanakan pada areal tanaman jagung milik petani dengan luas lahan ± 5 ha. Kajian yang dilaksanakan adalah kajian kesesuaian jenis jagung komposit (Sukmaraga dan Lamuru) pada lahan kering dengan ketinggian sekitar 675 m dpl. Data kondisi lahan dan agroklimat seperti curah hujan dan hari hujan serta data sekunder seperti potensi lahan juga dikumpulkan.

Kajian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah 2 varietas jagung komposit yaitu Sukmaraga dan Lamuru. Luas tanam jagung masing-masing petani 0,50 ha. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t.

Pendekatan yang digunakan adalah PTT jagung dengan rekomendasi pupuk yang diberikan 100 kg Urea/ha, NPK 400 kg/ha. Analisis tanah dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Parameter yang diamati adalah data vegetatif, generatif, produksi dan umur panen. Data dianalisis secara tabulasi dan dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis tanah di Desa Teladan, status unsur hara lahan tegalan adalah rendah N, sedangkan unsur P2O5 dan K2O sedang. Hasil pengukuran terhadap komponen hasil panen yang terdiri dari tinggi tanaman (cm), jarak tongkol ke tanah (cm), jumlah tongkol/batang, dan jumlah baris/tongkol menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada kedua varietas. Sedangkan parameter pengamatan terhadap panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah/baris, produtivitas kering panen dan produktivitas kering pipilan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada kedua varietas. Komponen hasil panen varietas Sukmaraga dan Lamuru dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen hasil panen jagung varietas Sukmaraga dan Lamuru.

Rata-rata varietas Parameter

Sukmaraga Lamuru Tinggi Tanaman (cm) 192,20a 152,94a Jarak tongkol ke Tanah (cm) 77,34a 61,98a Jumlah Tongkol/Batang 1a 1a Panjang Tongkol (cm) 9,27a 11,56b Lingkar Tongkol (cm) 8,01a 11,56b Jumlah Baris/Tongkol 7,60a 11,78a Jumlah Biji/Baris 15,20a 19,96b Kering Panen (t/ha) 5,81b 3,23a Kering Pipilan (t/ha) 4,19b 2,47a

Berdasarkan tinggi tanaman rata-rata pada varietas Sukmaraga 192,20 cm dan Lamuru 152,94 cm tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap tinggi tanaman pada kedua varietas. Jarak tongkol rata-rata varietas Sukmaraga 77,34 cm dan Lamuru 61,98 cm menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata. Jumlah tongkol/batang rata-rata untuk kedua varietas adalah 1 tongkol/batang dan menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata diantara kedua varietas. Panjang tongkol rata-rata varietas Sukmaraga 9,27 cm dan Lamuru 11,56 cm menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada varietas Lamuru. Lingkar tongkol rata-rata varietas Sukmaraga 8,01 cm dan Lamuru 11,56 cm menunjukkan adanya perbedaan nyata pada varietas Lamuru. Jumlah baris/tongkol varietas Sukmaraga rata-rata 7,60 dan Lamuru 11,78 cm menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata diantara kedua varietas. Jumlah biji/baris rata-rata varietas Sukmaraga 15,20 dan Lamuru 19,96 menunjukkan adanya perbedaan nyata pada varietas Sukmaraga. Produktivitas rata-rata kering panen varietas Sukmaraga 5,81 ton/ha dan Lamuru 3,23 ton/ha menunjukkan adanya perbedaan nyata pada varietas Sukmaraga. sedangkan hasil jagung pipilan kering varietas Sukmaraga rata-rata 4,19 ton/ha dan Lamuru 2,47 ton/ha menunjukkan adanya perbedaan nyata pada varietas Sukmaraga.

Berdasarkan hasil pada Tabel 1, panjang tongkol (cm), lingkar tongkol (cm), jumlah baris/tongkol, dan jumlah biji/tongkol lebih tinggi pada varietas Lamuru dibandingkan dengan varietas Sukmaraga. Akan tetapi produktivitas kering panen lebih tinggi pada varietas Sukmaraga yaitu 5,81 ton/ha sedangkan Lamuru 3,23 ton/ha. Begitu juga pada produktivitas kering pipilan, hasil varietas Sukmaraga lebih tinggi yaitu 4,19 ton/ha jika dibandingkan dengan Lamuru yang 2,47 ton/ha. Hal ini karena berdasarkan hasil penimbangan terhadap berat 100 butir varietas Sukmaraga lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas Lamuru. Berdasarkan hasil penimbangan terhadap berat kering 100 butir, rata-rata berat kering varietas Sukmaraga adalah 27,8 gram lebih tinggi jika dibandingkan dengan berat kering varietas Lamuru yaitu 18,68 gram.

Penanaman jagung varietas Sukmaraga berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong terutama di Desa Teladan karena hasil yang diperoleh tinggi yaitu 5,81 ton/ha kering panen atau 3,23 ton/ha pipilan kering. Sedangkan varietas Lamuru tidak cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong karena hasil rata-rata yang diperoleh rendah yaitu 3,23 ton/ha kering panen atau 2,47 ton/ha pipilan kering.

Produktivitas jagung varietas Sukmaraga yang ditanam di Desa Teladan memiliki kesesuaian lahan karena produktivitasnya tinggi jika dibandingkan produktivitas jagung rata-rata yang ditanam oleh petani di Desa Teladan. Produktivitas jagung di Desa Teladan berbeda antara jagung lokal dengan jagung hibrida. Produktivitas jagung lokal 2,65 ton/ha dan produktivitas jagung hibrida 3,35 ton/ha. Akan tetapi jika dibandingkan dengan potensi hasil berdasarkan deskripsi jagung varietas Sukmaraga yang ditanam di Desa Teladan Kabupaten Rejang Lebong masih rendah. Berdasarkan deskripsi, rata-rata potensi hasil jagung varietas Sukmaraga adalah 6,0 ton/ha sedangkan Lamuru 5,6 ton/ha.

Produktivitas jagung dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi jagung adalah curah hujan ideal berkisar antara 85-200

mm/bulan, suhu ideal 230-300C dengan ketinggian optimum 50-600 m dpl (Puslittan, 2011). Masih rendahnya produktivitas jagung varietas Sukmaraga jika dibandingkan dengan deskripsi salah satunya disebabkan oleh curah hujan. Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan, curah hujan rata-rata adalah 472 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 22,08. Akan tetapi pada saat penanaman yaitu bulan Mei-Juli curah hujan dan hari hujan cukup rendah. Sehingga pada fase pertumbuhan tanaman kekurangan air. Sedangkan pada fase pemasakan biji (bulan Agustus) jumlah curah hujan tinggi sehingga memperlambat waktu panen. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari BMKG Kecamatan Ujan Mas, curah hujan rata-rata pada tahun 2011 adalah sebanyak 472,42 ml/bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 22,08 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober hingga Desember 2011 yaitu berkisar antara 800-983 ml. Pada bulan-bulan tersebut tanaman jagung varietas Sukmaraga sudah panen sedangkan varietas Lamuru berada pada proses pemasakan buah. Sehingga pada fase pertumbuhan, pembungaan dan pembentukan biji terutama varietas Sukmaraga curah hujan kurang sehingga produktivitas pun menurun.

Rendahnya produktivitas jagung varietas Lamuru karena serangan hama penyakit lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas Sukmaraga. Selain itu, kulit jagung yang tidak menutup hingga ke ujung tongkol juga menyebabkan biji jagung terserang penyakit. Pada saat panen biji jagung varietas Lamuru lebih banyak yang busuk jika dibandingkan dengan varietas Sukmaraga. Ukuran tongkol besar dengan biji yang kecil serta ukuran tongkol yang tidak seragam menyebabkan produktivitas jagung komposit masih rendah jika dibandingkan dengan jagung hibrida.

Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan air yang cukup. Kekurangan air akan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan produksi menjadi terhambat. Sehingga waktu yang tepat untuk penanaman jagung adalah di awal musim hujan dan menjelang musim kemarau. Penanaman jagung yang dilakukan pada awal musim kemarau akan menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman tidak optimum.

Selain pengaruh iklim yang tidak sesuai pada saat penanaman jagung varietas Sukmaraga dan Lamuru, faktor ketinggian tempat lokasi pengkajian juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Guslim (2007), semakin tinggi suatu tempat, suhu dan intensitas sinar matahari yang terjadi di tempat tersebut semakin rendah. Respon tanaman terhadap kedua elemen cuaca tersebut akan menentukan tingkat kesesuaian tanaman untuk mampu tumbuh baik pada dataran tinggi. Penanaman jagung varietas Lamuru yang dilakukan pada ketinggian yang lebih dari 600 m dpl menyebabkan pertumbuhan tanaman dan produksi kurang optimal. Sehingga pertumbuhan jagung varietas Lamuru memberikan respon yang kurang baik dibandingkan dengan varietas jagung Sukmaraga. Daerah sebaran varietas Lamuru dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl, sedangkan varietas Sukmaraga dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl (Puslittan, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

1). Produktivitas jagung komposit varietas Sukmaraga dapat mencapai 5,81 ton/ha kering panen atau 3,23 ton/ha pipilan kering sehingga berpeluang dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong.

2). Waktu tanam jagung yang tepat pada awal musim hujan dan menjelang musim kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Bengkulu. 2010. Provinsi Bengkulu dalam angka 2010. Bengkulu. BPP Lubuk Ubar. 2012. Programa Penyuluh Pertanian. BPP Lubuk Ubar Kecamatan Curup

Selatan Kabupaten Rejang Lebong.

Dasmal. 2007. Penampilan jagung komposit varietas Sukmaraga pada budidaya tanpa olah tanah (TOT). BPTP Sumatera Barat. http://sjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8309413420.pdf. Diakses tanggal 26 Januari 2012.

Derryadi. 2009. Klasifikasi jagung. http://derryariadi.blogspot.com/2009/05/klasifikasi-jagung.html. Diakses tanggal 7 November 2011.

Goldworthy, P.R dan Fisher, N.M. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kiesselbach, T.A. 1950. Progressive development and seasonal variation of the corn crop. Nebr. Agric. Expl. Stn. Res. Bull. 166. Hal 49.

Mulyadi, Sutari dan Sudaryanto, B. 2005. Pengkajian penggunaan Urea dan Kompos pada pertanaman jagung varietas Lamuru di lahan kering beriklim kering. BPTP Yogyakarta.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/TPH/pengkajianpenggunaan.doc.

Tanggal diakses 25 jan 2012.

Mustikawati, D.R. 2006. Keragaan pertumbuhan dan hasil jagung bersari bebas di lahan masam, Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung. Sumber: http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=57 & Itemid=63. Diakses tanggal 22 Feb 2012.

Puslittan. 2011. Deskripsi jagung varietas Sukmaraga. http://www.puslittan. bogor.net/index.php?bawaan=varietas/varietas_detail&komoditas=05022&id=Lamuru &pg=5&varietas=1. Diakses pada tanggal 27 Juli 2011.

Puslittan. 2011. Deskripsi jagung varietas Lamuru. http://www.puslittan. bogor.net/index.php?bawaan=varietas/varietas_detail&komoditas=05022&id=Sukmar aga&pg=9&varietas=1. Diakses pada tanggal 27 Juli 2011.

PEMANFAATAN KOMODITAS PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER