• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Aplikasi Pengolahan Biogas dan Produksi Pupuk Cair

Aplikasi inovasi teknologi instalasi reaktor biogas yang sudah termanfaatkan gasnya untuk kompor gas, terkendala belum ramah lingkungan dan masih mengeluarkan bau disekitar kandang ternak sapinya. Berdasarkan kondisi tersebut dan lebih mengoptimalkan manfaat dari pengolahan biogas ini, telah dilakukan aplikasi peningkatan produtivitas biogas melalui penyempurnaan inovasi teknologi saluran pengaliran pada bak penampungan limbah buangan biogas sehinga dapat diolah menjadi pupuk organik cair.

Untuk dapat memproduksi pupuk cair limbah buangan biogas bak penampungan dibuat menjadi 4 bagian, kemudian dibuat saluran pada bagian bawah dari Bak I ke untuk memudahkan pengaliran sludge berupa cair kental pada Bak penampungan ke II sehingga bagian berserat akan naik kepermukaan untuk diambil dan ditumpuk pada bak penampungan kusus sebagai kompos padat. Selanjutnya untuk mengalirkan slud yang kekentalannya semakin encer, maka salurannya cukup dibuat pada bagian atas dari Bak penampungan ke II pada Bak ke III dan IV kemudian diendapkan selama 2 – 3 hari untuk mengendapkan padatan.

Bagian yang cair dimasukan kedalam 3 buah drum sudah disediakan dengan terlebih dahulu dilakukan penyaringan dan penyaluran secara berurutan pada drum 1, 2 dan 3. Kemudian diendapkan selama 2 – 3 hari untuk masing-masing drum penampung, selanjutnya akan terdapat cairan bening pada drum terakhir yang merupakan pupuk organik cair memanfaatkan limbah buangan biogas untuk dipaking dan siap digunakan pada tanaman sebagai pupuk organik cair.

Dampak dari pelaksanaan demo peningkatan produtivitas biogas adalah, semua kotoran ternak terolah menjadi biogas, pupuk organik padat dan cair. Disamping itu lingkungan kandang benar-benar menjadi ramah lingkugnan dan semua limbah yang dihasilkan termanfaatkan untuk biogas dan pupuk organik, serta terbukanya peluang kerja akibat pemanfaatan limbah pertanian. Menurut Syafa’at et al., (2003) sektor pertanian termasuk dalam hal pengolahan limbah

pertanian juga sebagai salah satu sektor penyedia lapangan kerja terbesar, yaitu lebih dari 40% kesempatan kerja masyarakat berasal dari sektor pertanian.

Aplikasi Pakan Untuk Sapi Penggemukan

Aplikasi inovasi teknologi pakan tambahan memanfaatkan limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu untuk sapi Bali penggemukan, masing-masing perlakuan diberi tambahan 5 kg solid; 3 kg solid+2 kg ampas tahu; 2 kg solid+3 kg ampas tahu; 5 kg ampas tahu disamping pemberian hijauan masing-masing 15 kg. Dibandingkan teknologi peternak hanya diberi hijauan 20-25 kg/hari untuk setiap ekor sapi Bali penggemukan selama 45 hari, telah memperlihatkan peningkatan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi Bali berturut-turut: 0,483 kg; 0,410 kg; 0,390 kg; 0,456 kg/ekor/hari dibandingkan hasil PBBH 0,275 kg/ekor/hari pada teknologi peternak. Selain pemberian pakan utama hijauan, ternak sapi potong juga perlu diberi pakan tambahan (Konsentrat) agar dapat memacu peningkatan produksi ternak. Penggunaan limbah dan sisa hasil industri pertanian sebagai bahan pakan tambahan ternak sapi potong merupakan alternatif yang dapat dimanfaatkan asalkan tidak memberikan dampak negatif bagi ternak itu sendiri (Umiyasih et all., 2004).

Dampak dari pelaksanaan aplikasi inovasi teknologi pakan tambahan untuk sapi penggemukan, telah meperlihatkan peningkatan produktivitas sapi Bali digemukkan lebih baik dengan pemberian pakan tambahan tunggal berupa solid

atau ampas tahu saja disamping pemberian hijauan, yaitu peningkatan PBBH harian mencapai 175,63% untuk pemberian solid dan 165,81% untuk pemberian ampas tahu lebih baik dari sapi Bali yang hanya diberi pakan hijauan saja oleh peternak (exiting). Selain itu peternak sudah mengetahui bahwa pemberian pakan tambahan perlu dilakukan pada sapi penggemukan, karena telah dapat meningkatkan produksi daging sapi dan meberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani peternak serta termanfaatkannya limbah tanaman maupun industri pertanian disekitar lokasi untuk percepatan peningkatan produksi daging menuju swasembada daging sapi.

Diseminasi Gelar Teknologi biogas dan pakan sapi

Gelar teknologi peternakan berupa pengolahan biogas dan pemberian pakan sapi untuk penggemukan, telah terdiseminasikan kepada masing-masing lebih dari 30 kelompok peternak sapi di Kabupaten Seluma melalui pertemuan dan tatap muka, diskusi dan peninjauan langsung ke lapangan. Sehingga para peternak telah dapat mengadopsi dan mengetahui manfaat dari diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi biogas dan pakan sapi memanfaatkan limbah industri pertanian. Melalui inovasi teknologi limbah dan sisa hasil ikutan agroindustri pertanian dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan sapi yang potensial untuk usaha penggemukan (Badan Litbang Pertanian, 2005).

Dari hasil diskusi terungkap bahwa peternak merasa kesulitan mengembangkan usaha peternakan karena terbentur berbagai faktor, seperti ketersediaan pakan ternak merupakan faktor dominan selain terbatasnya ketersediaan modal. Peternak sekarang sudah mengetahui dan bisa mendapatkan pakan berkualitas mudah dan murah untuk ternak sapi, dengan adanya diseminasi teknologi peternakan yang diaplikasikan dan dilihat langsung oleh peternak dilapangan. Sebenarnya apabila kita memepunyai kemauan, maka untuk mendapatkan pakan ternak yang mudah dan bergizi itu mudah dilakukan. Sebab disekitar kita banyak sumber pakan bisa dimanfaatkan sebagai pakan termasuk limbah pertanian yang selama ini tidak dimanfaatkan disekitar lahan usahatani kita (Syafii, 2010).

Dampak dan Umpan Balik Kegiatan

Dampak dan umpan balik pelaksanaan gelar teknologi dengan metode aplikasi dan didiseminasikan dilapangan secara langsung dirasakan bagi peternak dan kelompoknya. Karena telah dapat memberikan informasi langsung, baik secara terlihat maupun terdengar sehingga memudahkan peternak mengadopsi teknologi pengolahan kompos dan pakan penggemukan sapi memanfaatkan limbah disekitar lahan usahatani. Hal ini sejalan dengan berbagai kajian terdahulu, Departemen Pertanian (2001) dimana metode diseminasi teknologi dan informasi pertanian dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan, antara lain: (1) pengelolaan informasi

dan peragaan teknologi pertanian, (2) komunikasi tatap muka dan pengembangan media informasi dan, (3) Peningkatan kapasitas institusi.

Informasi teknologi pertanian yang mudah dan tepat akan diadopsi dan diterapkan oleh petani secara cepat, sehingga petani menguasai teknologi tersebut dan menjadi lebih tangguh dalam persaingan global dan memiliki keterampilan dalam menerapkan inovasi teknologi serta mampu menghadapi resiko usaha. Dalam penerapan suatu teknologi, maka petani perlu diajari, dilatih dan dibimbing sehingga mampu untuk melakukan sendiri. Ada hal penting yang perlu diketahui dalam proses belajar tersebut 1) ada keaktifan dari individu yang sedang belajar, 2) terjadi proses internal atau proses mental, 3) terjadi perubahan perilaku, dan 4) petani aktif mengembangkan diri dan mengembangkan potensi. (Asgari, 2001).

KESIMPULAN

1. Perbaikan tatalaksana pengolahan biogas telah dapat meningkatkan pemanfaatan limbah kotoran sapi selain untuk biogas, juga dapat memproduksi pupuk cair selain pupuk padat dan membuka peluang usaha bagi peternak sapi sekaligus memberi manfaat terhadap kebersihan kandang dan lingkungan maupun kesehatan ternak sapi.

2. Diseminasi teknologi pakan untuk penggemukan sapi potong dengan pemberian pakan tambahan solid dan ampas tahu memberikan pengaruh positif pada pertambahan berat badan harian (PBBH) ternak sapi Bali dan secara tidak langsung juga meberikan peluang terhadap peningkatan pendapatan peternak sapi.

3. Hasil akhir dari gelar teknologi pengolahan biogas dan pakan sapi telah dapat meningkatkan pengetahuan peternak dan kelompoknya, bahwa berbagai limbah pertanian dapat diberdayakan bagi kebutuhan usaha peternakan termasuk peningkatan produksi daging yang dapat menunjang PSDS.

4. Petani peternak sudah mau mengadopsi inovasi teknologi peternakan dengan memanfaatkan limbah ternaka dan pertanian di sekitar lokasi usaha, dari sebelumnya belum termanfaatkan dan bahkan juga mengganggu keramahan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Asgari. 2001. Peranan Agen Pembaharuan/Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya manusia pengelola Agribisnis. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Asgari. 2001. Peranan Agen Pembaharuan/Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya manusia pengelola Agribisnis. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana Aksi Ketahanan Pangan 2005-2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarata.

Departemen Pertanian. 2001. Pedoman Penelitian Metode Penyuluh Pertanian. Pusat Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Fawzia, S. 2002. Revitalisasi Fungsi Inmformasi dan Komunikasi Serta Diseminasi Luaran BPTP. Makalah di Sampaikan Pada Ekspose dan Seminar Teknologi Pertanian Speszifik Lokasi., 14 – 15 Agustus 2002 di Jakarata. Pusat Penelitiuan dan pengembanag Sosial Ekonomi. Bogor.

Safa’at, N., S. Maryanto dan P. Simatupang. 2003. Dinamika Indikator Ekonomi Makro Sektor Pertanian dan Kesejahteraan Petani. Dalam Analisis Kebijakan Pertanian (I): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Syafii Muhammad. 2010. Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak. Loka Latih Petani Jombang. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam). Jombang.

Tjiptopranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian. Balai Pusat Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor.

Umiyasih, U., Gunawan, D.E. Wahyono, Y.N. Anggraini dan I.W. Mathius. 2004. Penggunaan Bahan Pakan Lokal Sebagai Upaya Effisiensi pada Usaha Perbibitan Sapi Potong Komersial. Prosd. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

EFISIENSI PEMANFAATAN BAHAN MAKANAN TERHADAP BERAT