• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Dalam dokumen Ppd Puskesmas 2011 (Halaman 55-58)

Kompetensi : 3B

Laporan Penyakit : 1706 ICD X : O21

a. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan yang terjadi sampai umur kehamilan 22 minggu. Muntah dapat begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan kembali.

b. Penyebab

Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori penyebab: 1) Peningkatan estrogen

2) Peningkatan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) 3) Disfungsi psikis

c. Gambaran Klinis

Secara klinis hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu: 1) Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar darah.

Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistole menurun.

Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih normal.

2) Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat.

Subfebril, nadi cepat dan lebih 100–140 kali/menit, tekanan darah sistole < 80 mmHg.

Apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.

3) Tingkat III

Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada dan proteinuria.

d. Diagnosis

1) Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus. 2) Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali/menit, tekanan darah menurun

pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma). 3) Pemeriksaan fisik: dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus,

sianosis, berat badan menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai usia kehamilan.

4) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton dan proteinuria.

e. Penatalaksanaan 1) Diet

Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.

Kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

2) Pada keadaan berat:

Hentikan makan/minum per oral sementara (24–48 jam). Infus dekstrosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes/menit. Obat :

a) vitamin B i.v : Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50–100 mg/hari/infus, dan Vitamin B12200 mcg/hari/infus,

b) klorpromazin 25–50 mg perhari bersifat penenang minor sekaligus antiemetik

c) Antasida tab tiap 8 jam

Pertimbangkan untuk dirujuk ke rumah sakit.

f. KIE

1) Tujuan terapi: mengobati emesis supaya tidak terjadi hiperemesis. 2) Pencegahan:

a) Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis, sehingga pasien tidak perlu takut untuk hamil.

b) Makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Hindari makanan berminyak dan berbau. Makan makanan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

40. HIPERTENSI

Kompetensi : 3A (anak); 4

Laporan Penyakit : 1200 ICD X : I10

a.

Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg (sistolik) dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg (diastolik) pada seseorang yang tidak sedang makan obat antihipertensi. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

b. Penyebab

1) Hipertensi primer: 90–95% tidak diketahui penyebabnya. 2) Hipertensi sekunder: 5–10%.

a) Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

b) Penyakit ginjal.

c) Kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

d) Feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

e) Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan.

f) Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

c. Gambaran Klinis

Pada pengukuran tekanan darah dan jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Kriteria Diagnosis Hipertensi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kriteria Diagnosis Hipertensi sesuai Klasifikasi US JNC 7

Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg) Normal <120 dan <80 Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi stage I 140-159 atau 90-99 Hipertensi stage II ≥ 160 atau ≥ 100

*TD: tekanan darah

Keterangan: US JNC = Joint National Committee d. Diagnosis

Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk/berbaring 5 menit.

Apabila pertama kali diukur tinggi (≥140/90 mmHg) maka pengukuran diulang 2x pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. e. Penatalaksanaan

1) Langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup pasien (Tabel 14): a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

b) Mengubah pola makan pada pasien diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.

c) Mengurangi pemakaian garam sampai < 2,3 g natrium atau 6 g natrium klorida tiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi konsumsi alkohol.

d) Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.

e) Pasien hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

f) Berhenti merokok.

2) Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut ini: a) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5–25 mg perhari dosis tunggal pada

pagi hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi/edema paru).

b) Atenolol mulai dari 25–50 mg sehari sekali. c) Kaptopril 12,5–25 mg tiap 8-12 jam.

d) Amlodipin mulai dari 5 mg tiap 24 jam, bisa dinaikkan 10 mg tiap 24 jam.

Tabel 14. Modifikasi Gaya Hidup pada Kondisi Hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Rerata

penurunan TDS Penurunan

berat badan

Jaga berat badan ideal (BMI: 18,5 - 24,9 kg/m2) 5–20 mmHg/ 10 kg

Diet Diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah

8–14 mmHg

Pembatasan intake natrium

Kurangi hingga <100 mmol per hari (2.4 g natrium atau 6 g natrium klorida)

2–8 mmHg

Aktivitas fisik aerobik

Aktivitas fisik aerobik yang teratur (mis: jalan cepat) 30 menit sehari, hampir tiap hari dalam seminggu

4–9 mmHg

Pembatasan konsumsi alkohol

Laki-laki: dibatasi hingga < 2 kali per hari. Wanita dan orang yang lebih kurus: Dibatasi hingga <1 kali per hari

2–4 mmHg

f. KIE

1) Tujuan pengobatan: menurunkan tekanan darah senormal mungkin 2) Terapi dilakukan secara terus-menerus, pengobatan tidak dihentikan

meskipun tekanan darah telah normal. 3) Cari juga faktor risiko kardiovaskuler lainnya

a) Merokok

b) Obesitas (IMT > 30 kg/m2) c) Inaktivitas fisik

d) Dislipidemia e) Diabetes melitus

f) Mikroalbuminuria atau LFG <60 ml/menit/1,73 m2 g) Usia (laki-laki > 55 tahun, perempuan >65 tahun)

h) Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini (first degree relatives laki-laki <55 tahun, perempuan <65 tahun)

4) Efek samping:

a) Propranolol kontra indikasi untuk pasien asma.

b) Kaptopril kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan pasien asma.

c) Pada penggunaan penghambat ACE atau antagonis reseptor angiotensin II: evaluasi kreatinin dan kalium serum (hentikan bila kreatinin meningkat >25% atau kreatinin meningkat 0,3 mg/dl atau hiperkalemi)

Dalam dokumen Ppd Puskesmas 2011 (Halaman 55-58)