BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
3. Hubungan antara Kompetensi Penerjemahan, Teknik
The Social Network
Alur cerita yang ditampilkan dalam sebuah film pada hakikatnya berangkat dari realitas kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, pada penayangan sebuah film asing, khususnya film berbahasa Inggris, subtitling diperlukan untuk menjembatani perbedaan bahasa dan budaya yang muncul di dalam sebuah teks film asing sehingga film tersebut kelak mampu dipahami dengan baik oleh pembaca (penonton) sasaran.
Dalam hal ini, subtitle berbahasa Inggris yang berkedudukan sebagai teks BSu diterjemahkan ke dalam subtitle berbahasa Indonesia sebagai teks BSa-nya.
Secara sederhana, terjemahan adalah hasil dari proses pengambilan keputusan dalam komunikasi interlingual. Suatu pernyataan atau suatu teks disebut terjemahan apabila pernyataan atau teks tersebut mempunyai hubungan padanan dengan teks lain.
Hubungan padanan itu merujuk pada kesamaan pesan dan kesamaan bentuk bahasa (Nababan dkk, 2012). Untuk dapat menghasilkan terjemahan teks film (subtitle) yang berkualitas, seorang penerjemah teks film (subtitler) dituntut untuk memiliki kompetensi penerjemahan yang baik. Kompetensi penerjemahan dapat didefinisikan sebagai sistem yang mendasari pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar seseorang dapat menerjemahkan (PACTE, 2000: 100).
Lebih lanjut, para pakar penerjemahan mempunyai pendapat yang sama bahwa penerjemah harus mempunyai pengetahuan agar mereka dapat menerjemahkan.
Penerjemah harus memiliki pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang penerjemahan) dan pengetahuan prosedural (tahu cara menerjemahkan) (Schaffner & Adab, 2000;
Anderson, 1983, dalam PACTE, 2000). Kedua jenis pengetahuan itu mendasari kompetensi yang digunakan sebagai istilah yang membawahi keterampilan dan unsur-unsur keahlian yang harus dimiliki oleh seorang subtitler. Selain pengetahuan, seorang subtitler (penerjemah film) dituntut untuk memiliki penguasaan terhadap dua bahasa dan dua budaya sama baiknya terhadap teks film yang akan diterjemahkannya untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas (Nababan, 2008a).
Nababan dkk (2012) juga menjelaskan bahwa:
Dalam bidang penerjemahan teks-teks ilmiah yang beresiko tinggi, kesamaan pesan menjadi prioritas utama. Pengurangan pesan berarti menghianati penulis teks bahasa sumber. Demikian pula, penambahan pesan yang berlebih-lebihan berarti membohongi pembaca bahasa sasaran. Bahkan, akibat yang ditimbulkan oleh usaha untuk mengurangi dan menambah-nambahi pesan teks sumber dalam teks bahasa sasaran bisa sangat fatal.
Dengan demikian, film The Social Network yang menjadi lokasi penelitian menyajikan teks ilmiah yang kental dengan ragam istilah di bidang komputer dan teknologi informasi yang bersifat internasional, artinya makna istilah dikenal dalam ilmu yang bersangkutan, sedangkan bentuk ungkapan dalam suatu bahasa sedapat-dapatnya tidak jauh berbeda dengan bentuk ungkapan dalam bahasa lain (Kridalaksana, 1985). Istilah-istilah di bidang komputer dan teknologi informasi tersebut tercermin melalui dialog antartokoh film yang kemudian menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Berdasarkan aspek linguistiknya, subtitle dalam film The Social Network ini bersifat interlinguistik
karena sudah melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran (Gottlieb dalam Baker, 2001). Sementara itu, berdasarkan aspek teknisnya, subtitle dalam film The Social Network ini tergolong open subtitling karena subtitle menyatu dengan filmnya sehingga tidak dapat dihilangkan (O’Connel, 2007).
Berbekal kompetensi penerjemahan yang dimilikinya, subtitler menerjemahkan sebanyak 146 data dari total 149 data yang tergolong terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network dengan menggunakan sejumlah teknik penerjemahan yang dirumuskan oleh Molina dan Albir (2002). Dengan kata lain, terdapat 3 data berupa istilah komputer dalam BSu yang tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Ketiga data tersebut merupakan data berurutan, yakni Data 109 yang berisi istilah komputer TRS-80, Data 110 yang berisi istilah komputerApple II, dan Data 111 yang berisi istilah komputer Commodore Pet. Karena ketiga data tersebut merupakan jenis komputer yang diciptakan dan diperdagangkan di akhir tahun 70-an dan awal 80-an di Amerika Serikat, maka sebenarnya subtitler cukup meminjam istilah asing tersebut menjadi terjemahan istilah komputer dalam subtitle BSa. Dalam hal ini, subtitler kurang cermat dalam mendeteksi istilah komputer dalam BSu yang terdapat dalam skrip orisinal film sehingga akhirnya luput untuk menerjemahkan ketiga istilah di atas. Hal ini senada dengan pernyataan Nababan dkk (2012) yang menyebutkan bahwa pengurangan pesan berarti menghianati penulis teks bahasa sumber dan akibatnya bisa sangat fatal.
Singkatnya, sebanyak 146 data berupa istilah komputer dan teknologi informasi yang terdapat dalam film The Social Network itu diterjemahkan dengan menggunakan tiga varian teknik penerjemahan, yaitu varian tunggal, kuplet, dan triplet. Alhasil, teknik peminjaman dan pemadanan lazim menjadi dua teknik penerjemahan yang dominan menghasilkan mayoritas terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi yang akurat, berterima, dan bisa dipahami oleh pembaca (penonton) sasaran ketika masing-masing teknik tersebut berada pada varian tunggal, kuplet, dan triplet yang diterapkan untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi. Usaha ini selaras dengan konsep dasar penerjemahan yang merupakan kegiatan pengalihan makna dari satu bahasa ke bahasa lain (Newmark, 1988). Lagipula, pengalihan makna istilah komputer dan teknologi informasi dalam penelitian ini secara keseluruhan lebih bersifat leksikal dan gramatikal (Nababan, 2003).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam hal menerjemahkan teks ilmiah yang berkaitan dengan istilah komputer dan teknologi informasi, penerjemah disarankan untuk lebih mengedepankan penggunaan teknik peminjaman dan pemadanan lazim untuk menghasilkan terjemahan istilah yang berkualitas. Selain itu, dengan memperhatikan kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi yang dihasilkan, yang memperlihatkan angka keakuratan terjemahan mencapai 77,85%, angka keberterimaan terjemahan mencapai 82,19%, dan angka keterbacaan terjemahan mencapai 73,29%, maka dapat dikatakan bahwa penerjemah film The Social Network sudah memiliki kompetensi penerjemahan yang baik.
117 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu simpulan, implikasi, dan saran. Simpulan menyajikan pernyataan sikap dan tepat yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Implikasi menyajikan pernyataan sikap berkaitan dengan konsekuensi logis dari temuan penelitian bagi kepentingan tertentu, baik teoretis maupun praktis.
Terakhir, Saran dibuat berdasarkan pertimbangan peneliti yang ditujukan ke pihak lain yang ingin melanjutkan atau mengembangkan hasil penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai teknik penerjemahan dan dampaknya terhadap kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network diperoleh simpulan sebagai berikut, yaitu sebanyak 12 teknik penerjemahan digunakan untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network. Teknik-teknik penerjemahan yang dimaksud adalah teknik peminjaman, pemadanan lazim, modulasi, penerjemahan harfiah, amplifikasi, generalisasi, partikularisasi, kalke, reduksi, kreasi diskursif, transposisi, dan amplifikasi linguistik. Teknik yang dominan diterapkan adalah teknik peminjaman, pemadanan lazim, transposisi, dan reduksi.
Analisis terhadap varian teknik penerjemahan menunjukkan bahwa subtitler menerapkan tiga jenis varian teknik penerjemahan, yaitu varian tunggal, varian kuplet, dan varian triplet. Varian tunggal merupakan penggunaan satu jenis teknik penerjemahan untuk menerjemahkan satu istilah komputer atau teknologi informasi.
Pada varian tunggal ini, terdapat 11 jenis teknik penerjemahan yang diaplikasikan, yaitu teknik peminjaman, pemadanan lazim, modulasi, penerjemahan harfiah, amplifikasi, generalisasi, partikularisasi, kalke, reduksi, kreasi diskursif, dan transposisi. Pada varian teknik tunggal, teknik peminjaman menjadi mayoritas teknik yang paling sering digunakan untuk menerjemahkan istilah komputer atau teknologi informasi. Hal ini wajar terjadi karena sejumlah istilah komputer atau teknologi informasi yang menjadi data penelitian memang terdiri dari istilah-istilah asing yang tidak memiliki padanan sesuai dalam bahasa sasaran sehingga dalam proses penerjemahan, penerjemah (subtitler) tidak perlu melakukan perubahan apapun terhadap istilah komputer atau
commit to user
teknologi informasi yang dipinjam atau penerjemah (subtitler) menyesuaikan ejaan istilah komputer atau teknologi informasi yang dipinjam dengan ejaan bahasa sasaran.
Sementara itu, varian kuplet merupakan penerapan dua jenis teknik penerjemahan untuk menerjemahkan satu istilah komputer atau teknologi informasi. Pada varian kuplet ini, terdapat 6 jenis teknik penerjemahan yang diaplikasikan, yakni teknik peminjaman, transposisi, penerjemahan harfiah, reduksi, pemadanan lazim, dan amplifikasi linguistik. Kombinasi teknik peminjaman & transposisi menjadi varian teknik kuplet yang paling dominan muncul untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi. Di sisi lain, varian triplet merupakan penerapan tiga jenis teknik penerjemahan untuk menerjemahkan satu istilah komputer atau teknologi informasi.
Sebanyak 5 teknik penerjemahan ikut terlibat dalam varian triplet ini untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi. Kelima teknik penerjemahan tersebut adalah teknik peminjaman, pemadanan lazim, reduksi, amplifikasi linguistik, dan transposisi. Varian triplet yang diterapkan untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi dalam subtitle film The Social Network berjumlah 5 kombinasi.
Kombinasi varian triplet yang terdapat dalam penelitian ini adalah kombinasi yang melibatkan: 1) teknik peminjaman, pemadanan lazim & reduksi; 2) teknik peminjaman, pemadanan lazim & amplifikasi linguistik; 3) teknik peminjaman, pemadanan lazim &
transposisi; 4) teknik peminjaman, transposisi & amplifikasi linguistik; 5) dan teknik pemadanan lazim, reduksi & amplifikasi linguistik.
Selanjutnya, kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network terlihat sudah baik. Hal ini terbukti dari tingkat keakuratan terjemahan istilah yang cukup tinggi. Tidak hanya itu, tingkat keberterimaan peristilahan dan penggunaan bahasa pada terjemahan terasa alamiah dalam bidang komputer dan teknologi informasi serta pengungkapan dari segi gayanya pun terasa wajar. Terakhir, tingginya tingkat keterbacaan terjemahan istilah juga menunjukkan mudahnya hasil terjemahan untuk dipahami oleh pembaca (penonton) sasaran.
Teknik peminjaman dan pemadanan lazim menjadi dua teknik penerjemahan yang paling banyak digunakan dalam menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network. Kedua teknik penerjemahan ini juga dominan dalam menghasilkan mayoritas terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi yang akurat, berterima, dan bisa dipahami oleh pembaca (penonton) sasaran ketika
masing-masing teknik tersebut berada pada varian tunggal, kuplet, dan triplet. Selain kedua teknik tersebut, beberapa teknik penerjemahan yang juga memberikan kontribusi positif terhadap kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi antara lain teknik penerjemahan harfiah, amplifikasi, generalisasi, dan partikularisasi.
Sebaliknya, penerapan teknik modulasi, kreasi diskursif, transposisi, dan kalke cenderung menghasilkan terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi yang kurang akurat dan kurang berterima, sedangkan penerapan teknik reduksi cenderung menghasilkan terjemahan istilah teknologi informasi yang tidak akurat, tidak berterima, dan agak sulit dipahami oleh pembaca (penonton) sasaran. Dengan demikian, teknik-teknik penerjemahan tersebut condong memberikan kontribusi negatif terhadap kualitas terjemahan.
B. Implikasi
Berdasarkan analisis data terdapat beberapa implikasi hasil penelitian yang perlu mendapat perhatian. Hal ini terkait dengan peranan penting penerjemah dalam komunikasi interlingual. Peranan penting penerjemah tersebut akan sangat menonjol apabila pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi tidak saling memahami sebagai akibat dari perbedaan sistem kebahasan dan budaya yang mereka miliki (Nababan, 2008a). Sebagai pihak yang menjembatani penulis bahasa sumber dengan pembaca teks sasaran, penerjemah dituntut untuk mampu menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Dalam rangka menjalankan peran ini, diperlukan ketelitian dan kehati-hatian penerjemah dalam memilih atau memutuskan teknik penerjemahan apa yang digunakan agar terjemahan yang dihasilkan tidak menghianati penulis teks bahasa sumber dan tidak membohongi pembaca bahasa sasaran. Penerapan teknik penerjemahan ini perlu mendapat perhatian serius.
Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa penerapan teknik modulasi, kreasi diskursif, transposisi, kalke, dan reduksi sebagian besar memberikan kontribusi negatif pada kualitas terjemahan. Kecermatan dalam membaca teks sumber sangat penting agar tidak terjadi penghilangan informasi yang penting atau pemadanan yang tidak sesuai.
Penggunaan teknik peminjaman dan pemadanan lazim memang sebagian besar menghasilkan terjemahan istilah yang akurat, berterima, dan mudah dipahami namun tidak dapat dipungkiri bahwa kedua teknik penerjemahan tersebut juga berpotensi
menghasilkan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi yang kurang akurat sekaligus kurang berterima, bahkan terkesan asing dan agak sulit dipahami oleh pembaca (penonton) sasaran ketika subtitler salah menentukan padanan makna bahasa sumber dalam bahasa sasaran, sehingga akhirnya berdampak negatif pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.
C. Saran
Beberapa data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak sedikit istilah komputer dan teknologi informasi yang terdapat dalam film The Social Network dirasa belum akrab bagi pembaca (penonton) sasaran. Oleh karena itu, subtitler diharapkan mampu memilih padanan istilah yang tepat secara hati-hati, cermat juga teliti, dan jika memungkinkan menambahkan sedikit informasi dalam subtitle yang menjelaskan istilah komputer dan teknologi informasi yang dirasa masih asing di telinga pembaca (penonton) sasaran. Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang subtitler tanpa bisa ditawar lagi harus memiliki penguasaan dua bahasa dan dua budaya sama baiknya terhadap teks film (subtitle) yang akan diterjemahkannya. Tanpa modal mumpuni yang telah disebutkan, seorang subtitler dijamin tidak akan mampu menghasilkan hasil terjemahan yang berkualitas.
Subtitler seringkali dihadapkan pada keterbatasan ruang dan waktu kemunculan subtitle, padahal subtitler dituntut untuk tetap menghasilkan kualitas subtitle yang baik.
Keterbatasan ini terkadang membuat subtitler luput atau tidak menerjemahkan beberapa istilah komputer atau teknologi informasi dalam BSa dengan jalan penghilangan sebagian atau total. Dalam memutuskan untuk melakukan penghilangan terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi ini, subtitler diharapkan memiliki pertimbangan yang cukup matang sehingga tidak mengganggu keutuhan pesan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa teknik reduksi diterapkan oleh subtitler karena visualisasi adegan dalam film sudah dianggap mewakili keberadaan istilah komputer atau teknologi informasi yang dihilangkan tersebut.
Tidak hanya itu, penerjemah diharapkan untuk lebih mengedepankan penggunaan teknik peminjaman dan pemadanan lazim untuk menerjemahkan setiap teks ilmiah yang berkaitan dengan istilah komputer dan teknologi informasi demi menghasilkan terjemahan istilah yang berkualitas. Penerjemah juga perlu memahami struktur dan
konteks istilah yang digunakan dalam bahasa sumber agar dapat memilih teknik yang tepat dan memilih makna yang sesuai dengan konteks penggunaan istilah tersebut sehingga dapat menghasilkan padanan istilah yang benar-benar akurat, berterima, dan bisa dipahami. Untuk itu, penerjemah perlu meningkatkan kompetensi penerjemahannya agar mampu menghasilkan teks terjemahan yang berperan secara maksimal dalam bahasa sasaran.
Peneliti menyadari bahwa aspek yang diteliti dalam penelitian ini merupakan aspek yang masih sangat minor dari keseluruhan aspek verbal yang dapat dikaji dalam kaitannya dengan penerjemahan istilah. Oleh karena itu, penulis berharap peneliti lainnya di bidang penerjemahan dapat mengeksplorasi kajian tentang penerjemahan istilah lainnya dengan menggunakan sumber data yang berbeda, misalnya terjemahan audiovisual dalam bentuk dubbing. Peneliti lain juga dapat mengkaji subtitle dalam tayangan audiovisual lainnya, misalnya acara talkshow, variety show, dan film-film dengan genre berbeda dengan pendekatan linguistik yang berbeda.
122
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, S. 2010. Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Buku Economic Concepts of Ibn Taimiyah ke dalam Bahasa Indonesia dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Bell, R.T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. London: Longman.
Bernschütz, M. 2010. Empirical Study of Subtitled Movies. Translation Journal. vol. 14, no. 1.
Budiarjo, B. 1991. Komputer dan Masyarakat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press.
Choliludin. 2006. The Technique of Making Idiomatic Translation. Bekasi: VISIPRO Divisi dari Kesaint Blanc.
Cintas, J.D. & Anderman, G. 2009. Audiovisual Translation: Language Transfer on Screen. Hampshire: Palgrave Macmillan.
Dirks, T. 2012. Film Genres: Origins & Types dalam http://www.filmsite.org/filmgenres.html (Diunduh tanggal 15 Agustus 2012).
Fulford, H., & Granell-Zafra, J. 2005. Translation and Technology: A Study of UK Freelance Translators. The Journal of Specialised Translation, Issue 4-July 2005, hal. 1-17.
Gottlieb, H. 1998. Subtitling dalam Baker, M. & MalmkjÆr, K. 2001. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London & New York: Routledge Taylor &
Francis Group.
Handayani, A. 2009. Analisis Ideologi Penerjemahan dan Penilaian Kualitas Terjemahan Istilah Kedokteran dalam Buku Lecture Notes on Clinical Medicine dan Istilah Kedokteran Lecture Note Kedokteran Klinis. Tesis. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hartono, R. 2009. Teori Penerjemahan. Semarang: CV Cipta Prima Nusantara Semarang.
commit to user
Hassanpour, A. Subtitling dalam http://www.museum.tv/eotvsection.php?entrycode=
subtitling (Diunduh tanggal 29 Oktober 2012).
Hatim, B., & Mason, I. 1997. The Translator as Communicator. London: Routledge.
Jaenuri, A. 2011. Pengelolaan Kelas dalam Film The Ron Clark Story dan Implikasinya terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Jogiyanto. 1999. Pengenalan Komputer. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Kadir, A., & Triwahyuni, T.Ch. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta:
Andi.
Karamitroglou, F. 1998. A Proposed Set of Subtitling Standards in Europe. Translation Journal vol. 2, no.2, hal. 1-10.
Karimi, L. 2006. Equivalence in Translation. Translation Journal vol. 10, no. 1.
Kridalaksana, H. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende-Flores: Nusa Indah.
Larson, M.L. 1984. Meaning-based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence. Lanham: University Press of America, Inc.
Lincoln, Y.S., & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publication Trans.
Machali, R. 2000. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: PT Grasindo.
Masduki. 2011. Kesepadanan Makna dan Gaya di dalam Novel The Highest Tide dan Terjemahannya: Pendekatan Kritik Holistik. Disertasi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Maxwell, J.A. 2010. Using Number in Qualitative Method. Dipublikasikan pada Qualitative Inquiry, 15 April 2010 oleh Sage Publication.
Mokoginta, D. 2003. Konsep Teknologi Informasi. IlmuKomputer.Com. Hal. 1-12.
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Molina, L., & Albir, A.H. 2002. Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach. Meta Journal vol. XLVII, hal. 498-512.
Nababan, M.R. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
____________. 2004. Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan. Jurnal Linguistik BAHASA, Vol. 2, No.1, Hal. 54-65.
____________. 2007. Aspek Genetik, Objektif, dan Afektif dalam Penelitian Penerjemahan. LINGUISTIKA, Vol. 14, No. 26, Hal. 15-23.
____________. 2008a. Kompetensi Penerjemahan dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Penerjemahan Pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
____________. 2008b. Equivalence in Translation: Some Problem-solving Strategies dalam http://proz.com/doc/2071 (Diunduh tanggal 6 Juni 2012).
____________. 2008c. Penerjemahan dan Budaya dalam http://proz.com/doc/2074 (Diunduh tanggal 8 Juni 2012).
____________. 2010a. Ringkasan Hasil Penelitian HIKOM Tahun II 2010:
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
____________. 2010b. Teknik-teknik Penerjemahan Teks. Makalah Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Penerjemahan “Teknik Penerjemahan Teks”, Universitas Widya Mandala. Madiun: 30 Juni 2010 (unpublished).
Nababan, M., Nuraeni, A., & Sumardiono. 2012. Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Kajian Linguistik dan Sastra, vol. 24, no. 1, hal. 39-57.
Newmark, P. 1988. A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall International (UK) Ltd.
Nida, E.A., & Taber, C.R. 1982. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J.
Brill.
O’Connell, E. 2007. Screen Translation dalam Kuhiwezak, P. & Littau, K. (ed). A Companion to Translation Studies. Clevedon, Buffalo, Toronto: Multilingual Matters Ltd.
PACTE. 2000. “Acquiring Translation Competence: Hypotheses and Methodological Problems of A Research Project” dalam Beeby, A., Ensinger, D., & Presas, M.
(peny.). Investigating Translating. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 99 - 106.
Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 tentang Penggunaan Komputer dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia. 2001. Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Komputer dalam http://vlsm.org/baku-0.txt (Diunduh tanggal 1 November 2012).
Pratama, I.D. 2014. Analisis Perbandingan Strategi Kesantunan Tuturan Memerintah dalam Film The Amazing Spiderman dan Dua Versi Terjemahannya (Subtitle VCD dan Subtitle Amatir) Serta Dampaknya pada Kualitas Terjemahan. Tesis.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Purnomo, SF.L.A., & Untari, L. 2011. Asyiknya Bikin Subtitle! Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Edisi Ketiga, Cetakan Kedua). Jakarta: Pusat Bahasa.
____________. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Putranti, A. 2007. Kajian Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif dalam Teks Terjemahan film American Beauty. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Santosa, R. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kebahasaan. Draf buku. Surakarta:
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Setiajid, H. 2006. Penilaian Kualitas Terjemahan: Studi Kasus Terjemahan Istilah Gerejawi Novel The Name of The Rose karya Umberto Eco oleh Ani Suparyati.
Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Shuttleworth, M., & Cowie, M. 1997. Dictionary of Translation Studies. Manchester:
St. Jerome Publishing.
Soejono & Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sorkin, A. 2009. The Social Network (screenplay) dalam http://flash.sonypictures.com/video/movies/thesocialnetwork/awards/thesocialnetw ork_screenplay.pdf (Diunduh tanggal 13 Juli 2012).
Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi (Edisi Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Misbah Zulfa Elizabeth). Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Toury, G. 1995. Descriptive Translation Studies and Beyond. Amsterdam &
Philadelphia: John Benjamins Publishing.
Wahyuni, I.F. 2003. Analisis Penerjemahan Istilah-istilah Politik dalam Buku The Clash of Civilization and The Remaking of World Order karya Samuel P.
Huntington. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Werdiningsih, E. 2009. Kajian Terjemahan Istilah Ekonomi dalam Buku Why We Want You To Be Rich: Two Men•One Message karya Donald J. Trump dan Robert T.
Kiyosaki yang Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh July Susanto. Tesis.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Wulansari, A. 2013. Analisis Terjemahan Klausa Kompleks dalam Cerita Pendek The Snow of Kilimanjaro dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan. Tesis. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Yahya, M. 2012. Analisis Terjemahan Kata-kata Kultural dalam Novel Pride and Prejudice dan Novel Terjemahannya Keangkuhan dan Prasangka. Tesis. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Referensi situs internet:
<http://id.wikipedia.org/wiki/The_Social_Network> (Diakses tanggal 8 Agustus 2012).
<http://www.thesocialnetwork-movie.com/> (Diakses tanggal 8 Agustus 2012).
<http://id.wikipedia.org/wiki/VCD> (Diakses tanggal 11 Agustus 2012).
<http://www.kamusilmiah.com/it/mengenal-apa-itu-personal-computer/>
<http://www.kamusilmiah.com/it/mengenal-apa-itu-personal-computer/>