• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jaenuri (2011) dalam penelitiannya menguraikan bahwa:

Film pada dasarnya merupakan serangkaian gambar yang diambil dari obyek bergerak, yang kemudian menghasilkan serial peristiwa-peristiwa secara kontinu dan berfungsi sebagai media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan penerangan serta diiringi dengan unsur ekspresi penguat seperti musik, dialog dan juga warna sehingga mampu membuat film itu menjadi serealistis mungkin.

Dengan kata lain, pada hakikatnya film memiliki ciri khas tersendiri, seperti harus terdapat keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara gambar, musik, dialog para tokoh, dan warna yang ditayangkan dalam film atau pada umumnya alur cerita yang ditampilkan dalam film berangkat dari realita kehidupan sosial masyarakat sehingga mampu menyedot ribuan bahkan jutaan pasang mata untuk menyaksikannya sekaligus menampilkan esensi film itu sendiri sebagai suatu hiburan. Putranti (2007) menyebutkan bahwa disadari atau tidak, banyak hal dapat dipelajari dari film dan bahkan tidak sedikit film yang dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya Discovery Channel yang menyuguhkan informasi tentang pengetahuan umum dan juga National Geographic yang menyuguhkan informasi tentang pengetahuan alam.

Arus globalisasi yang semakin tidak terbendung menyebabkan banyak produk film luar negeri baik dari Amerika, Eropa, maupun Asia, dengan bebas masuk ke Indonesia untuk bersaing dengan produk film nasional demi memperoleh pengakuan dari kalangan pecinta dan penikmat film di Indonesia. Film-film luar negeri berbahasa asing yang masuk ke Indonesia, terutama dari Eropa dan Amerika, biasanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa yang digunakan dalam subtitle-nya. Tidak dapat dipungkiri, realitas itu dapat menjadi kendala cukup serius apabila kalangan penonton tidak paham dengan teks bahasa Inggris yang ditayangkan di bagian bawah layar kaca sebagai representasi tertulis dialog antartokoh dalam film sebab dampaknya mereka akan sulit untuk memahami, bahkan lebih parahnya lagi tidak tahu apa-apa mengenai cerita film yang diputar sehingga tak jarang menimbulkan kekecewaan meskipun tayangan film yang disaksikan tergolong bagus. Namun, bagi para penonton yang memiliki kompetensi bahasa Inggris yang baik diprediksi tidak akan mengalami kendala berarti

commit to user

dalam menikmati sajian film asing tersebut. Dengan demikian, terdapat korelasi yang kuat dan saling mempengaruhi antara tingkat pemahaman penonton terhadap alur cerita dengan tingkat pemahaman penonton terhadap teks terjemahan (subtitle) yang ditayangkan dalam film.

Untuk itu, penerjemahan muncul sebagai solusi untuk memecahkan kendala tersebut. Penerjemahan selalu melibatkan dua bahasa (interlingual), yaitu bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) dengan sistem bahasa dan budaya yang berbeda satu sama lain. Jadi, penerjemahan secara sederhana dapat dipahami sebagai pengalihan pesan dengan padanan kata yang sesuai dari BSu ke BSa. Secara umum, penerjemahan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis tetapi dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan kajiannya pada salah satu jenis penerjemahan saja, yaitu penerjemahan teks film (subtitling). Subtitling diharapkan mampu menjembatani perbedaan bahasa dan budaya yang muncul di dalam sebuah teks film sehingga film kelak dapat dipahami dengan baik oleh penonton. Subtitling dilakukan dengan cara menerjemahkan teks berupa tuturan atau dialog para tokoh film dari bahasa asing (BSu) ke bahasa Indonesia (BSa), kemudian meletakkannya di bagian bawah, tepat di tengah-tengah layar kaca.

Seorang penerjemah (dalam penelitian ini adalah subtitler, sebutan bagi mereka yang mengerjakan subtitling) dituntut untuk memiliki pengetahuan serta penguasaan terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran (kompetensi kebahasaan) sebagai persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat menerjemahkan (Nababan, 2008a). Lebih lanjut, Witte (dalam Nababan, 2008a) menyebutkan bahwa penerjemah harus kompeten dalam dua budaya. Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang subtitler tanpa bisa ditawar lagi harus memiliki penguasaan dua bahasa dan dua budaya sama baiknya terhadap teks film (subtitle) yang akan diterjemahkannya. Tanpa modal mumpuni yang telah disebutkan, seorang subtitler dijamin tidak akan mampu menghasilkan karya terjemahan yang berkualitas. Oleh karena itu, penilaian terhadap karya atau hasil terjemahan, dalam penelitian ini berupa subtitle film berbahasa Indonesia, menjadi salah satu aktivitas penting dalam studi penerjemahan untuk mengetahui apakah terjemahan film yang dihasilkan layak atau tidak layak untuk ditayangkan dan disaksikan oleh penonton.

Film-film yang diputar di layar kaca umumnya mengangkat genre dan tema tertentu yang berasal dari realita kehidupan manusia. Dirks (2012) menjelaskan genre film

sebagai “various forms or identifiable types, categories, classifications or groups of films that are recurring and have similar, familiar or instantly-recognizable patterns, syntax, film techniques or conventions.” Dengan kata lain, genre film berkaitan dengan pengelompokkan film berdasarkan sejumlah kesamaan seperti bentuk, latar, suasana, atau lainnya. Sebaliknya, tema menentukan alur cerita dari sebuah film. Tema mewakili gagasan, informasi, ungkapan, dan ekspresi dalam cerita film yang menjadi bahan perbincangan penonton. Sebuah tema terkadang dapat mempengaruhi rating sebuah film. Contohnya, beberapa film asing yang bertemakan kepahlawanan (superhero), seperti Superman, Batman atau Iron Man, lebih banyak digandrungi oleh penikmat film Indonesia dan memperoleh apresiasi cukup tinggi dari masyarakat.

Sementara itu, film yang bertemakan ilmu pengetahuan mengisyaratkan adanya penggunaan istilah yang melekat pada disiplin ilmu tertentu sehingga mampu menyajikan suatu perbedaan khusus, menarik, dan signifikan melalui representasi tuturan atau dialog antartokoh yang bermain dalam film tersebut. Salah satu film yang berhubungan dengan fenomena ini adalah film berjudul The Social Network yang kental dengan ragam istilah di bidang komputer dan teknologi informasi. Film yang dirilis pada tahun 2010 ini bercerita tentang perjalanan seorang pemuda bernama Mark Zuckerberg ketika dia menciptakan situs jejaring sosial Facebook dari awal mula hingga masa keemasannya. Film bergenre drama ini banyak mendapatkan penghargaan bergengsi sehingga dikategorikan sebagai salah satu film berkualitas dan ber-rating tinggi. Dengan menampilkan penggunaan peralatan yang erat kaitannya dengan perangkat komputer dan jaringan internet dalam alur ceritanya, film ini menyaratkan pengenalan akan kosakata istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang semakin berkembang seiring sejalan dengan arus modernisasi masa kini ketika teknologi sangat sulit dilepaskan dari aktivitas kehidupan sosial masyarakat sehari-hari.

Penerjemahan kini merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Menerjemahkan istilah khusus seperti istilah komputer dan teknologi informasi bukan merupakan hal sederhana sebab akan berbenturan dengan perbedaan dua sistem bahasa yang terlibat. Selain itu, istilah komputer dan teknologi informasi tergolong istilah khusus dan sensitif sehingga memiliki sifat spesifik dan rawan kesalahan dalam penerjemahannya. Kesalahan dalam

menerjemahkan istilah khusus yang terdapat di dalam film akan berakibat fatal bagi penonton yang menyaksikannya. Akibatnya, penonton akan diperhadapkan dengan terjemahan istilah yang salah. Oleh karena itu, seorang subtitler dituntut untuk tidak hanya menerjemahkan bahasa tetapi juga budaya selain wajib mengikuti aturan-aturan baku dalam menerjemahkan teks film (subtitling). Dalam penelitian ini, penulis meneliti terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network dengan berfokus pada subtitle bahasa Indonesia sebagai BSa-nya.

Lebih lanjut, bentuk terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network ditemukan cukup bervariasi. Hal ini membuktikan bahwa film yang identik dengan penggunaan istilah tersebut layak untuk dijadikan objek dalam penelitian ini. Berikut ini adalah sejumlah temuan yang diperoleh penulis.

Tabel 1.1 Variasi bentuk terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network (2010)

No. Varian Istilah

Contoh Istilah Komputer atau Teknologi Informasi Teks BSu you vote on the hotness of female undergrads.

Divya:

Dia membuat situs untuk memilih mahasiswi terseksi.

2. Verba Erica’s Roommate:

He blogged about you.

Erica’s Roommate:

Dia menulis blog tentangmu.

3. Frasa nomina Professor:

Assume page table entries have eight status bits.

Professor:

Anggap saja entri struktur data memiliki 8 status bit.

4. Kata kerja frasa (phrasal verb)

Eduardo:

...Think maybe we should shut it down before we get into trouble.

Eduardo:

...Menurutmu mungkin sebaiknya kita tutup saja sebelum terkena masalah?

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan pula contoh tayangan film The Social Network yang menunjukkan temuan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi seperti pada contoh 2 dalam Tabel 1.1 di atas.

Gambar 1.1 Contoh tayangan film The Social Network dengan subtitle BSu

Gambar 1.2 Contoh tayangan film The Social Network dengan subtitle BSa Berdasarkan Tabel 1.1 yang berisi temuan varian istilah komputer dan teknologi informasi, terpampang jelas bahwa satu kata atau frasa yang merupakan istilah komputer atau teknologi informasi dalam BSu bila diterjemahkan dalam BSa dapat memunculkan beberapa kemungkinan temuan, yaitu terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi dalam subtitle BSa tersebut dapat tergolong akurat atau tidak akurat terhadap istilah komputer atau teknologi informasi dalam BSu dan juga sebaliknya, melalui tuturan yang diucapkan oleh para tokoh film. Selama pesan dan makna terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi dalam BSa tidak berubah dari BSu-nya, maka terjemahan teks film tersebut dapat dikatakan sepadan. Dengan kata lain, kesamaan pesan antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran memang harus lebih diutamakan. Tidak hanya itu, terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi dalam subtitle BSa yang diperoleh dari film The Social Network juga dianalisis dari segi keberterimaan dan keterbacaannya untuk mengetahui apakah terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi dalam subtitle BSa sudah sesuai dengan norma-norma budaya sasaran atau tidak, kemudian apakah terjemahan istilah komputer atau teknologi informasi dalam BSa mudah atau sulit untuk dipahami oleh pembaca (penonton) sasaran.

Misalnya, pada contoh nomor 2 dalam Gambar 1.1 dan 1.2, subtitler menerjemahkan tuturan He blogged about you menjadi Dia menulis blog tentangmu.

Istilah teknologi informasi blogged yang dikategorikan sebagai verba dalam tuturan tokoh teman sekamar Erica tersebut diterjemahkan menjadi menulis blog. Di sinilah peran penting analisis tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan, yaitu untuk menentukan apakah makna terjemahan menulis blog sudah sepadan atau tidak dengan makna istilah teknologi informasi dalam BSu yang dimaksud, kemudian apakah terjemahan menulis blog sudah sesuai atau tidak dengan prevalensi budaya sasaran, dan apakah terjemahan menulis blog mudah atau sulit untuk dipahami maknanya oleh pembaca (penonton) sasaran. Nababan (2004) mengungkapkan bahwa dalam setiap pembahasan tentang produk dari suatu proses penerjemahan, masalah mutu selalu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Hal itu terkait erat dengan fungsi terjemahan sebagai alat komunikasi antara penulis teks bahasa sumber dan pembaca teks bahasa sasaran. Berhasil tidaknya sebuah terjemahan dalam menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi sangat tergantung pada mutunya. Untuk mengetahui apakah sebuah terjemahan bermutu ataukah belum, terjemahan tersebut harus dinilai atau dievaluasi.

Sementara itu, terdapat beberapa penelitian yang sudah terlebih dahulu mengkaji penerjemahan istilah khusus atau istilah asing dan penilaian kualitas terjemahannya.

Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Indah Fajar Wahyuni (2003) berjudul

“Analisis Penerjemahan Istilah-istilah Politik dalam Buku The Clash of Civilization and The Remaking of World Order Karya Samuel P. Huntington”. Fokus penelitian tersebut terletak pada jenis penerjemahan dan pergeseran makna dalam terjemahan istilah-istilah politik. Namun, penelitian ini belum mengkaji kualitas terjemahan secara terfokus serta menekankan penerjemahan istilah-istilah politik hanya sebatas pada makna yang dihasilkan. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Harris Setiajid (2006) yang mengangkat penelitian berjudul “Perbandingan Terjemahan Istilah Gerejawi dalam Novel The Name of The Rose karya Umberto Eco oleh Ani Suparyati-Sobar Hartini dan Nin Bakdi Soemanto: Kajian Keakuratan, Keberterimaan, dan Keterbacaan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perbandingan strategi yang digunakan oleh dua penerjemah dalam menerjemahkan istilah gerejawi. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji keakuratan penerjemahan, serta keberterimaan dan keterbacaan terjemahan istilah gerejawi. Namun, penelitian tersebut belum memaparkan dampak

strategi penerjemahan yang dilakukan oleh masing-masing penerjemah terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan.

Selain itu, Asri Handayani (2009) menulis penelitian berjudul “Analisis Ideologi Penerjemahan dan Penilaian Kualitas Terjemahan Istilah Kedokteran dalam Buku Lecture Notes on Clinical Medicine dan Istilah Kedokteran Lecture Note Kedokteran Klinis”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, ideologi, tingkat keakuratan, keberterimaan serta keterbacaan terjemahan istilah kedokteran pada teks bahasa sasaran Lecture Note Kedokteran Klinis.

Fokus penelitian tersebut adalah pengkajian mengenai teknik, metode, ideologi, serta kualitas terjemahan istilah kedokteran. Namun, penelitian ini hanya menekankan kajian istilah-istilah kedokteran sebatas pada bentuk dan makna tanpa pemaparan dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan. Di samping itu, Endang Werdiningsih (2009) mengangkat penelitian berjudul “Kajian Terjemahan Istilah Ekonomi dalam Buku Why We Want You To Be Rich: Two Men• One Message Karya Donald J. Trump dan Robert T. Kiyosaki yang Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh July Susanto”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk terjemahan, menjelaskan teknik penerjemahan, serta menentukan tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan istilah bidang ekonomi dalam buku Why We Want You To Be Rich: Two Men• One Message. Namun, penelitian ini belum mengkaji aspek keterbacaan terjemahan dan masih menekankan kajian istilah-istilah ekonomi sebatas pada bentuk dan makna tanpa pemaparan dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan.

Tidak ketinggalan, Anshori (2010) menulis penelitian yang berjudul “Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Buku Economic Concepts of Ibn Taimiyah ke dalam Bahasa Indonesia dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan, serta melihat dampaknya terhadap kualitas terjemahan istilah religi dan ekonomi syariah dari aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) serta keterbacaan (readability) terjemahan. Selanjutnya, Yahya (2012) melakukan riset dengan judul “Analisis Terjemahan Kata-kata Kultural dalam Novel Pride and Prejudice dan Novel Terjemahannya Keangkuhan dan Prasangka”.

Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis kata kultural, teknik

penerjemahan, dan kualitas terjemahan dari kata-kata kultural tersebut. Namun, peneliti belum terlihat konsisten dengan satuan lingual yang ditelitinya. Walaupun sudah ditentukan bahwa unit analisisnya berupa kata dan frasa, peneliti tanpa disadari juga memasukkan kalimat dalam penelitiannya.

Berdasarkan sejumlah review di atas, penulis masih memiliki kesempatan untuk melengkapi studi yang berkaitan dengan penerjemahan istilah khusus di bidang ilmu pengetahuan tertentu. Dengan mengacu kepada referensi-referensi yang sudah ada, penulis melakukan penelitian dengan judul ANALISIS TERJEMAHAN ISTILAH KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM FILM THE SOCIAL NETWORK SERTA DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN. Hal ini didukung pertimbangan bahwa kosakata istilah komputer dan teknologi informasi yang semakin bertambah seiring perkembangan teknologi saat ini adalah penting untuk diketahui masyarakat ketika penggunaan komputer dan teknologi informasi sepenuhnya menunjang aktivitas kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Fokus penelitian terdiri dari pengidentifikasian istilah komputer dan teknologi informasi yang terkandung dalam tuturan tokoh-tokoh dalam film The Social Network, analisis teknik penerjemahan yang digunakan oleh subtitler untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network, analisis kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi yang meliputi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, dan pengaruh penggunaan teknik serta dampaknya terhadap kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network diuraikan pula dalam penelitian ini. Selanjutnya, penelitian ini mengkaji satuan lingual dalam tataran mikro, yaitu kata dan frasa. Kata dan frasa yang dianalisis berupa istilah komputer atau teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang diidentifikasi dari skrip orisinal film berikut terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diperoleh dari subtitle film The Social Network. Apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan buku atau novel sebagai sumber data penelitian, maka pemilihan film sebagai sumber data dalam penelitian ini merupakan pertimbangan tersendiri dari penulis mengingat subtitle terikat dengan aturan-aturan baku subtitling sehingga terdapat kemungkinan subtitler luput untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi yang terdapat dalam film The Social Network walaupun asumsi tersebut perlu diuji lebih lanjut secara empiris dalam penelitian ini.