• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian kualitatif merupakan gambaran bagaimana setiap variabel dengan posisinya yang khusus akan dikaji dan dipahami keberkaitannya dengan variabel yang lain (Sutopo, 2002). Oleh karena itu, pada subbab ini secara urut akan diuraikan alur pemikiran peneliti dalam memahami dan mengkaji permasalahan penelitian, serta melaksanakan penelitian yang sistematis, terfokus, dan terarah.

Setiajid (2006) mengatakan bahwa:

Makna yang dihasilkan oleh suatu hasil terjemahan diciptakan oleh penerjemah dan pembaca hasil terjemahan. Seringkali terjadi kesenjangan antara makna yang dimaksud penerjemah dan makna yang dipersepsi oleh pembaca. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang (budaya, pengetahuan, ekonomi, dan sebagainya) yang dimiliki oleh penerjemah dan pembaca tentu saja berbeda. Perbedaan ini mengakibatkan penafsiran suatu teks menjadi tidak sama.

Dalam penelitian ini, penerjemah memiliki latar belakang pribadi untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi yang terdapat dalam film The Social Network untuk kemudian ditampilkan pada bagian bawah tengah layar kaca. Kemudian, peneliti mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi dalam subtitle BSa.

Sementara itu, penelitian kualitas terjemahan melibatkan tiga aspek, yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Dengan melihat ketiga aspek ini, kualitas terjemahan bisa dinilai dengan relatif lebih objektif. Informan yang terdiri dari raters dan pembaca target akan menilai kualitas terjemahan. Raters akan menilai keakuratan dan keberterimaan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dengan cara membandingkan teks BSu dengan teks BSa, sedangkan informan/pembaca target akan menilai keterbacaan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam BSa.

Setelah hasil penilaian kualitas terjemahan didapatkan, peneliti akan mengkaji dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut:

Penerjemahan

Dampak

Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian Istilah komputer & TI

BSu

Istilah komputer & TI BSa

Teknik penerjemahan istilah komputer & TI

Kualitas terjemahan istilah komputer & TI

Keterbacaan

Raters/

pembaca ahli

Responden/

pembaca target Keakuratan Keberterimaan

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang penerjemahan yang tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Sutopo (2002) menyatakan bahwa dalam penelitian (deskriptif) kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Dalam hal ini, penelitian ini mendeskripsikan kata dan frasa yang tergolong istilah komputer dan teknologi informasi serta teknik penerjemahan yang digunakan oleh subtitler untuk menerjemahkan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network, dan mengkaji pengaruh penerapan teknik tersebut terhadap kualitas terjemahan.

Sementara itu, Moleong (2006) dan Sutopo (2002) mengemukakan hal serupa mengenai karakteristik penelitian deskriptif kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka-angka atau frekuensi. Akan tetapi, data numerik tetap diikutsertakan dalam penelitian ini karena penggunaan data numerik dalam penelitian kualitatif merupakan strategi yang sah dan boleh dilakukan selama data numerik tersebut dipergunakan sebagai pelengkap dari keseluruhan proses penelitian yang dilakukan (Maxwell, 2010). Penelitian ini menggunakan data numerik yang berfungsi sebagai alat bantu dalam pengkajian kualitas terjemahan. Penggunaan data numerik ini diharapkan mampu memudahkan kinerja informan dan peneliti dalam menentukan kualitas terjemahan (Pratama, 2014).

Peneliti juga menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Dengan demikian, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kata dan frasa yang tergolong dalam istilah komputer dan teknologi informasi.

Data tersebut diambil dari skrip orisinal film atau tuturan dari tokoh-tokoh yang berperan di film The Social Network. Namun, data yang berupa terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi tersebut tidak hanya sebatas dicatat, dikumpulkan, dan disusun, tetapi juga dianalisis dan diuraikan secara jelas dan mendalam untuk kemudian ditarik simpulan akhirnya oleh peneliti. Hal ini ditegaskan oleh Surakhmad

commit to user

(dalam Soejono & Abdurrahman, 1999) bahwa pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Selain itu, Nawawi (dalam Soejono &

Abdurrahman, 1999) menambahkan bahwa data juga akan dideskripsikan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Selanjutnya, penelitian ini berbentuk studi kasus terpancang (embedded case-study) karena peneliti terlebih dahulu sudah memilih dan menentukan masalah yang menjadi fokus penelitian sebagaimana tercantum di dalam subbab latar belakang masalah pada Bab I. Penelitian ini juga merupakan penelitian etnografis. Spradley (1997) menyatakan bahwa etnografi digunakan untuk mendeskripsikan suatu permasalahan budaya secara implisit maupun eksplisit yang diungkapkan melalui komentar maupun wawancara panjang. Untuk itu, peneliti melakukan kegiatan penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam terhadap para informan (raters dan responden), yang mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lapangan demi memperoleh data yang lebih lengkap dan valid mengenai penilaian keakuratan, keberterimaaan, serta keterbacaan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network.

Ditinjau dari sisi orientasinya, penelitian ini termasuk dalam penelitian di bidang penerjemahan yang berorientasi pada produk (product-oriented) (Shuttleworth &

Crowie, 1997). Hal ini disebabkan penelitian ini menggunakan teks BSu berupa subtitle berbahasa Inggris dan teks BSa berupa subtitle berbahasa Indonesia untuk diteliti dan dianalisis. Intinya, penelitian yang berorientasi pada produk adalah penelitian yang memusatkan perhatiannya pada karya terjemahan (Nababan, 2007).

B. Lokasi Penelitian

Lincoln & Guba (1985) mendefinisikan lokasi penelitian sebagai focus-determined boundary, batas yang digunakan untuk menentukan fokus atau objek penelitian. Dengan demikian, lokasi tidak selalu bersifat geografis atau demografis. Media pun bisa menjadi lokasi penelitian. Oleh karena itu, lokasi penelitian ini mengambil media berupa film The Social Network yang dirilis pada tanggal 1 Oktober 2010. Film yang berdurasi 2 jam ini merupakan kategori film drama yang diangkat dari buku The Accidental Billionaires karya Ben Mezrich, mengisahkan tentang seorang pendiri situs jejaring sosial Facebook yang cukup digandrungi oleh orang-orang di seluruh dunia saat

ini. Film ini mendapatkan sambutan luar biasa dalam penayangannya di Amerika Serikat.

Lokasi penelitian sendiri memiliki tiga elemen utama yaitu participant, event, dan setting (Spradley, 1997). Participant dalam film ini adalah semua tokoh yang berperan dalam film The Social Network termasuk tokoh utama Mark Zuckerberg. Dua tokoh penting lainnya seperti Eduardo Saverin dan Sean Parker memiliki peran sentral yang mendukung alur cerita film karena karakter mereka yang paling intens berinteraksi dan berkomunikasi dengan tokoh utama. Event yang diangkat dalam film ini adalah kisah perjalanan seorang Mark Zuckerberg ketika menciptakan Facebook. Perjalanan Mark di film ini tercermin dalam setting dan konflik. Setting utama dalam film ini terdiri dari beberapa lokasi, seperti Harvard University, Palo Alto House, dan Facebook Office yang merupakan tempat-tempat strategis dalam perjalanan Mark sekaligus memunculkan interaksi dan konflik yang tiada berkesudahan antara Mark dengan sahabat/koleganya.

Lebih jauh, sejumlah alasan mengapa film The Social Network dipilih dan digunakan sebagai lokasi penelitian adalah:

1. Film yang mengangkat kehidupan seseorang yang berkecimpung di bidang komputer dan teknologi informasi. Dengan demikian, film ini diharapkan menyediakan ragam istilah yang berhubungan dengan komputer dan teknologi informasi baik dalam bahasa Inggris (BSu) maupun terjemahannya dalam bahasa Indonesia (BSa) yang selanjutnya menjadi data dalam penelitian ini.

2. Film tersebut dirilis pada tahun 2010. Kriteria ini berdasarkan pertimbangan bahwa istilah kebahasaan di bidang komputer dan teknologi informasi terus-menerus mengalami laju perkembangan yang cukup signifikan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan film yang dirilis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir agar istilah kebahasaan yang digunakan masih sesuai dengan keadaan saat ini.

3. The Social Network merupakan film yang telah menerima banyak penghargaan, antara lain pemenang Academy Award untuk kategori best adapted screenplay, best original score, dan best film editing, pemenang Golden Globe Awards untuk kategori best picture, best director, best screenplay, dan best original score, dan berbagai penghargaan bergengsi lainnya sehingga mengindikasikan bahwa film tersebut sungguh-sungguh bersaing, berkualitas, berperingkat tinggi, dan telah

disaksikan oleh banyak penikmat film di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

C. Sumber Data dan Data

Sutopo (2002) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa dan tempat atau lokasi, benda, serta dokumen atau arsip. Hal senada juga diungkapkan oleh Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2006), yakni sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.

Dua definisi di atas mengindikasikan bahwa suatu sumber data harus benar-benar menjadi media yang berfungsi untuk menyediakan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Dengan demikian, sumber data dalam penelitian ini antara lain:

1. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data tertulis. Oleh sebab itu, dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini berupa skrip orisinal film The Social Network yang ditulis dalam bahasa Inggris. Skrip film menyediakan data berupa istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa Inggris sebagai BSu.

2. VCD Film The Social Network

VCD film The Social Network termasuk dalam kategori sumber data berupa benda yang menyediakan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa Indonesia yang menjadi data dalam penelitian ini. Tidak hanya itu, peneliti perlu mengamati serta menyimak tuturan dan tindakan semua tokoh dalam film The Social Network untuk memahami dan menemukan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi yang ditayangkan dalam film tersebut.

3. Informan

Sutopo (2002) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Dengan kata lain, seorang informan diharapkan mampu menyediakan informasi valid yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai data penelitiannya. Untuk itu, penelitian ini melibatkan tiga orang raters untuk memberikan penilaian kualitas terjemahan dari aspek keakuratan dan keberterimaan sementara tiga orang informan

(responden) akan menilai kualitas terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dari aspek keterbacaan.

Data yang akan dikaji dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengumpulkan kata dan frasa yang mengandung istilah komputer dan teknologi informasi dari skrip orisinal, dan subtitle film The Social Network. Selain itu, data primer juga diperoleh dari hasil kuesioner berupa penilaian mengenai tingkat keakuratan dan tingkat keberterimaan dari raters serta penilaian tingkat keterbacaan dari informan dan hasil wawancara mendalam terhadap raters. Di sisi lain, data sekunder dalam penelitian ini berupa informasi dan ulasan-ulasan mengenai film The Social Network yang diperoleh dari internet dan beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji penerjemahan istilah di bidang ilmu tertentu seperti istilah politik, istilah kedokteran, istilah ekonomi, istilah budaya, serta perbandingan terjemahan istilah gerejawi yang dijadikan sebagai referensi oleh peneliti.

D. Teknik Cuplikan (Sampling)

Sutopo (2002) berpendapat bahwa cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari data dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil lebih bersifat selektif. Sehubungan dengan hal tersebut, teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau sering juga dinyatakan sebagai criterion-based sampling. Dengan demikian, tidak akan ada kasus-kasus yang devian (perkecualian) atau dipaksakan masuk ke dalam kategori tertentu (Lincoln & Guba (1985) dalam Santosa, 2012). Jenis teknik cuplikan ini digunakan untuk menentukan data yang akan digunakan dalam penelitian dan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002). Lagipula, pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kedalaman dan kelengkapan data, dan ditujukan untuk memperoleh kedalaman studi dalam konteks tertentu (ibid.).

Singkatnya, sampel ditentukan dari sumber data yang telah diseleksi secara matang berdasarkan pertimbangan dalam bentuk kriteria-kriteria tertentu yang disusun oleh peneliti.

Purposive sampling digunakan sebagai dasar penentuan kriteria film dan informan (rater dan responden) yang merupakan sumber data penelitian. Untuk itu, penelitian ini menggunakan film The Social Network, tiga orang rater dan informan. Dasar penentuan kriteria film telah dijabarkan pada subbab lokasi penelitian, sedangkan kriteria rater yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

2. Memiliki latar belakang pendidikan penerjemahan, minimal S-2 penerjemahan.

3. Memiliki kompetensi penerjemahan yang baik, yang terdiri dari kompetensi kebahasaan dan kompetensi bidang ilmu.

4. Memiliki pengalaman di bidang penerjemahan.

5. Menguasai tata bahasa Inggris dan tata bahasa baku bahasa Indonesia dengan baik.

6. Akrab dengan penggunaan komputer atau internet dalam aktivitas sehari-hari, lebih diutamakan subjek yang sudah akrab dengan berbagai istilah komputer dan teknologi informasi.

Adapun kriteria informan (responden) yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

2. Seorang penikmat film.

3. Mampu membaca dan memahami teks berbahasa Indonesia dengan baik.

4. Akrab dengan dunia komputer atau internet dalam aktivitas sehari-hari, lebih diutamakan subjek yang sudah akrab dengan berbagai istilah komputer dan teknologi informasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini secara khusus menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu mengkaji dokumen (content analysis), kuesioner, dan wawancara mendalam.

1. Mengkaji Dokumen (Content Analysis)

Mengkaji dokumen dilakukan dengan menggunakan teknik simak catat. Mencatat dokumen ini oleh Yin (dalam Sutopo, 2002) disebut sebagai content analysis, dan yang dimaksudkan bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk menyimak dan mencatat segala keterangan mengenai data yang berasal dari para informan.

Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk mendalami penerjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dengan menganalisis teknik yang digunakan dalam menerjemahkan istilah tersebut dan menemukan alasan mengapa teknik yang digunakan dapat mempengaruhi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan hasil terjemahan dalam film. Intinya, berikut ini akan dijabarkan langkah-langkah yang dilalui peneliti dalam melakukan pengkajian dokumen (content analysis):

a. Menonton dan menyimak film The Social Network dengan memfokuskan perhatian pada terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi.

b. Mengunduh skrip orisinal film The Social Network dari internet untuk dicocokkan dengan tuturan para tokoh dalam film.

c. Membaca dan menggarisbawahi kata dan frasa yang tergolong istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa Inggris (BSu) dari skrip orisinal film The Social Network untuk digunakan sebagai data.

d. Mencatat dan mengumpulkan terjemahan kata dan frasa yang merupakan istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa Indonesia (BSa) yang ditayangkan melalui subtitle film untuk digunakan sebagai data.

e. Memberi kode untuk semua temuan (data) yang berupa istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa Inggris (BSu) yang diperoleh dari skrip orisinal film The Social Network dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (BSa) yang diperoleh dari subtitle film.

f. Membuat tabel data terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi yang terdiri dari tiga kolom, yaitu kolom Nomor Data, kolom Teks BSu, dan kolom Teks BSa.

2. Kuesioner

Sutopo (2002) mendefinisikan kuesioner sebagai daftar pertanyaan (atau pernyataan) bagi pengumpulan data dalam penelitian. Teknik pengumpulan datanya atau cara mengajukan pertanyaan (atau pernyataan) tersebut kepada informan, bisa dilakukan baik secara lisan atau secara tertulis. Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kualitas terjemahan yang terdiri tiga elemen utama, yaitu keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network. Penelitian ini menggunakan dua jenis kuesioner yaitu pertama, kuesioner untuk menilai keakuratan

dan keberterimaan terjemahan yang diperuntukkan bagi tiga orang raters dan kedua, kuesioner untuk menilai keterbacaan terjemahan yang diperuntukkan bagi tiga orang informan (responden). Baik raters maupun informan telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

Kuesioner ini bersifat terbuka (open-ended questionnaire), artinya pada setiap pertanyaan (atau pernyataan) selalu disediakan ruang yang cukup untuk memberikan kesempatan kepada para informan (raters dan responden) untuk menulis alasan atau komentar atas jawaban yang diberikannya (Sutopo, 2002). Dengan demikian, peneliti dapat menggali lebih dalam informasi yang dibutuhkan dari para informan terkait dengan pokok permasalahan sehingga informasi yang diperoleh terasa lebih obyektif.

Adapun, kuesioner ini menggunakan instrumen penilai kualitas terjemahan yang meliputi tiga aspek, yaitu tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan terjemahan yang dirumuskan oleh Nababan dkk (2012). Bentuk instrumen penilai kualitas terjemahan yang meliputi ketiga aspek tersebut telah dipaparkan sebelumnya pada subbab penilaian kualitas terjemahan pada Bab II. Para informan diminta untuk memilih salah satu skala penilaian yang tercantum (dari skala 1 sampai dengan 3) kemudian menuliskan alasan atau komentarnya perihal skala yang telah dipilihnya pada kolom yang tersedia.

Bentuk kuesioner untuk menilai kualitas terjemahan terdiri dari dua jenis, yaitu kuesioner untuk mengukur tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan untuk diberikan kepada raters dan kuesioner untuk mengukur tingkat keterbacaan untuk diberikan kepada informan (responden). Seluruh kuesioner diberikan kepada raters dan informan (responden) dalam bentuk hardcopy. Peneliti menyediakan informasi berupa tuturan-tuturan yang mengandung istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa sumber dan tuturan-tuturan yang mengandung terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa sasaran pada kuesioner penilaian keakuratan terjemahan; tuturan-tuturan yang mengandung terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam bahasa sasaran pada kuesioner penilaian keberterimaan dan keterbacaan terjemahan. Untuk menyediakan informasi secara lebih jelas mengenai konteks situasi, peneliti juga menyertakan film The Social Network agar raters dan responden dapat menyaksikan secara langsung konteks situasi yang terjadi saat tuturan-tuturan yang mengandung istilah komputer dan teknologi informasi diucapkan oleh para

tokoh film. Masing-masing bentuk kuesioner yang digunakan oleh peneliti dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Bentuk kuesioner penilaian keakuratan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network

No. Data : 080/TSN/MARK/VA00:25:54 BSu

Why not build a website that offers that? Friends, pictures, profiles, whatever you can...visit, browse around, maybe it’s somebody you just met at a party.

BSa

Jadi, kenapa kita tak membuat situs yang menawarkan teman, foto, profil. Apapun yang bisa kau kunjungi. Meramban. Mungkin yang baru kau temui di pesta.

Keakuratan

Skor Komentar

3 2 1 ...

Tabel 3.2 Bentuk kuesioner penilaian keberterimaan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network

No. Data : 080/TSN/MARK/VA00:25:54 BSa

Jadi, kenapa kita tak membuat situs yang menawarkan teman, foto, profil. Apapun yang bisa kau kunjungi. Meramban. Mungkin yang baru kau temui di pesta.

Keberterimaan

Skor Komentar

3 2 1 ...

Tabel 3.3 Bentuk kuesioner penilaian keterbacaan terjemahan istilah komputer dan teknologi informasi dalam film The Social Network

No. Data : 080/TSN/MARK/VA00:25:54 BSa

Jadi, kenapa kita tak membuat situs yang menawarkan teman, foto, profil. Apapun yang bisa kau kunjungi. Meramban. Mungkin yang baru kau temui di pesta.

Keterbacaan

Skor Komentar

3 2 1 ...

3. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Pelaksanaan kegiatan wawancara mendalam (in-depth interview) diperlukan untuk memperoleh kemantapan data yang sebelumnya telah diperoleh peneliti melalui teknik pengkajian dokumen (content analysis) dan kuesioner. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (atau pernyataan) itu (Moleong, 2006: 186). Hal senada juga diungkapkan oleh Sutopo (2002: 58) yakni sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan.

Kegiatan wawancara mendalam (in-depth interview) ini melibatkan peneliti dan raters atau peneliti dan informan (responden) yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mendetail dan mendalam mengenai penilaian kualitas terjemahan yang telah dilakukan oleh para rater dan informan. Wawancara mendalam dilakukan jika peneliti menemukan penilaian kualitas terjemahan yang sangat jauh berbeda antara satu rater dengan rater yang lain atau antara satu informan dengan informan yang lain. Hal itu diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih valid berkaitan dengan kualitas terjemahan.

F. Validitas Data

Sutopo (2002) menguraikan bahwa:

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Ketepatan data penelitian tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian.

Untuk memperoleh derajat validitas dan reliabilitas data dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul diteliti kembali dengan menggunakan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu teknik trianggulasi. Menurut Moleong (2006), trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

Untuk memperoleh derajat validitas dan reliabilitas data dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul diteliti kembali dengan menggunakan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu teknik trianggulasi. Menurut Moleong (2006), trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding