• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

11. Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle)

Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu dengan batang berkayu dan daun majemuk. Buah berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm. Kulitnya berwarna hijau atau kekuning-kuningan dengan daging buah berwarna kuning kehijauan [22]. Jeruk nipis merupakan obat tradisional seperti obat batuk, penghilang rasa lelah, panas dalam, dan lain sebagainya. Jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat batuk karena adanya asam sitrat, asam amino (triftopan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen) [23].

12. Ki baceta (Clausena indica (Dalzell) Oliv.)

Ki baceta merupakan salah satu tumbuhan dari genus Clausena. Genus ini diketahui banyak dipakai sebagai pestisida dan pengobatan karena mengandung banyak metabolit sekunder yang menguntungkan. Clausena indica adalah tumbuhan dengan daun majemuk, daun kecil, berwarna hijau, dan memiliki aroma yang enak. Tumbuhan ini termasuk keluarga Rutaceae yang memiliki banyak kandungan minyak atsiri. Kandungan tersebut dapat membantu mengobati berbagai gangguan pada saluran nafas seperti asma dan batuk [24]. Clausena indica mengandung minyak atsiri yang terdiri dari sabinen dan terpinen. Senyawa ini memberi efek terapi dan memiliki aktivitas antibakteri (Anil et al., 2011).

13. Pulus (Dendrocnide stimulans (L.f.) Chew)

Pulus atau Dendrocnidestimulans merupakan salah satu contoh tumbuhan dari family Urticaceae. Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan berbahaya dan beracun karena memiliki rambut-rambut halus yang mengakibatkan gatal dan iritasi bila kontak dengan kulit [26]. Masyarakat Desa Karangwangi menggunakan cairan dari batang yang ditampung untuk mengobati batuk. Belum banyak dilaporkan penelitian ilmiah mengenai hal ini namun terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa Dendrocnide stimulans memiliki aktivitas antibakteri yang dapat melawan infeksi bakteri yang memungkinkan untuk mengobati obat batuk [27].

14. Ki barela (Tetrasigma lanceolarium (Roxb.) Planch.)

Tetrastigma lanceolarium merupakan tumbuhan liana yang menjalar ke atas dan menempati posisi yang teratas pada tajuk pohon. Tumbuhan ini memiliki batang pipih yang sering menjadi habitat inang Rafflesia patma[28]. Belum banyak dilaporkan penelitian ilmiah tentang tumbuhan ini, namun masyarakat lokal telah menggunakan tumbuhan ini untuk obat

143

batuk karena memiliki cadangan air yang cukup banyak pada bagian batangnya dan menurut masyarakat berkhasiat.

15. Laja (Alpinia galanga (L.) Willd. )

Tumbuhan rimpang tidak berkayu, susunan akar lebih cegak serta batang lebih besar, memiliki akar rimpang yang rasanya pahit, pedas dan berbau harum [4]. Rimpang dari tumbuhan ini sering digunakan untuk obat dan rempah pada bahan pangan. Salah satu penyakit yang dapat diobatinya adalah demam, sakit tenggorokan, sariawan, batuk berdahak, radang paru-paru, dan menghilangkan bau mulut. Alpinia galanga memiliki minyak atsiri yang mengandung metil-sinamat, sineol, eugenol, kamfer, seskuiterpen, dan galangin [29].

Sumber dan Pewarisan Pengetahuan Tumbuhan

Pengetahuan mengenai penggunaan tumbuhan untuk obat diabetes pada masyarakat Desa Karangwangi pada umumnya didapatkan dari berbagai sumber yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pengetahuan penggunaan tumbuhan yang didapat biasanya diwariskan oleh para orangtua agar keturunannya memiliki pengetahuan untuk mengobati penyakit. Cara pewarisan pengtahuan tersebut dilakukan melalui lisan dan praktek. Cara lisan dilakukan dengan memberi tahu tumbuhan apa yang dapat berkhasiat mengobati penyakit. Sedangkan, cara praktek dilakukan dengan mengajak keturunan mereka untuk membantu mencarikan tumbuhan dan membantu untuk menyiapkan ramuan obat.

Gambar 3. Sumber pengetahuan tentang tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat batuk alami

Kesimpulan

Terdapat 15 spesies tumbuhan dalam 10 famili tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Karangwangi sebagai obat batuk tradisional. Penggunaan tumbuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara diambil airnya seperti diperas, dituak, dan dicincau, sedangkan pemakaian lainnya adalah dengan cara dibuhbuy. Pengetahuan tentang tumbuhan herbal sebagian besar didapatkan turun-temurun dari orang tua mereka. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa sebagian besar tumbuhan yang digunakan masyarakat Desa Karangwangi dapat dibuktikan secara ilmiah untuk mengobati batuk. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan kimia dan efektifitas tumbuhan yang digunakan masyarakat. Adanya informasi khasiat serta kandungan kimia yang telah dipaparkan diharapkan dapat mengembangkan potensi tumbuhan sebagai bahan baku obat-obatan herbal yang saat ini banyak dikembangkan.

13%

30% 57%

Turun temurun dari orang tua

Mendengar atau melihat orang lain Lainnya

144

Ucapan Terimakasih

Penelitian ini didukung oleh Academic Leadership Grant (ALG) Universitas Padjadjaran dari Prof. Johan Iskandar yang pendanaannya disokong oleh Rektor Universitas Padjadjaran.

Daftar Pustaka

[1] Tjay, T. H., dan K. Rahardja.2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi ke VI. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

[2] Martin,G.J. 1995. Ethnobotany: A Methods Manual. Chapman & Hall, London. [3] Singarimbun dan Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta.

[4] Lemmens, R.H.M.J. and Bunyapraphatsara. 2003. PROSEA : Medicinal and poisonous plants Vol. 3. Backhuys Publishers, Netherlands.

[5] Mulla, W.A., P.B Sargade, A.M Pawar, H.A Tarkasband, dan FJ Sayyad. 2010. Antimicrobial activity of Alocasia indica. Int J Pharm Tech Res, 2:327-333.

[6] Asolkar, L.V., K.K Kakkar, O.J Chakre. 1992. Glossary of Indian medicinal plants with active principles. 2nd edition. New Delhi; National Institute of Science Communication and information resources CSIR, New Delhi.

[7] Purseglove, J.W.1975. Tropical Crops : Monocotyledons. Longman Group Ltd., London. [8] WHO. 2009. Medicinal Plants in Papua New Guinea. WHO, Philipines.

[9] Januminro. 2000. Rotan Indonesia. KANISIUS, Yogyakarta. [10]

[11] Purba, R., E.T Arung, T. Tranoto.2014. Uji bioaktivitas pada ekstrak kasar etanol, fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol-air dari daun andong (Cordyline terminalis kunth). Jurnal Kimia Mulawarman, 11(2):88-93.

[12] Gurumoorthi P, S.S Kumar, V. Vadivel, and K. Janardhanan. 2003. Studies on agrbotanical characters of different accessions of velvet bean collected from Western Ghats, South India. Tropical and subtropical Agroecosystems, 2:105-115.

[13] Rajeshwar Y, M. Gupta, and U.K Mzumder. 2005. In vitro lipid peroxidation and antimicrobial activity of Mucuna pruriens seeds. Iranian Journal of Pharmacology and Therapeutics 4(1): 2005; 32-35.

[14] Tampubolon, W. 2011. Informasi Singkat Benih : Erythrina variegata. BPTH, Sulawesi. [15] Venkatesan, D and C.M Karrunakaran. 2010. Antimicrobial activity of selected Indian

Medicinal Plants. Journal of Phytology, 2(2):44-48.

[16] Rulliaty, S., N. Hadjib, G. Pari, M. Muslich, Jasni, I.M Sulastiningsih, S. Komarayati, Abdurahman, S. Suprapti, dan Efrida Basr. 2010. Sifat Dasar dan Kegunaan Bambu. LIPI, Bogor.

[17] Berlian, N. dan E. Rahayu. 1995.Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya, Jakarta.

[18] Drandfield, S and E. A Widjadja. 1995. Plant Resources of South-East Asia No. 7 : Bamboos. Backhuys Publishers, Leiden, Nederlands.

[19] Macherla, S.1, M. Sabat, Sharadanalla , G. Venkateshwarlu, E.Rajeshwari. 2012. Evaluation of anti-microbial activity of Bambusa vulgaris leaves. International Journal of Phytothearpy Research, 2(2):36-39.

[20] Djauhariya E, M. Rahardjo, Ma‘mun. 2006. Karakterisasi Morfologi dan Mutu Buah Mengkudu. Bul. Plasma Nutf., 12(1) : 1-8.

[21] Wijayakusuma, H.M., H.S Dalimarta, A.S Wirian, T. Yaputra, dan B. Wibowo.1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini, Jakarta.

[22] Steenis, C.G.G.J. 2006. Flora. PT. Pradya Paramita, Jakarta. [23] Rukmana, R. 1996. Jeruk Nipis. Kanisius, Yogyakarta.

[24] Burkill, I.H.1966. A Dictionary of The Economic Products of The Malay Peninsula Vol. 1 and 2. Min. Agric. & Coop. Govt. of Malaysia and Singapore.

145

[26] Zhengyi, W., P. H Raven and H. Deyuan.2003. Flora of China Volume 5.Missouri Botanical Garden Press, China.

[27] Mariani, R., E.Y Sukandar, A. G Suganda.2014.Antimicrobial activity from Indonesian Urticaceae. Int J Pharm Pharm Sci, 6(4):191-193.

[28] Hernidiah, N. 1999. Skripsi Sarjana, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[29] Morita, H. and H. Itokawa.1988. Cytotoxic and antifungal diterpenes from the seeds of Alpinia galanga. Planta. Med., 54:117-120.

146 EK-27