• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mohamad Agus Salim

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Suanan Gunung Djati Bandung, Jl. AH Nasution 105 Bandung 40614

Email : mas18867@yahoo.com.au

Abstrak. Wilayah perairan negara Indonesia yang lebih dari 60%, menjadikan bangsa ini

memiliki kepercayaan diri yang besar untuk mengembangkan terus potensi mikroalga agar mencapai kemandirian dan kemakmuran bangsa Indonesia. Potensi yang bermanfaat dari mikroalga untuk digunakan pada berbagai sektor yang mendukung keberlangsungan hidup umat manusia perlu terus diusahakan oleh masyarakat ilmiah bangsa indonesia.Mikroalga mengandung senyawa metabolit primer maupun sekunder yang berpotensi menjadi senyawa bioaktif yang bermanfaat. Kandungan metabolit primer seperti karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat terlibat langsung pada pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi mikroalga, sedangkan metabolit sekunder tidak terlibat secara langsung dengan proses metabolisme tersebut tetapi berperan dalam merespons kondisi lingkungan sekitarnya. Senyawa bioaktif yang menjadi perhatian saat ini adalah berbagai senyawa asam lemak yang termasuk kedalam poly unsaturated fatty acid (PUFA) yaitu eicosapetaenoic acid (EPA), docosahesaenoic acid (DHA), γ-linoleic acid (GLA) dan arachidonic acid (AA). Selanjutnya senyawa bioaktif mikroalga lainnya adalah berbagai pigmen seperti klorofil (a, b, c, d, e,), karotenoid (β-karoten, Astaxanthin, Lutein, Lycopene), fikobiliprotein (fikosianin, fikoeritrin), tokoferol dan sterol, polisakarida, protein, vitamin dan mineral. Mikroalga yang menjadi perhatian saat ini karena kandungan senyawa bioaktifnya seperti Haematococcus pluvialis, Porphyridium cruentum, Dunalliela salina, Spirulina platensis, Chlorella vulgaris dan masih banyak lagi yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk mencapai kemandirian bangsa Indonesia.

Kata Kunci : bioaktif, Indonesia, kemandirian, metabolit, mikroalga. 1. PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki 18.110 pulau dengan panjang garis pantai 108.900 km. Dengan panjang wilayah 5.100 km yang terbentang dari Aceh sampai Papua memiliki perairan sekitar 62 % dari luas wilayahnya. Saat ini di seluruh dunia para ahli ilmu pengetahuan termasuk ahli biologi berusaha untuk dapat menemukan bahan alam yang akan dijadikan sebagai sumber plasma nuftah serbaguna. Dengan meningkatnya radikal bebas dari lingkungan maka akan meningkat pula berbagai gangguan pada kesehatan manusia. Radikal bebas dapat bertambah dari racun racun yang ada di lingkungan, polutan di udara seperti ozon dan nitrogen dioksida, kemudian juga cahaya matahari dengan sinar ultra violetnya, radiasi terionisasi, obat-obatan dan juga asap rokok. Radikal bebas tersebut akan menyebabkan semakin maraknya penyakit terutama penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, diabetes, katarak bahkan juga berbagai macam kanker. Mikroalga merupakan mikroorganisme yang mampu berfotosintesis, dengan menggunakan karbondioksida (CO2), air (H2O) dan bantuan energi cahaya matahari dapat menghasilkan biomasa berupa karbohidrat dan produk sampingannya yaitu oksigen (O2). Karbohidrat tersebut di dalam sel mikroalga dapat diubah menjadi metabolit primer lainnya seperti lipida, protein serta metabolit sekunder yang manfaatnya ternyata cukup besar pula. Metabolit tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya untuk bahan pangan dan pakan, bahan bakar hayati, bahan baku industri kosmetik dan farmasi serta bahan

28

baku makanan fungsional (nutraceutical).Beberapa jenis dari mikroalga kaya akan antioksidan alami yang dicari oleh para peneliti di dunia saat ini. Memang antioksidan dari makroalga sudah dikenal lebih dahulu dibandingkan antioksidan dari mikroalga. Perbanyakan sel mikroalga dikerjakan dengan terkontrol menggunakan medium dengan nutrisi yang bersih sehingga biomasa mikroalga pun benar benar bersih dari herbisida, pestisida maupun zat racun yang lainnya. Informasi dan kajian antioksidan yang terkandung dalam mikroalga masih sangat sedikit, padahal untuk mendapatkan zat bioaktif tersebut relatif lebih mudah. Sehingga eksplorasi zat bioaktif dari mikroalga yang diinginkan untuk mengatasi berbagai penyakit baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif menjadi sangat terbuka lebar bagi para peneliti khususnya peneliti biologi di Indonesia.

2. APA ITU MIKROALGA

Mikroalga merupakan mikroorganisme berfotosintesis dari kelompok prokariot dan eukariot yang mampu menghasilkan karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat sebagai hasil fotosintesisnya. Pertumbuhan mikroalga dapat sangat cepat karena memiliki struktur sel yang uniseluler ataupun multiseluler sederhana. Contoh dari mikroalga prokariot adalah kelompok Cyanophyta (alga biru) dan contoh mikroalga eukariot yaitu Chlorophyta (alga hijau). Habitat dari mikroalga bukan hanya akuatik namun juga dapat ditemukan di terestrial yang lembab. Beragamnya spesies dari mikroalga disebabkan oleh kondisi lingkungan untuk hidupnya dengan kisaran yang lebar. Diperkirakan lebih dari 50.000 spesies mikroalga yang hidup di dunia ini, namun masih kurang dari 30.000 spesies yang sudah dikaji dan dianalisis. Cahaya matahari, unsur hara dan CO2 merupakan persyaratan utama untuk tumbuhannya mikroalga. Kemampuan mikroalga untuk fiksasi CO2 dengan menggunakan energi cahaya matahari 10 kali lebih besar dari tumbuhan terestrial. Keunggulan lain mikroalga bila dibandingkan dengan tumbuhan terestrial yaitu efisiensi penggunaan cahaya matahari, dapat memanfaatkan limbah, menggunakan sumberdaya yang minimal serta tidak berkompetisi untuk lahan subur bagi pertanian. Mikroalga dapat ditemukan pada hampir semua divisio alga kecuali pada Phaeophyta (alga coklat) yang semuanya berupa makroalga. Divisio alga yang semuanya berupa mikroalga yaitu Cyanophyta (alga biru), Pyrrophyta (Dinoflagellata), Euglenophyta (Euglenoid), Baccilariophyta (Diatom). Divisio alga sekitar 90% berupa mikroalga yaitu Chlorophyta (alga hijau) dan sebaliknya divisio alga yang sekitar lebih dari 90% berupa makroalga yaitu Rhodophyta (alga merah).

Chlorella vulgaris: Sudah sejak dahulu spesies mikroalga ini digunakan sebagai makanantradisional bahkan obat alternatif di masyarakat asia timur. Begitupun secara luas dijadikan sebagai suplemen makanan di beberapa negara seperti Cina, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.Chlorella mengandung nutrisi yang cukup banyak (seperti :karotenoid, vitamin, mineral) yang dapat digunakan sebagai makanan sehat juga pakan hewan ternak dan akuakultur.Chlorella berperan penting dalam kesehatan yang dapat mengatasi berbagai gangguan kesehatan lambung, luka, konstipasi, anemia, hipertensi, malnutrisi dan lain lain.Chlorella juga digunakan untuk mencegah arterosklerosis dan hiperkolesterolemia dengan kandungan glikolipida dan fosfolipidanya, serta kerja antitumor dengan glikoprotein, peptidadan nukleotidanya.

Haematococcus pluvialis: mikroalga ini dikenal sebagai organismeyang mengandung astaxanthin paling banyak di alam (1.5-3.0% dari berat kering). Astaxanthin merupakan turunan dari karotenoid yang memiliki kerja antioksidan yang lebih besar dari β-karoten, vitamin C and vitamin E. Haematococcus saat ini menjadi sumber utama penghasil pigmen ini dan dijual secara komersial terutama penggunaannya pada akuakultur ikan salmon.

Dunaliella salina: Mikroalga yang mampu mengakumulasi sangat banyak β-karoten, pigmen utama yang digunakan untuk pewarna makanan alami dan provitamin A (retinol). D. salina dapat mengandung sampai 14% karotenoid dalam berat keringnya atau sampai 10% kandungan β-karoten pada kondisi stres karena mendapat garam dan pencahayaan yang tinggi.Disamping β-karoten, D. salinajuga menghasilkan bahan kimia lain yang berharga yaitu gliserol.

29

Spirulina platensis : Sejak zaman dahulu di Meksikodan Afrika telah dibudidayakan di danau alkali dan digunakan oleh penduduk setempat sebagai bahan makanan.Produksi biomasanya di dunia dapat mencapai 3000 ton/tahundan secara luas digunakan sebagai suplemen makanan dan pakan hewan ternak, karena mengandung protein yang tinggi dan nutrisi bernilai tinggi seperti kadar asam γ-linolenic (GLA). Mikroalga ini bermanfaat bagi kesehatan diantaranya menurunkan hiperlipidemia, menekan hipertensi, mencegah gagal ginjal, meningkatkan mikrofloraLactobacillususus, menekan kadar gula darah, kerja antikarsinogenikdan kerja hipokolesterolemik. S. platensisini juga sebagai sumber utama pigmen fikosianin alami, yang biasa digunakan sebagai makanan alami dan pewarna kosmetik (ekstrak warna biru).

3. SENYAWA BIOAKTIF MIKROALGA

Pembahasan senyawa bioaktif pada mikroalga tidak lepas dari istilah metabolit dan fitokimia. Maka pada bagian ini akan dijelaskan dahulu mengenai metabolit dan fitokimia secara umum dan mendasar. Metabolit merupakan molekul intermedietdan produk yang dihasilkan dari metabolisme. Istilah metabolit umumya ditujukan pada molekul yang kecil. Metabolit primer yaitu molekul yang terlibat secara langsung dalam pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi suatu organisme. Sedangkan metabolit sekunder merupakan molekul yang tidak secara langsung terlibat dalam proses tersebut tetapi biasanya memiliki fungsi penting secara ekologi karena berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu dan tahap perkembangannya. Metabolit ini baik yang primer maupun sekunder terus dicari dan diteliti oleh para ahli untuk dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia di masa yang akan datang. Kata Fitokimia berasal dari kata ―Phyto‖ (bahasa Yunani) yang artinya tumbuhan, sehingga istilah fitokimia mengacu pada berbagai senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan. Fitokimia merupakan senyawa kimia yang dihasilkan selama tumbuhan tersebut melakukan metabolisme secara normal. Terdapat banyak senyawa fitokimia dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai kepentingannya. Fitokimia dapat menjaga manusia dari serangan penyakit. Fitokimia ini sering ditujukan kepada metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, koumarin, glikosida, getah, polisakarida, fenol, tannin, terpen dan terpenoid.Fitokimia biasanya merujuk pada senyawa kimia yang bukan nutrisi. Kerja dari senyawa fitokimia ini dapat sendiri atau gabungan bahkan dapat dikombinasikan dengan vitamin.Mikroalga merupakan sumber metabolit atau senyawa bioaktif yang cukup penting, terutama sebagai agen sitotoksis yang dapat diaplikasikan untuk kemoterapi kanker.Begitupun produksi ß-karotendan vitamin oleh mikroalgaDunaliella sp. telah terdokumentasi dengan baik dan penggunaannya sangat penting pada kegiatan Marikultur. Cyanophyta dikenal juga sebagai salah satu kelompok mikroalga yang paling menjanjikan karena dari kelompok ini telah banyak dihasilkan senyawa bioaktif. Cyanophyta yang dikenal menghasilkan berbagai senyawa bioaktif sebagai metabolit sekunder diantaranya Spirulina, Anabaena, Nostoc dan Oscillatoria.Senyawa bioaktif dari kelompok Cyanophyta ini diantaranya 40% lipopeptida, 5,6% asam amino, 4,2% asam lemak, 4,2% makrolidadan 9% amida. Lipopeptida yang dihasilkan oleh Cyanophyta termasuk beragam senyawa sitotoksis (41%), antitumor (13%), antiviral (4%), antibiotik (12%) dan sisanya 18% memiliki kemampuan seperti antimalaria, antimikotiks, antifeedant, herbisidadan agen immunosuppressive; disamping itu menghasilkan senyawa yang bekerja sebagai antitumor, antiviral,antifungidan mampu menurunkan kolesterol baik pada hewan maupun manusia. Senyawa bioaktif dari Cyanophyta ini dapat melindungi sel T-lymphoblastoid dari pengaruh sitopatik dari infeksi HIV. Dari mikroalga eukariotik seperti Chlorella vulgaris yang menghasilkan glikoprotein yang mampu melawan metastatis tumor dan menginduksi immunosuppression saat kemoterapi.Senyawa bioaktif yang terdapat pada mikroalga cukup lebar variasinya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti temperatur, cahaya, pH, unsur hara, CO2, kerapatan populasi, fase pertumbuhan dan fisiologi mikroalga itu sendiri. Mikroalga mampu melakukan biosintesis, metabolisme, akumulasi dan sekresi berbagai metabolit primer maupun sekunder. Senyawa bioaktif dari metabolit tersebut dapat dimanfaatkan pada berbagai aplikasi seperti suplemen makanan, pakan hewan ternak dan ikan, di industri kosmetik dan farmasi, bidang pertanian, dan produksi energi hayati (biofuels).

30

1. PIGMEN :

Karakteristik mikroalga yang sangat jelas adalah warna dari pigmen yang dimilikinya. Secara umum setiap divisio mikroalga memiliki warna dari kombinasi beberapa pigmen. Disamping klorofil ternyata mikroalga memiliki pigmen aksesoris atau sekunder yang beragam yaitu kelompok pigmen fikobiliprotein dan kelompok pigmen karotenoid. Fungsi dari pigmen aksesoris ini adalah meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi cahaya matahari dan melindungi sel dari radiasi cahaya matahari. Dari fungsi pigmen pada sel mikroalga itu sendiri ternyata dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai antioksidan yang disertakan dalam makanan sehari hari. Saat ini pigmen yang dimiliki mikroalga banyak digunakan sebagai pewarna alami berbagai produk industri dan makananfungsional (nutraceutical).

Klorofil : Mikroalga mengandung berbagai macam klorofil. Klorofil a merupakan klorofil utama pada proses fotosintesis dan dimiliki oleh semua spesies mikroalga. Mikroalga yang hanya memiliki klorofil a adalah dari divisio Cyanophyta (alga biru) and Rhodophyta (alga merah). Mikroalga yang memiliki klorofil a dan b seperti klorofil yang dimiliki tumbuhan adalah Chlorophyta (alga hijau)dan Euglenophyta (Euglenoid), sedangkan mikroalga yang memiliki klorofil c, d dan e yaitu Baccilariophyta (diatom). Jumlah klorofil pada mikroalga sekitar 0.5-1.5% dari berat keringnya.Klorofil dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai pewarna makanan dan obat, serta memiliki manfaat bagi kesehatan manusia. Senyawa ini secara tradisional telah digunakan sebagai obat bengkak dan kebakar serta mengontrol bau badan. Saat ini klorofil dikonsumsi pula untuk mengurangi resiko kanker usus

Karotenoid : Di dalam sel mikroalga, karotenoid memiliki fungsi selain sebagai pembantu klorofil a dalam menangkap energi cahaya matahari namun fungsi yang utama dari karotenoid adalah melindungi badan badan yang terlibat dalamfotosintesis dari kerusakan oleh radiasi cahaya matahari. Karotenoid juga berperan dalam gerakfototropismedan fototaksis. Beberapa mikroalga membentuk karotenoid akibat responsnya terhadap kondisi lingkungan yang keras. Dengan mengkonsumsi karotenoid dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit akibat terpapar radikal bebas seperti arteriosklerosis, katarak, penyakit mata dan berbagai kanker. Lebih dari 600 macam turunankarotenoid dan sekitar 50 macam yang berfungsi sebagai provitamin-A diantaranya, α-karoten, β-karotendan β-cryptoxanthin. Namun hanya sedikit karotenoid yang digunakan dan dijual komersil seperti diantaranya β-karotendan astaxanthin serta lebih sedikit lain seperti, lutein, zeaxanthin, lycopene dan bixin yang dapat dimanfaatkan untuk pakan hewan, farmasi,kosmetikdan pewarna makanan. Karotenoid yang dihasilkan oleh mikroalga sepertiβ-karoten dari Dunaliella salina dan astaxanthin dariHaematococcus pluvialis. Fikobiliprotein :Disamping klorofil dan karotenoid beberapa mikroalga seperti Cyanophyta (alga biru), Rhodophyta (alga merah) mengandung fikobiliprotein, pigmen yang larut air ini dimiliki oleh mikroalga yang hidup di perairan yang lebih dalam. Sumberfikobiliprotein utama yaitu dari mikroalga divisioCyanophyta sepertiSpirulinayang menghasilkan fikosianin (biru) dan Rhodophyta sepertiPorphyridium yang menghasilkanfikoeritrin (merah). Penggunaan pigmen ini cukup luas diataranya berfungsi pada aplikasi fluorescen di bidang kesehatan, pewarna alami pada berbagai produk makanan seperti permen karet, permen, jelly, es krim, minuman ringan juga pada kosmetik seperti lipsticks, eyeliners dan eye shadows. Di bidang kesehatan pigmen ini digunakan sebagai antioksidan anti-inflamasi, pengaruh neuroprotective dan hepatoprotective.

2. ASAM LEMAK :

Beberapa mikroalga mampu mensintesis asam lemak dengan manfaat yang mengagumkan diantaranya γ-linolenic acid (GLA, 18:3ω6) (Spirulina), arachidonic acid (AA, 20:4ω6) (Porphyridium), eicosapentaenoic acid (EPA, 20:5ω3) (Nannochloropsis, Phaeodactylum, Nitzschia, Isochrysis, Diacronema) dandocosahexaenoic acid (DHA, 22:6ω3) (Crypthecodinium, Schizochytrim).Semuanya termasuk ke dalam asam lemak tak jenuh rantai panjangpolyunsaturated fatty acids/PUFA (lebih dari 18 karbon) yang tidak dapat disintesis oleh tumbuhan tingkat tinggi dan hewan, hanya mikroalga yang mampu memproduksinya,

31

padahal manusia memerlukan asam lemak ini pada makanannya. Sebenarnya ikan pun menghasilkan asam lemak ini hanya saja kehawatiran kalau ikan tersebut telah tercemar dengan logam berat.PUFA ω3, terutama DHA, penting dalam nutrisi bayi untuk perkembangan otak, mata, penglihatan, kecerdasan, sehingga asam lemak ini penting berada di air susu ibu. Asam lemak ini sebagai senyawa bioaktif yang mampu mengatasi berbagai penyakit degeneratifseperti menurunkan kadar kolesterol darah, kardiovaskuler, jantung koroner, atherosklerosis, diabetes, hipertensi, rheumatoid arthritis, rheumatik,penyakit kulit, penyakit pencernaan dan juga kanker.

3. TOKOFEROL & STEROL

Tokoferol tersebar luas di alam dan terdapat di jaringan yang dapat berfotosintesis (misalnya daun) maupun jaringan yang tidak berfotosintesis (misalnya kecambah) baik pada tumbuhan maupun mikroalga.Mikroalga Euglena memiliki kadar tokoferol yang paling tinggi bila dibandingkan dengan organisme uji lainnya seperti ragi, kapangdan mikroalga lainnya. Pengamatan terhadap kerang yang diberi mikroalga akan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat, karena mikroalga yang dikosumsinya banya mengandung sterol.Kesimpulannya polihidroksisterols dari mikroalga mampu berfungsi sebagai antikanker, sitotoksisdan aktivitas biologi lainnya.

4. PROTEIN

Kandungan protein dari berbagai spesies mikroalga menjadi alasan penggunaan mikroalga sebagai sumber protein yang baru berupa protein sel tunggal / single cell protein (SCP). Selain itu asam amino yang terdapat pada protein mikroalga lebih cocok digunakan sebagai protein makanan. Kemapuan mikroalga untuk mensintesis semua jenis asam amino yang dapat memenuhi nutrisi penting bagi manusia dan hewan.

5. POLISAKARIDA

Polisakarida digunakan secara luas di industri makanan terutama sebagai pengental dan membentuk jeli. Banyak polisakarida yang telah digunakan secara komersial seperti agar, alginat dankaragenan yang diekstrak dari makroalga atau rumput laut. Namun sebenarnya banyak mikroalga yang juga memproduksi polisakaridadan beberapa dari produk tersebut telah digunakan secara komersial di industri makanan. Pertimbangan karena mikroalga memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan faktor lingkungannya terkontrol terutama untuk menghindari dari polutan logam berat. Mikroalga yang penting menghasilkan polisakarida Porphyridium cruentum, yang menghasilkan sulphated galactan exopolysaccharideyang dapat menggantikan karagenan pada berbagai aplikasinya.Contoh yang lain adalah Chlamydomonas mexicana, yang menghasilkan sampai 25% dari produksi bahan organiknya yaitupolisakarida ekstraseluler dan di Amerika Serikat diaplikasikan sebagai soil conditioner. Manfaat polisakarida ini bagi kesehatan adalah meningkatkan sistem imun pada manusia.

6. VITAMIN DAN MINERAL

Biomasa mikroalga mengandung hampir semua vitamin esensial (seperti. A, B1, B2, B6, B12, C, E, asam nikotinat, biotin, asam folatdan asam pantotenat) dan juga mineral yang seimbang (seperti. Na, K, Ca, Mg, Fe, Zn dan unsur hara mikro). Kandungan vitamin B12 danbesi yang tinggi pada beberapa spesies mikroalga, sepertiSpirulina, menjadikan mikroalga dinobatkan sebagai makanan bernutrisi lengkap dan baik bagi orang vegetarian.Kandungan vitamin dari mikroalga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor genotipe, fase dari siklus hidupnya, nutrisi pada medium kulturnya dan intensitas cahaya, cara pemanenan dan cara pengeringan biomasanya.

7. ANTIOKSIDAN

Mikroalga merupakan organisme fototrof yang terpapar langsung dengan oksigen yang tinggi dan stres radikal bebas,oleh sebab itu mikroalga mampu mengembangkan sistem

32

pertahanan yang efisien untuk melawan reactive oxygen species (ROS)dan radikal bebas. Dengan demikian, semakin meningkat lagi penggunaan mikroalga sebagai sumber antioksidan alami untuk kosmetik (sebagaisunprotecting) dan makanan fungsional (nutraceutical). Kandungan antioksidan yang tinggi didapatkan dari ekstraksi kasar metanol dari beberapa mikroalga seperti Isochrysis galbana, Chlorella vulgaris, Nannochloropsis oculata, Tetraselmis tetrathele, Chaetoceros calcitrans) bila dibandingkan dengan α-tokoferol.

4. KESIMPULAN

Dengan luasnya perairan yang dimiliki negara Indonesia sudah selayaknya kita mampu mengeksplorasi sekaligus melestarikan biodiversitas mikroalga bagi kemakmuran dan kemandirian bangsa Indonesia. Perairan Indonesia memiliki hampir semua jenis mikroalga yang ada di dunia. Mikroalga dapat dimanfaatkan pada berbagai sektor diantaranya makanan dan pakan, kosmetik, farmasi, pertanian dan bahan bakar hayati. Mikroalga dapat menghasilkan berbagai senyawa bioaktif mulai dari pigmen, asam lemak tidak jenuh, tokoferol dan sterol, protein, polisakarida, vitamin dan mineral. Senyawa bioaktif tersebut yang dihasilkan oleh mikroalga dapat mengatasi baik mencegah maupun mengobati berbagai penyakit infeksi (disebabkan oleh bakteri, jamur, virus) maupun penyakit degeneratif (seperti jantung koroner, stroke, diabetes, asam urat, kolesterol).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed F. 2015. Induction of carotenoid and phytosterol accumulation in microalgae.A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy at School of Agriculture and Food SciencesThe University of Queensland.

Balamurugan G., A.G. Bibin, S. Prakash, G. Karthikeyan, R. Balaji, K. Sathish, B. I. Santhose. 2013. Pigment Producing capacity of saline tolerant microalgae Chaetoceros calictrans, Chlorella salina, Isochrysis galbana, Tetraselmis gracilis and its antimicrobial activity: An Comparative Study. J. Microbiol. Biotech. Res., 3 (1):1-7.

Blackburn S., L. Clementson, I. Jameson, C. Johnston, D. Batten. 2010. Australian National Algae Culture Collection:Biodiversity, pigments and bioproducts. CSIRO Marine and Atmospheric Research. 15th April 2010

Capelli B. and G. R. Cysewski. 2010. Potential health benefitsof spirulina microalgaeA review of the existing literature.Nutra Foods.9(2) 19-26.

Capelli B. and G. R. Cysewski. 2013. Natural Astaxanthin: King of the Carotenoids. Third Edition. Cyanotech Corporation.

Chac´On-Lee T.L. and G.E. Gonz´alez-Mari˜no. 2010. Microalgae for ―Healthy‖ Foods - Possibilitiesand Challenges. ComprehensiveReviews inFoodScienceandFoodSafety. Vol.9, 655-675

Doshia R., T. Nguyena, and G. Changa. 2013. Transporter-mediated biofuel secretion. PNAS. vol. 110. no. 19. 7642–7647.

deMorais M. G., B. da SilvaVaz,E. G. de Morais, and J. A. V. Costa. 2015. Biologically Active Metabolites Synthesized by Microalgae. Hindawi Publishing Corporation. BioMed Research International. Volume 2015, Article ID 835761, 15 pages

Enzing C., M. Ploeg, M. Barbosa,L. Sijtsma. 2014. Microalgae-based products for the food andfeed sector: an outlook for Europe Commission. Joint Research Centre. Institute for Prospective Technological Studies Hembourg.

Eriksen, N. T. 2013. Pigments from microalgae: a new perspective with emphasis on phycocyanin. In M. Arlorio (Ed.), Book of Abstracts and proceedings of the 7th International Congress on Pigments in Foods. (pp. 37)

Han D., Y. Li.and Q. Hu. 2013. Astaxanthin in microalgae: pathways, functions and biotechnological implications. Algae, 28(2): 131-147

Liu J., Z, Sun and H. Gerken. 2014. Recent Advances in Microalgal Biotechnology.Published by OMICS Group eBooks. 731 Gull Ave, Foster City. CA 94404, USA

33

Munir N., N. Sharif, S. Nazand F. Manzoor. 2013. Algae: A potent antioxidant source.Sky Journal of Microbiology Research Vol. 1(3), pp. 22 – 31.

Perosa A., G. Bordignon, G. Ravagnan, S. Zinoviev. 2015. Algae as a Potential Source of Food and Energy in Developing Countries Sustainability, Technologyand Selected Case Studies. Edizioni Ca‘ Foscari - Digital Publishing. Venezia.

Solovchenko A. and K. Chekanov. 2014. Production of Carotenoids Using Microalgae Cultivated in Photobioreactors. Springer Science. Business Media Dordrecht.

Sotiroudis T. Gand Georgios T. S. 2013. Health Aspects Of Spirulina (Arthrospira) Microalga FoodSupplement. J. Serb. Chem. Soc. 78 (3) 395–405 (2013)

Ughy B., C. I. Nagy, and P. B. Kós. 2015. Biomedical potential of cyanobacteria and algae Acta Biologica Szegediensis. Volume 59 (Suppl.2):203-224.