• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tumbuhan Obat di Sekitar Sadengan dan Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur

Joko Kusmoro1, Ismi Istiqomah Ruhyati, Betty Mayawatie Marzuki1, a) dan Tubagus Imat

1

Departemen Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Padjadjaran

a)

mayawatiebetty@gmail.com

Abstrak. Tumbuhan obat banyak terdapat di tipe hutan tropis dataran rendah, TNAP

termasuk ke dalam tipe ini. Penelitian mengenai tumbuhan obat di Taman Nasional Alas Purwo telah dilakukan dengan tujuan mengumpulkan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Sadengan dan Triangulasi – Taman Nasional Alas Purwo agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi siapapun yang melintasi kawasan yang diteliti, seperti pengunjung dan peneliti. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan membuat transect dengan panjang 200 m x lebar 10 m dan line transect sepanjang 300 m, serta inventarisasi jenis dari Sadengan ke Triangulasi sepanjang 1,5 km, dan studi literatur. Terdapat 33 jenis tumbuhan obat dengan perawakan pohon (39,4%), herba (36,4%), perdu (12,1%), terna (6%) dan liana (6%). Dari keseluruhan jenis yang ditemukan, masing-masing tergolong dalam 23 familia tumbuhan. Jenis-jenis tersebut adalah Ageratum conyzoides, Alstonia sp., Antidesma bunius, Averrhoa blimbi, Barringtonia asiatica, Calamus sp., Callophyllum inofolium, Cassia siamea,Cassia tora,,Chrysopogon aciculatus,Cinnamomum sp., Eclipta alba,Elephantopus scaber,Eupatorium odoratumEuphorbia hirta, Ficus septica,Hernandia peltata, Ipomoea pres-capre, Kyllinga monocephala,Lagerstroemia speciosa, Lantana camara, Merremia mammosa,Mimosa pudica, Murayya sp., Ocimum sanctum, Pandanus tectorius, Piper sarmentosum,Schleichera oleosa,, Sida acuta, Synedrella sp., Tectona grandis, Terminalia cattapa, dan Wedelia biflora.

Kata kunci : tumbuhan obat, TNAP, Sadengan, Triangulasi.

Abstract. Medicinal plants are common in lowland tropical forest types , TNAP included

into this type . Research on medicinal plants in the National Park Alas Purwo has been done with the aim of gathering information about the kinds of medicinal plants found in Sadengan and Triangulation - Alas Purwo National Park in order to become useful knowledge to anyone across the region studied, such as visitors and researchers . The method used in this research is to create a transect survey method with a length of 200 m x 10 m wide and 300 m long transect line , as well as an inventory of the type of Sadengan to Triangulation length of 1.5 km , and literature studies . There are 33 species of medicinal plants with tree stature ( 39.4 % ) , herbs ( 36.4 % ) , shrubs ( 12.1 % ) , Terna ( 6 % ) and liana ( 6 % ) . Of the whole species were found , each belonging to 23

families of plants . These species are Ageratum conyzoides, Alstonia sp., Antidesma

bunius, Averrhoa blimbi, Barringtonia asiatica, Calamus sp., Callophyllum inofolium, Cassia siamea,Cassia tora,,Chrysopogon aciculatus,Cinnamomum sp., Eclipta alba,Elephantopus scaber,Eupatorium odoratumEuphorbia hirta, Ficus septica,Hernandia peltata, Ipomoea pres-capre, Kyllinga monocephala,Lagerstroemia speciosa, Lantana camara, Merremia mammosa,Mimosa pudica, Murayya sp., Ocimum sanctum, Pandanus tectorius, Piper sarmentosum,Schleichera oleosa,, Sida acuta, Synedrella sp., Tectona grandis, Terminalia cattapa, dan Wedelia biflora.

153

Keywords : medicinal plants , TNAP , Sadengan , Triangulation.

Pendahuluan

Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang 82% dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Berbagai ekosistem hutan dataran rendah antara lain : tipe ekosistem hutan pantai, tipe hutan mangrove/payau, tipe hutan rawa, tipe hutan rawa gambut, tipe hutan hujan dataran rendah, tipe hutan musim bawah, tipe hutan kerangas, tipe savana, tipe hutan kapur, tipe hutan batuan ultra basa, tipe hutan sungai adalah masing-masing ekosistem hutan tropika Indonesia yang merupakan wujud proses evolusi, interaksi yang kompleks dan teratur dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya, curah hujan, dan suhu), udara dan organisme untuk mendukung kehidupan keanekaragaman hayati, terutama berbagai spesies tumbuhan obat (Zuhud, 2008).

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang mengandung zat yang dapat digunakan sebagai obat atau bahan baku pengobatan. Delapan puluh persen tumbuhan obat yang digunakan oleh orang-orang di dunia berasal dari hutan tropika Indonesia. Taman Nasional Alas Puwo adalah salah satu tipe hutan hujan dataran rendah yang digunakan sebagai kawasan pendidikan, penelitian, dan konservasi sumber daya hayati. Berbagai tumbuhan yang berguna bagi manusia hidup di dalamnya, seperti salah satunya tumbuhan obat. Inventarisasi jenis tumbuhan obat dilakukan dalam penelitian ini pada bulan Juni 2013 di kawasan TNAP terpilih, yakni Triangulasi dan Sadengan, dengan harapan informasi ini berguna bagi siapapun yang melintasi kawasan tersebut. Metode inventarisasi menggunakan metode line purposive transect untuk membantu pengamatan di kawasan yang dilintasi. Diketahui ada 33 jenis tumbuhan obat yang termasuk ke dalam 23 familia dan berperawakan herba, liana, pemanjat, perdu, pohon, dan terna. Dari keseluruhan jenis yang diinventarisasi bagian yang digunakan sebagai bahan baku tumbuhan obat berasal dari bagian daun, batang, biji, akar, kulit batang, bunga, dan getah.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek garis purposive sampling untuk membantu inventarisasi sepanjang kawasan yang dilewati. Jalur pengamatan yang digunakan adalah Triangulasi dan Sadengan. Titik awal pengamatan bermula dari penginapan Triangulasi hingga ke Sadengan, selanjutnya diteruskan ke arah kawasan tepian Pantai Triangulasi.Transek pengamatan yang digunakan yakni panjang 200 m x lebar 10 m dan line transect sepanjang 300 m.

154

Hasil

Terdapat 33 jenis tumbuhan obat yang terdapat di sepanjang garis pengamatan, di antaranya : Ageratum conyzoides, Alstonia sp., Antidesma bunius, Averrhoa blimbi, Barringtonia asiatica, Calamus sp., Callophyllum inofolium, Cassia siamea,Cassia tora, Chrysopogon aciculatus,Cinnamomum sp., Eclipta alba,Elephantopus scaber,Eupatorium odoratumEuphorbia hirta, Ficus septica,Hernandia peltata, Ipomoea pres-capre, Kyllinga monocephala,Lagerstroemia speciosa, Lantana camara, Merremia mammosa,Mimosa pudica, Murayya sp., Ocimum sanctum, Pandanus tectorius, Piper sarmentosum,Schleichera oleosa,Sida acuta, Synedrella sp., Tectona grandis, Terminalia cattapa, dan Wedelia biflora.

Dari hasil pengamatan, berdasarkan perawakan/habitus tumbuhan obat, dapat dikelompokan menjadi 5 macam golongan yakni : herba 10 jenis (30,3%), liana 1 jenis (3,03%), pemanjat 1 jenis (3,03%), perdu 6 jenis (18,18%), pohon 13 jenis (39,39%), dan terna 2 jenis (6,06%).

Berdasarkan bagian yang digunakan terdapat 10 bagian yang digunakan dari seluruh jenis yang ada, yakni : daun (28,81%); akar (15,25%); seluruh bagian tumbuhan (13,56%); biji (11,86%); kulit batang (10,17%); batang (6,78%); buah (6,78%); getah (3,39%); bunga (1,69%); dan umbi (1,69%) .

Tabel1. Daftar Jenis Tumbuhan Obat di Sekitar Sadengan dan Triangulasi

No. Nama Jenis Famili Perawakan Kandungan Kimia Bagian yang digunakan beserta kegunaan

Nama Jenis Nama Lokal 1. Ageratum

conyzoides

Bandotan Asteraceae Herba Asam amino, organocid, minyak atsiri kumarin, agerachromomene, stigmasterol, tannin, sulfur, dan potassium chloride

Akar - diseduh untuk obat sakit panas.

Daun - diseduh untuk mengobati sakit perut. Daun - dibuat salep untuk mengobati luka.

2. Alstonia sp. Pule Apocynaceae Pohon Kulit batang : saponin, flavonoid, polifenol. Daun : pikrinin.

Akar - dikunyah bersama pinang untuk obat nyeri dada dan obat tukak hidung dan yang tidak disebabkan oleh difteri.

Kulit batang bagian dalam – digosikkan dengan air untuk obat penyakit dalam. Kulit batang bagian dalam – ditambahkan air jeruk dan sedikit garam dapat berfungsi sebagi tonikum dan

ekspektoran. Getah – sebagai obat borok/koreng dan bisul. Daun muda – direbus untuk obat sifilis, obat cacing, obat diabetes, dan obat malaria. 3. Antidesma

bunius

Buni Phyllanthaceae Pohon Daun, kulit, batang, dan akar, mengandung saponin dan tannin. Kulit batang

mengandung flavonoid dan alkaloid

Daun – diseduh sebagai obat raja singa dan diaforetik. Buah – diramu dengan daun sebagai obat tenakan darah tinggi dan kurang darah. Buah – dikonsumsi untuk menambah produksi ASI. 4. Averrhoa

bilimbi

Belimbing wuluh

Oxalidaceae Pohon Batang mengandung saponin, tannin, glukosa, kalsium oksalat, sulfur, asam format,

peroksidase.

Batang – dibuat bubur dan dicampur bawang serta daun muda untuk obat gondok. Daun – diambil yang muda ditambahkan cuka, lada,

155

Daun mengandung tannin, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, kalium sitrat.

cengkeh dan dibuat salep untuk obat encok.

Bunga – dikukus, ditambah air, adas, gula, diminum untuk obat batuk.

Buah – dikonsumsi bagi penderita sariawan, kurang vitamin C, dan batuk rejan. 5. Barringtonia

asiatica

Keben Lecythidaceae Pohon Biji dan buah mengandung saponin, asam galat, asam hidrosianat, dan triterpenoid

Daun – dipanaskan, kemudian ditempelkan ke perut untuk mengobati sakit perut. Biji – diekstrak untuk menjadi obat tetes mata.

6. Calamus sp Rotan Arecaceae Liana Holoselulosa, selulosa, lignin, tannin, dan pati

Batang muda – sebagai obat malaria dan penambah nafsu makan

7. Calophyllum inophyllum

Nyamplung Calophyllaceae Pohon Biji mengandung kolofiloida, asam kalofilat, asam

tacawahol, bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit, calanolide A, sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak, tannin, takaferol, dan karetenoid

Buah – sarinya sebagai jamu untuk memperbaiki keadaan setelah nifas.

Biji – dipanggang untuk obat kudis dan kurap.

Minyak – sebagai obat rambut dan rematik.

8. Cassia siamea Johar Fabaceae Pohon Daun mengandung barakol, alkaloid, flavonoid, steroida, antarkinon, dan tannin. Kulit akar mengandung lupeol, betalin, dan diantrakinon.

Biji mengandung minyak lemak dan sitosterin.

Daun muda – sebagai obat demam, kencing manis, malaria, obat luka dan tonik.

9. Cassia tora Ketepeng kecil

Fabaceae Perdu Biji segar mengandung chryzophanol, emodin, aloe emodin, rhein, ohyscion, obtusin, aurantio-obtusin, rubrobusarin,

torachryson, toralactone, dan vit.A.

Biji – dikeringkan sebagai obat radang mata, obat luka kornea, obat rabun senja, hipertensi dan kontipasi. 10. Chrysopogon aciculatus Domdoman, Rumput jarum

Poaceae Herba Diduga mengandung sterol, terpen, alkaloid, flavonoid, dan saponin

Seluruh bagian – dibuat jamu dan ditambahkan sirih sebagai antidot racun.

11. Cinnamomum sp.

Kayu manis Lauraceae Pohon Kulit batang dan daun mengandung minyak atsiri, flavonoid dan saponin.

Kulit batang juga mengandung tannin. Daun juga mengandung polifenol dan alkaloid. Kandungan lainnya pada tumbuhan ini adalah eugenol, feladren, safrole, sinamaldehid, sinoamin aldehid, aliphatic aldehid, kalsium oksalat, damar, dan zat penyamak

Kulit batang – sebagai obat perut kembung, peluruh keringat, penambah nafsu makan, obat sariawan, pereda batuk, obat sakit kepala, radang lambung, dan setelah persalinan

12. Eclipta alba Urang-aring Asteraceae Herba Ecliptine, alfa- terthienylmethanol, 2-(buta-1,3-diynyl)-

5-Seluruh bagian – dilumatkan dan dijadikan obat minum penderita muntah darah,

156

(but-3-3n-1-ynyl) thiophene, wedelolactone

mimisan, kencing darah, diare, dan keputihan.

13. Elephantopus scaber

Tapak liman Asteraceae Herba Daun mengandung epifriedelinol, lupeol, stiqmasterol, triacontan-1-ol, dotria-contan-triacontan-1-ol, lupeol acetate, deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin. Bunga mengandung luteolin-7- glucoside.

Daun- digiling sebagai obat penurun panas dan obat malaria.

Seluruh bagian – ditumbuk halus dan disaring, kemudian direbus untuk mengobati penyakit darah putih.

14. Eupatorium odoratum

Kirinyuh Asteraceae Herba Asam amino : alanin, arginin, glisin, histidin, leusin, valin, asam glutamik, threonin. Monoterpene, sesquiterpene hydrocarbons, triterpene/steroid, alkaloid, dan flavonoid/flavone.

Seluruh bagian – digunakan sebagai obat sakit perut, obat flu, menghentikan pendarahan, dan obat malaria.

15. Euphorbia hirta

Patikan kerbau

Euphorbiaceae Herba Alkaloida, tannin, senyawa folifenol, flavonoid quersitrin, asam lanolat, senyawa terpenoid eufosterol, tarakserol, dan tarakseron.

Seluruh bagian tumbuhan – ditumbuk halus sebagai obat bisul dan koreng.

Daun – diseduh untuk obat radang selaput lendir, bengek, dan radang tenggorokan.

16. Ficus septica Awar-awar Moraceae Perdu Daun, buah, dan akar mengandung saponin dan flavonoid. Akar juga mengandung polifenol.

Buah juga mengandung alkaloid dan tannin.

Akar – sebagai penawar racum, pencahar, obat sakit mata, diare.

Kulit batang – digunakan sebagai obat rheumatik. Getah – digunakan sebagai obat kutil.

17. Hernandia peltata

Kempis laut Hernandiaceae Pohon Biji mengandung saponin, flavonoid, dan tannin.

Batang mengandung saponin.

Biji – dikeringkan, ditumbuk, diseduh, kemudian disaring sebagai obat masuk angin.

18. Ipomoea pescaprae

Tapak kuda Convolvulaceae Herba Seluruh bagian tumbuhan mengandung resin glikosida, pescapreins X-XVII

Daun – dihaluskan dapat menjadi obat pertolongan pertama pada kecelakaan tersengat ubur-ubur. Akar – digunakan sebagai rebusan untuk obat infeksi kandung kemih.

Biji – dikunyah sebagai obat kram dan sakit perut. 19. Kyllinga

monocephala

Rumput kenop

Cyperaceae Herba Seluruh bagian tumbuhan mengandung saponin, flavonoid, dan tannin.

Seluruh bagian tumbuhan segar dijadikan rebusan dan disaring untuk obat sakit kepala dan bronkhitis. 20. Lagerstroemia

speciosa

Bungur Lythraceae Pohon Kulit batang, buah, dan daun mengandung tannin.

Biji mengandung lipid (linoleic, oleic, palmitic, stearic).

Kulit batang – digunakan sebagai jamu untuk mengobati diare dan sakit perut.

Daun – ditapalkan untuk mengobati demam akibat malaria.

Daun kering – digunakan sebagai obat diabetes dan masalah buang air kecil. 21. Lantana

camara

Tembelekan Verbenaceae Perdu Daun mengandung oleanonic acid, lantadene

Daun – ditumbuk halus sebagai obat bisul.

157

A, lantadene B, lantanilic acid, icterogenin, dan 4',5-dihydroxy-3,7- dimethoxyflavone-4'-O-beta-D- glucopyranoside

Daun – dimasukkan dalam air mandi untuk mengobati rheumatic.

22. Merremia mammosa

Bidara upas Convolvulaceae Pemanjat Zat damar Umbi - digunakan untuk mengobati sakit batuk, tenggorokan dan sakit difteri. 23. Mimosa pudica Putri malu Mimosaceae Herba Alkaloid, non protein

amino acid (mimosine), flavonoid C- glycosides, sterols, terpenoids, tannins, and asam lemak

Seluruh bagian digunakan sebagai penenang, peluruh dahak, dan anti radang.

24. Murayya sp. Kemuning Rutaceae Perdu Daun mengandung cadinen, methyl anthranilate, bisabolene, P- earyophyllene, geraniol, carene-3, eugenol, citronellol, methyl-salicylate, s- guaiazulene, osthole, paniculatin, tanin, dan coumurrayin. Kulit batang mengandung mexotioin, 5-7- dimethoxy-8- (2,3- dihydroxyisopentyl) coumarin. Bunga mengandung scopeletin. Buah mengandung semiec-carotenone

Daun dan ranting – mengobati bronchitis, dan infeksi saluran kencing.

Akar – berguna untuk mengatasi memar akibat benturan, keseleo, ataupun nyeri rematik.

Kulit batang – berguna untuk mengobati sakit gigi.

25. Ocimum basilicum

Kemangi Lamiaceae Terna Daun mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid dan tannin. Biji mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.

Daun – mengobati muntah, batuk, diare, masuk angin, perangsang kentut. Biji – sebagai obat kencing nanah dan disentri. Seluruh bagian – digunakan sebagai obat sakit kepala dan luka memar.

26. Pandanus tectorius

Pandan besar Pandanaceae Pohon Mengandung methyl B- phenylethyl ether, dipentene, (+)-linalool, phenylethyl acetate, citral, phenylethyl alcohol, dan an ester phthalic acid.

Akar udara – digunakan sebagai tonikum dan obat infeksi tuberculosis pada kulit leher.

27. Piper sarmentosum

Cabean Piperaceae Perdu Daun, buha, dan batang mengandung alkaloida, saponin, dan polifenol. Buah mengandung minyak atsiri.

Buah – sebagai obat demam dan lemah saraf.

Akarnya – digunakan untuk obat nyeri gigi.

28. Schleichera oleosa

Kesambi Sapindaceae Pohon Kulit mengandung zat samak, minyak lemak, glyserida, asam olein, arachine, palmitine, dan asam minyak lepas

Kulit – direbus untuk mengobati kudis. Kulit – dijadikan minyak penghangat tubuh atau minyak gosok.

29. Sida acuta Sidaguri Malvaceae Perdu Seluruh bagian tumbuhan mengandung ethyl acetate, alkaloid, dan kuindolinone

Akar – ditumbuk untuk mengobati sakit gigi. Daun – yang tidak terlalu keras digunakan sebagai salep obat kudis dan gatal. 30. Synedrella sp. Jontang kuda Asteraceae Herba Seluruh bagian

tumbuhan mengandung

Seluruh bagian tumbuhan – dibuat ramuan, digunakan

158

glikosida, saponin, sterol, alkaloid, tannin, dan pseudotannins

sebagai obat epilepsi, obat sakit kepala, sakit perut, dan rematik.

31. Tectona grandis

Jati Lamiaceae Pohon Daun, akar, buah, dan bunga mengandung saponin dan polifenol. Akar dan bunganya juga mengandung polifenol.

Daun – digunakan sebagai obat radang tenggorokan. Akar – digunakan sebagai obat nyeri perut.

32. Terminalia cattapa

Ketapang Combreataceae Pohon Biji mengandung fosfor, karbohidrat, kalsium, dan minyak.

Pepagan dan daun mengandung tannin.

Biji – diperas mengandung minyak sebagai minyak gosok untuk meredakan radang rongga perut.

Minyak – dimasak dengan daun untuk mengobati lepra, kudis, dan penyakit kulit lainnya.

Batang/pepagan – diambil taninnya untuk digunakan sebagai astringen pada sariawan dan disentri. 33. Wedelia biflora Seruni laut Asteraceae Terna Seluruh bagian

tumbuhan mengandung alkaloid, kumarin, flavonoid, steroid, tanin, glikosida, terpenoid, dan saponin.

Daun – digunakan sebagai obat luar untuk luka terpotong atau terkena gigitan.

Cairan dari daun – digunakan untuk mengobati sakit perut atau digunakan untuk ibu setelah bersalin.

Daftar Pustaka

[1] Barbour, M.G. et al.,. 1987. Terrestrial Plant Ecology. 2 nd ed. Ontario: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.

[2] Borota, J. 1991. Tropical Forest -Some African and Asian Case Study of Composition and Structure. New York: Elsevier.

[3] Dharmawan, W. 1999.Keanekaan dan Penyebaran Avifaunaa di Gunutig Manglayang Jawa Barat. Bandung: Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Jurusan Biologi. [4] Bacher, C.A dan Bakhuizen van Den Brink, R.C. 1965. Flora of Java.

(Spermatophytesonly). Volume 11. The Neitherlands: N.V.P. Noodhooff Groningen. [5] Groombridge, B. WCMC. 1992. Global Biodiversity: Status of the Earth's Living

Resources. London: Chapman and Hall.

[6] Lieth, H. dan Werger, M.J. 1989, South Easth Asian Tropical Forests. Ecosystem of the World 14 B. Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing Company.

[7] Mueller-Dombois dan Ellenberg, D. H. 1974. Aims and Methods of Vegetation EcolqKY. New York: Wiley International Edition.

[8] Oosting, H.J. 1956. The Study of Plant Community. San Francisco: W. H. Freeman and Company.

[9] Oosting, H.J. 1956. The Study of Plant Community. San Francisco: W. H. Freeman and Company.

[10] Prawira, R S A. 1983. Daftar Nama Pohon-Pohonan Jawa Madura I Jawa Barat. Revisi II. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.

[11] Roesosoedarmo, S. 1988. Pengantar Ekologi. Bandung: C.V. Remaja KaryaSmith, R.L. 1992. Element ofEco/oKy. 3'd ed. New York: Harper Collins Publishers.

[12] Soegianto. A. 1994. Ekologi Kiiantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

[13] Soerianegara, 1. dan Irawan, A. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB.

[14] Whitten, T dan Whitten, J. 1996. Determinants of Vegetation. Indonesian Herritage: PLANTS. Singapore: Archipelago Press.

159

[15] Withmore, T. C. 1975. Tropical Rain Forests ofFar East. Oxford: Clarendon Press.

[16] Subagyo, H et al,. 1998. Pedogenesis of Soil Development from Andesitic VolcanicMaterials at Medium Altitude in Mount Manglayang, Bandung Area, West Java,Agrivita, Vol. 20 No. 4. Bogor: Center for Soil and AgroclimateResearch (CSAR).204-219.

160 EK-38

Studi Keanekaragaman Fauna Tanah di Kawasan Hutan

Lindung Gunung Manglayang, Kab. Bandung, Jawa Barat

Romli N Muhayyat1, Astuti Kusumorini1danIda Kinasih1, a) 1

Jurusan Biologi, Fak. Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

a)

idakinasih@uinsgd.ac.id

Abstrak. Fauna tanah merupakan salah satu komponen dalam ekosistem tanah dapat

berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis (bulk density), peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah dan penyebaran mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaan dan komposisi fauna tanah serta korelasinya dengan faktor lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 Di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Bandung, Jawa Barat. Metode pengambilan plot contoh penelitian dengan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan sampel menggunakan pitfall trap. Sampel serangga yang diperolehi diidentifikasi dan Data Analisis di Fisiologi hewan dan Entomologi, Lab. Terpadu, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Hasil dilapangan menunjukan bahwa indeks keanekaragaman di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang berkisar antara 3,05-3,32 atau dalam kisaran sedang. Komposisi komunitas-nya terdiri dari 4 filum, 10 kelas, 23 ordo, dan 48 famili, dengan famili Formicidae yang mendominasi. Tidak ada Korelasi langsung atau signifikan antara faktor lingkungan terhadap keanekaragaman dan komposisi fauna tanah.

Kata kunci: keanekaragaman, komposisi, fauna tanah, hutan lindung Gunung Manglayang

Pendahuluan

Fauna tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah [1]. Tanah kaya akan berbagai jenis fauna tanah dengan berbagai ukuran dan bentuk kehidupan. Komponen biotik di dalam tanah memberi sumbangan terhadap proses aliran energi dari ekosistem tanah. Kelompok biotik ini melakukan penguraian sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati (dekomposisi). Adanya perbedaan keadaan lingkungan biotop (satuan geografi terkecil habitat yang dicirikan oleh biotanya) mengakibatkan perbedaan struktur maupun sifat fauna tanah dari biotop tersebut.

Fauna tanah merupakan salah satu komponen dalam ekosistem tanah dapat berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis (bulk density), peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah dan penyebaran mikroba. Beberapa jenis fauna permukaan tanah dapat digunakan sebagai indikator terhadap kesuburan tanah atau keadaan tanah [2].

Kehidupan hewan tanah sangat bergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung dari factor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik [1].

161

Keanekaragaman fauna tanah dan fungsi ekosistem menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak diketahui, serta perhatian untuk melakukan konservasi terhadap keanekaragaman makrofauna tanah masih sangat terbatas (Lavelle et al., 1994 dalam [3]).

Menurut UU No. 41 Tahun 1999 hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung Gunung Manglayang merupakan salah satu kawasan hutan yang penting di wilayah Bandung Timur. Kawasan hutan lindung Gunung Manglayang sangat besar manfaatnya bagi masyarakat setempat.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015. Penelitian ini. dilakukan di hutan lindung Perum Perhutani RPH Ujung Berung bagian Desa Cilengkrang Kab. Bandung

Alat dan bahan yang digunakan Pada penelitian Identifikasi makrofauna tanah dikawasan hutan lindung Gunung Manglayang diuraikan sebagai berikut. Meteran, tali raffia, dan patok. Sekop dan linggis, Gelas plastik dan penutup jebakan yang terbuat dari kardus yang dilapisi plastik, pinset dan saringan, Botol koleksi dan kertas label, Soil tester, Lux meter, hygrometer, dan termometer, kamera, Stereomikroskop, Alat tulis, alkohol 70% , dan detergen.

Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada dua tipe hutan yang berbeda yaitu, hutan pinus