Munik Sriayu Fitriani1,a), Astuti Kusumorini1, Ucu Julita1 1
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution No.105 Cibiru, Bandung 40614
a)
e-mail : [email protected]
Abstrak. Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaunbesar memanjang dari suku Musaceae. Getah bonggol pisang Ambon mengandung tannin, flavonoid dan saponin sebagai antibiotik dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka. Selain mengandung saponin, tannin dan flavonoid, bonggol pisang Ambon juga mengandung 68% air, 25% gula, 2% protein, 1% lemak dan minyak serta 1% serat Selulosa. Getah bonggol pisang di masyarakat khususnya di daerah Jawa telah dikenal sebagai obat untuk menyembuhkan luka, seperti luka sayatan benda tajam, luka goresan benda tumpul dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian ekstrak getah bonggol pisang ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum L.) terhadap penyembuhan luka biopsi secara in vivo. Bonggol pisang Ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum L.) diekstraksi untuk menggambil getah yang terkandung didalamnya. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode soxletasi dengan pelarut etanol. Ekstrak dibuat dengan beberapa variasi konsertrasi ialah 3%, 9% dan 15% diberikan secara topikal pada mencit jantan yang telah diberi luka biopsi 1x sehari selama 21 hari. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan percobaan rancangan acak lengkap yang menggunakan analisis data pola dua arah (Two way anova). Data patologi anatomi diperoleh dengan pengamatan makroskopis luka dan pengukuran rata-rata diameter luka. Distribusi data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, homogenitas data dianalisis dengan ujiKruskal-Wallis, dilanjutkan ANAVA dua arah dan uji Duncan dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil pengamatan patologi anatomi ialah rata-rata diameter luka yang paling kecil selama 21 hari pengamatan adalah EGP 9% dengan nilai 0.l7 cm, rata-rata diameter luka untuk KN sebesar 0.18 cm, KP 0.19 cm, EGP 3% sebesar 0.22 cm dan EGP 15% sebesar 0.19 cm. Diketahui bahwa pemberian akuades sebagai kontrol negatif, chloromphenicol sebagai kontrol positif, serta kelompok perlakuan 3%, 9% dan 15% memberikan hasil yang sangat signifikan diantara kelima perlakuan tersebut.
Kata kunci : diameter luka,ekstrak bonggol pisangdan Musa paradisiaca var. sapientum L.
Abstract. Banana is the common name given to a giant herb large-leaved plants extends
from the tribe musaceae. Banana weevil Ambon sap contains tannins, flavonoids and saponins as antibiotics and growth stimulants new cells in the wound. Besides containing saponins, tannins and flavonoids, Ambon banana weevil also contains 68% water, 25% sugar, 2% protein, 1% fat and oil and 1% cellulose fibers. Sap banana weevil in society, especially in the area of Java has been known as a medicine to heal wounds, such as cuts
176
sharp objects, blunt objects scars and others. This research was conducted in order to determine the effectiveness of the extract sap hump banana (Musa paradisiaca var. Sapientum L.) on wound healing in vivo biopsy. Ambon banana weevil (Musa paradisiaca var. Sapientum L.) were extracted for took this sap contained therein. Extraction is done by using soxletasi with ethanol. Extracts made with some variations konsertrasi is 3%, 9% and 15% administered topically in male mice that had been given a biopsy wound 1x daily for 21 days. This research includes experimental research purely by trial completely randomized design that uses two-way data analysis pattern (Two way anova). Data obtained with the anatomical pathology wound macroscopic observation and measurement of the average diameter of the wound. Distribution data is analyzed by Kolmogorov-Smirnov test, homogeneity test data is analyzed by Kruskal-Wallis, followed by two-way ANOVA and Duncan test with 95% confidence level. The observation of anatomic pathology is the average diameter of the most minor injuries during the 21 days of observation is EGP 9% to the value of 0.l7 cm, the average diameter of the wound to 0:18 cm KN, KP 0:19 cm, EGP 3% by 0:22 cm and EGP 15% by 0:19 cm. It is known that the administration of distilled water as a negative control, chloromphenicol as a positive control and treatment groups 3%, 9% and 15% give very significant results among the five treatments.
Keywords: wound diameter, extract banana weevil and Musa paradisiaca var. sapientum L.
Pendahuluan
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks melalui beberapa fase yaitu, koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan fase remodelling. Penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jenis obat-obatan yang digunakan. Bahan obat dapat berasal dari hewan maupun dari tumbuhan [1].
Tujuan utama dari perawatan terhadap luka adalah untuk menyembuhkan luka dengan waktu yang paling minimal dengan kesakitan yang paling rendah, rasa nyaman dan tidak meninggalkan bekas pada pasien [2].
Di beberapa daerah khususnya di Jawa Barat dari jaman dahulu memiliki cara pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan alami berupa getah dari pohon pisang. Getah dari pohon pisang sering digunakan untuk mengobati luka terbuka pada kulit dengan cara mengoleskan getah pohon pisang langsung ke daerah luka. Dengan dasar ini dilakukan penelitian untuk membuktikan kandungan yang terdapat dari getah pohon pisang serta membuktikan keefektifan dari getah bonggol pisang untuk membantu proses penyembuhan luka terbuka khususnya. Salah satu jenis pisang yang sering kita jumpai adalah pisang ambon Musa paradisiaca var. sapientum. Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaunbesar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata,M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yangdinamakan sama.
Menurut Priosoeryanto dkk.[3], getah bonggol pisang Ambon mengandung tannin, flavonoid dan saponin sebagai antibiotik dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka. Sedangkan menurut Wijaya [4], selain mengandung saponin, tannin dan flavonoid, bonggol pisang Ambon juga mengandung 68% air, 25% gula, 2% protein, 1%, lemak dan minyak serta 1% serat Selulosa. Sebagaimana juga bonggol pisang mengandung pati dan asam tanin, vitamin A (300 IU per seratus gram), vitamin B dengan berbagai jenisnya; B1, B2, B 6, dan 12 (100 mg per seratus gram), persentase yang cukup dari vitamin D, dan sedikit Vitamin Z. Dan pisang juga mengandung Kalsium (100 mg per seratus gram), Fosfor, Besi, Sodium, Kalium (potassium), Magnesium, dan Seng yang bekerja dalam proses penyembuhan luka.
Oleh karena itu dilakukan ekstraksi bonggol pisang sebagai suatu sediaan obat herbal sebagai luka biopsi dengan mengamati terjadinya penurunan diameter luka dengan menggunakan hewan uji mencit (Mus muscullus) jantan. Penelitian ini bertujuan untuk
177
mengetahui efektifitas dari ekstrak getah bonggol pisang ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum L.) terhadap penyembuhan luka terbuka.
Metodologi Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Punch Biopsy Standard, batang pengaduk, cawan penguap, erlenmeyer, gelas ukur, jangka sorong, kandang, pencukur rambut (Viet), penggaris, rotary evaporator, timbangan analitik, mikropipet, pinset, pipet tetes, pisau, kamera, pinset, soklet, water bath, dan cawan petri.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah chloroform, chloromphenicol (Salep Kulit), etanol, aluminium foil, kertas saring, label, mencit, bonggol pisang ambon, kapas, sarung tangan, masker, dan aquades. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) berumur 8-12 minggu dengan berat 20-30 g dan sehat. Mencit diperoleh dari SITH Institut Teknologi Bandung.
Metode
Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode eksperimental di labolatorium dengan tahapan sebagai berikut:
1. Ekstraksi menggunakan pelarut metanol dengan metode soxletasi.
2. Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode radang akut yang diinduksi ekstrak getah gedebog pisang ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum L) 3%, 9% dan 15% sebanyak 0,05 ml (2 tetes)1x sehari selama 21 hari.
3. Perhitungan rata-rata diameter luka
Pengamatan secara patologi anatomi dilakukan pada hari ke-1, 3, 7, 14 dan 21 dilakukan pemotretanpada luka menggunakan kamera digital. Parameter yang diamati adalah adanya pembekuan darah, terbentuknya keropeng,penutupan luka, dan ukuran luka.Berikut perhitungan diameter rata-rata luka :
Dimana :
- Luas luka awal : B =227 x 0.42 x 0.42 - Rata-rata diameter luka : d =d1+d22 - Jari-Jari luka : r =d
2
- Luas luka : Lr = 227 x r x r - Waktu penyembuhan luka : 𝐴 =22
7 x d
2 x d
2
- Luas Penyembuhan luka : C = B – A
4. Secara statistik, data yang diperoleh dari 5 kelompok sampel, diuji normalitas sebaran datanya dengan Uji Kruskal-wallis. Setelah didapatkan data sebaran normal, kemudian diuji parametik dengan Uji Two Way Anova.
Keterangan : d1 : diameter ke-1 d2 : diameter ke-2 dr : luka hari ke-0 r : rata-rata ukuran luka
178
Hasil
Hasil pengamatan luka biopsi pada kulit punggung mencit (Mus Muscullus) selama 21 hari pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1.
KN KP EGP 3% EGP 9% EGP 15%
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21
Gambar 1 Pengamatan Makroskopis Luka Biopsi pada Kulit Punggung Mencit (Mus Muscullus) Selama 21 Hari Pengamatan
Keterangan : KN : Kontrol Negatif (Akuades) KP : Kontrol Positif (Chloromphinikol) EGP : Ekstrak Bonggol Pisang
179
Gambar 2 Diameter Luka Biopsi Terhadap Kelompok Perlakuan Keterangan : EGP = Ekstrak Gedebog Pisang
KP = Kontrol Positif (Cloromphinicol) KN = Kontrol Negatif (Aquades)
a = Berbeda nyata (α ≤ 0,05) dengan taraf kepercayaan 95% b = Tidak berbeda nyata (α ≥0,05) dengan taraf kepercayaan 95%
Gambar 3 Diameter Luka Biopsi Kelompok Perlakuan Terhadap Hari Keterangan : EGP = Ekstrak Gedebog Pisang
KP = Kontrol Positif (Cloromphinicol) KN = Kontrol Negatif (Aquades)
Pembahasan
Potensi bonggol pisang sebagai alternatif untuk penyembuhan luka. Bonggol pisang adalah salah satu bagian dari pohon pisang yang biasanya tidak dimanfaatkan karena dianggap tidak memiliki nilai.Pengukuran diameter luka dilakukan 1 kali sehari selama 21 hari pengamatan pada kulit punggung mencit yang telah diberi luka biopsi. Setelah mendapatkan hasil pengukuran kemudian dapat dihitung rata-rata dari diameter luka biopsi punggung mencit. Rentang waktu pengukuran luka yang digunakan beberapa waktu diantaranya 1, 3, 7, 14 dan 21 hari setelah diberi luka biopsi.
Hasil pengamatan makroskopis pada kelima kelompok perlakuan pada hari ke-0 luka terlihat basah dan terjadi kemerahan (eritema), pada hari pertama hingga hari ke-3 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, dimana luka dari kelima kelompok masih sama terbuka dan belum terlalu kering dan masih kemerahan (eritema). Kemerahan (eritema) merupakan tahap pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Warna merah pada luka merupakan hasil dari suatu peradangan terhadap luka. Reaksi ini berupa vasokonstriksi yang merupakan penyempitan pembuluh darah, kondisi ini akan mengurangi jumlah darah yang mengalir pada bagian tubuh yang terluka. Segera diikuti oleh Ra ta-Ra ta Di am ete r Lu ka
180
vasodilatasi dimana terjadi pembesaran lumen pembuluh darah akibat relaksasi otot polos. Adanya gumpalan darah merupakan reaksi platelet yang teraktivasi dan protein fibrinogen yang banyak dikeluarkan oleh pembuluh darah. Platelet akan teraktivasi untuk membentuk benang-benang fibrin yang akan mmenghentikan hemoragi (pendarahan) dan akan terlihat berupa gumpalan darah.
Pembengkakan terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-3, dimana luka terbuka masih mengalami eritema. Menutur Luviana [5], pembengkakan disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Eritema dan pembengkakan (edema) merupakan tahapan dalam fase inflamasi. Hal tersebut sesuai dengan paparan yang disampaikan oleh Orsted et al. (2011) bahwa fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-1 sampai hari ke-4.
Setelah terjadi fase inflamasi pada luka mulai terbentuk keropeng, kelompok perlakuan yang paling cepat terbentuknya keropeng yaitu perlakuan EGP 9%, keropeng mulai terbentuk pada hari ke-6 atau ke-7. Sedangkan perlakuan KN, KP, EGP 3% dan EGP 15% mulai terbentuk keropeng pada hari ke-5 sampai ke-7. Pada perlakuan EGP 9% pada hari ke-8 keropeng terlepas. Untuk Perlakuan KN, KP, EGP 3% dan EGP 15% keropeng terlepas pada hari ke-10 dan ke-11.
Gambaran makroskopis sampai hari ke-7 dari luka kelompok perlakuan EGP 9% luka terlihat lebih sempit jika dibandingkan dengan KN, KP, EGP 3% dan EGP 15% (Gambar 1). Gambar diatas menunjukkan bahwa pemberian EGP dengan dosis 9% memberikan efek terjadinya penutupan luka paling cepat yaitu pada hari ke-11 karena pada hari ke-14 luka telah sembuh sempurna dan semakin mengecil, dibandingkan dengan pemberian dosis KN, KP, EGP 3% dan EGP 15%. Pada area dekat luka mulai ditumbuhi rambut pada hari ke-7 dan mulai tumbuh rambut pada bagian luka terjadi pada hari ke-18. Sedangkan penutupan luka sepenuhnya dan tumbuhnya rambut di sekeliling luka terjadi pada hari ke-21 pada semua kelompok perlakuan. Tumbuhnya rambut pada daerah luka tersebut menunjukkan terjadinya proses regenerasi dan kondisi kulit sudah mulai kembali normal [7]. Tumbuhnya rambut yang lebih cepat pada kelompok perlakuan EGP dan kelompok kontrol positif menunjukan proses regenerasi pada kulit mencit lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
Hal ini dikarenakan EGP mengandung sapogenin (saponin) yang mampu mengurangi permeabilitas lapisan mukosa sehingga ikatan antar sel pada lapisan mukosa lebih luas. Lapisan menjadi besar bagi mikroorganism dan zat-zat kimia iritan tidak dapat masuk ke dalam luka. Selain senyawa sapogenin juga terdapat senyawa tanin yang mampu memberikan efek pada penyembuhan luka. Senyawa tanin yang mampu menghambat hipersekresi cairan mukosa dan menetralisir protein inflamasi [8]. Tanin memiliki afinitas terhadap protein sehingga dapat terkonsentrasi pada area luka, selain itu senyawa tanin berfungsi sebagai astringen dalam proses penyembuhan luka. (Kristiyaningrum, et al., 2013).
Rata-rata diamater luka biopsi selama 21 hari pengamatan yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas distribusi data dimana hasilnya menunjukan bahwa semua data kelompok perlakuan terdistribusi normal. Sedangkan untuk menguji homogenitas data digunakan metode kruskal-wallis untuk melihat data diameter luka terbuka homogen atau tidak. Hasilnya menunjukan bahwa data diameter luka terbuka bervariasi homogen (α ≥ 0,05). Dengan demikian syarat uji ANAVA terpenuhi. Oleh karena itu pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Dari analisis variasi dua arah (Two Way Anova) diketahui nilai probabilitasnya 0.000 (α ≤ 0.05). Pemberian akuades sebagai kontrol negatif, chloromphinikol sebagai kontrol positif, serta
181
kelompok perlakuan 3%, 9% dan 15% memberikan hasil yang sangat signifikan diantara kelima perlakuan tersebut.
Pengukuran rata-rata diameter luka pada gambar 4.2 untuk semua kelompok perlakuan pada hari ke-0 sampai hari ke-21 mengalami perubahan diameter luka. Dimana perlakuan EGP 9% memberikan hasil yang maksimal yaitu dengan hasil diameter luka yang paling kecil jika dibandingkan dengan keempat perlakuan lainnya ialah sebesar 0.17 cm. Rata-rata diameter luka untuk KN sebesar 0.18 cm, KP 0.19 cm, EGP 3% sebesar 0.22 cm dan EGP 15% sebesar 0.19 cm.
Diameter luka yang paling signifikan diperoleh pada EGP 9% sebesar 0.17 cm dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Artinya didalam ekstrak bonggol pisang Ambon mengandung zat aktif yang mampu meningkatkan aliran darah ke daerah luka dan juga dapat menstimulasi fibroblast sebagai respon untuk penyembuhan luka yaitu saponin, flavonoid dan tanin. Sebaliknya daya penyembuhan luka terbuka pada mencit jantan paling rendah terdapat pada luka perlakuan aquades dan EGP 3% sebesar 0.22 cm. Hal ini disebabkan karena kelompok luka perlakuan aquades tidak diberikan obat atau bahan/zat yang berkhasiat untuk menutupi luka dan kelompok ini juga mengalami penyembuhan luka ditandai dengan mengecilnya diameter luka pada mencit artinya tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya [10]. Sedangkan perlakuan EGP 3% disebabkan luka pada punggung mencit terjadi berulang-ulang karena mencit yang sering berkelahi sehingga menyebabkan proses penyembuhan luka berjalan lambat. Selain itu EGP memiliki bahan aktif yang terkandung dalam bonggol pisang Ambon yaitu tannin, saponin dan flavonoid yang berguna sebagai antibiotik dan merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka [3].
Dari analisis variansi dua arah (Two way anova) diketahui nilai probabilitasnya 0.003 (α ≤ 0.05). Hasil pada gambar 4.3 diketahui bahwa pemberian akuades sebagai kontrol negatif, chloromphinikol sebagai kontror positif, serta kelompok perlakuan EGP 3%, 9% dan 15% memberikan hasil yang sangat signifikan diantara kelima perlakuan tersebut. Jadi, semakin lama waktu (hari) maka diameter luka terbuka semakin kecil, menurunan luka yang paling kecil ialah sebesar 0.01 cm.
Pengaruh perlakuan hari terhadap kelompok perlakuan nilai diameter luka terbuka 0.003 yang berarti lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji terhadap waktu tidak signifikan. Artinya lamanya hari tidak ada pengaruh dengan besarnya konsentrasi.
Dari hasil penelitian efektifitas pemberian ekstrak getah bonggol pisang ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum L.) terhadap penyembuhan luka biopsi yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa hasil pengamatan patologi anatomi ialah rata-rata diameter luka yang paling kecil selama 21 hari pengamatan adalah EGP 9% dengan nilai 0.l7 cm, rata-rata diameter luka untuk KN sebesar 0.18 cm, KP 0.19 cm, EGP 3% sebesar 0.22 cm dan EGP 15% sebesar 0.19 cm. Pada perlakuan EGP 9% luka lebih cepat kering dan muncul keropeng serta proses penyembuhan luka paling cepat sehingga pada hari ke-14 luka terlihat sudah sangat kecil.
Daftar Pustaka
[1] Sura M.G., Carabelly N.A., dan Apriasari L.M. 2013. Aplikasi Ekstrak Haruan (Channa striata) 100% PadaLuka Punggung Mencit (Mus musculus) TerhadapJumlah Neutrofil Dan Makrofag. Jurnal PDGI Vol 62. No.2. h. 41.
[2] Cockbill S. 2002. Evaluation In Vivo and In Vitro of The Performance of Interactive Dressings in The Management of Animal Soft Tissue Injuries. Veterinary Dermatology Science (9). h. 87-98.
[3] Priosoeryanto P.B., Huminto H., Wientarsih I., dan Estuningsih S. 2006. Aktifitas Getah Batang Pohon Pisang Dalam Proses Persembuhan Luka Dan Efek Kosmetiknya Pada Hewan. Article. Bogor :Klinik Reproduksi dan patologi FKH IPB. h. 1.
[4] Wijaya A. 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat Buah Pisang Bagi Kesehatan. [Online]. Tersedia: http://permathic.blogspot.co.id/2013/04/ gandungan-gizi-dan-manfaat-buah-pisang.html. (Diakses pada tanggal 01-04-2016).
182
[5] Luviana LAI. 2009. Pengaruh Pemberian Getah Tanaman Patah Tulang Secara Topikal Terhadap Gambaran Histopatologis dan Ketebalan Lapisan Keratin Kulit [Skripsi]. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
[6]
[7] Listyanti AR. 2006. Pengaruh Pemberian Getah Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiacal var. Sapientum) dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan IPB : Bogor.
[8] Suprapto AK. 2012. Efek Salep Ekstrak Metanoldan Salep Serbuk Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit. [Karya Tulis Ilmiah]. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
[9]
183 FH-3