• Tidak ada hasil yang ditemukan

kajian tafsir

KARAKTERISTIK DAN MARTABAT MUḤSIN MENURUT AL-QUR`AN

4. Jihad di jalan Allah

Term jihad berasal dari ًادﺎ َﻬ ِﺟ– ًةَﺪ َﻫﺎَُﳎ– ُﺪ ِﻫﺎ َُﳚ– َﺪ َﻫﺎ َﺟ berarti kemampuan dalam rangka menolak musuh643 atau mencurahkan

kekuatan semaksimal mungkin untuk menahan dan mengalahkan musuh,644 dan jihad berarti pula mengerjakan segenap aktivitas

kepatuhan.645 Makna ini mengandung pengertian daya tahan dan

semangat juang yang tidak mengenal pasrah dan putus asa dalam menghadapi fitnah, penganiayaan, dan serangan musuh646 baik internal

maupun eksternal dengan pendayagunaan segenap potensi yang dimiliki.647 Jihad bersifat konstruktif, tidak terdapat indikasi yang

640 Al-Wāḥidiy, Al-Wajīz, Jilid 1, 107.

641 Al-Zamakhshariy, Al-Kashshāf, 392, dan Ibn ‘Āshūr, Taḥrīr wa Al-Tanwīr, Jilid 1, Juz 1, 516.

642 Shihab, Tafsir Al-Mishbāh, Vol. 1, 198.

643 Al-Aṣfahāniy menyebutnya dengan istifrāgh al-wus’i fī mudāfa’at al-‘aduw.

Al-Aṣfahāniy, Mu’jam, 99.

644 Majma’ Al-Lughah, Mu’jam Alfāẓ Al-Qur’an Al-Karīm (Qāhirah,

Al-Maṭba’ah Al-Amīriyyah, 1953), Jilid 1, Juz 2, 38.

645 Al-Jauziy, Zād Al-Masīr, 967.

646 Ibn ‘Āshūr, Al-Taḥrīr wa Al-Tanwīr, Jilid 8, Juz 21, 36.

647 Al-Bayḍāwiy menyebutnya keluasan semangat jihad mencakup segenap

jihad melawan keragaman musuh lahir dan batin. Al-Bayḍāwiy, Anwār Al-Tanzīl, Juz 2, 214.

cenderung destruktif, mengingat semangatnya adalah mengajak ke jalan Allah swt dan menyampaikan kebenaran.

Apabila dihubungkan dengan karakter orang yang teraktualisasikan dirinya, jihad merupakan tugas yang berhajat kepada keikhlasan dan pengorbanan watak egois (mementingkan diri sendiri). Orang yang teraktualisasikan dirinya memusatkan perhatiannya pada persoalan-persoalan di luar dirinya, bukan pada egonya.648 Ia merasa memiliki misi dan tugas kehidupan yang seyogyanya dipenuhi, serta mempunyai persoalan pokok yang bersifat falsafi dan etik di luar dirinya yang menyedot perhatian dan energi, walaupun tugas tersebut tidak disukainya, tetapi dinilai menjadi bagian dari tanggung jawab atau kewajibannya terhadap kehidupan sosial.649 Hal ini lahir dari

kemampuannya berkonsentrasi pada tugas yang harus dikerjakannya dengan melupakan kepentingan pribadi.650

Sikap tersebut ditopang sepenuhnya oleh cakrawala dan wawasan berfikir yang luas dengan pandangan hidup dalam suatu kerangka acuan yang menyeluruh dan paradigma jauh ke depan, serta mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial dan interpersonal.651

Jihad dilihat dari objeknya terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Jihad melawan musuh-musuh agama, jihad melawan syetan, dan jihad melawan hawa nafsu amarah.652 Sedangkan dilihat dari aspek medianya,

jihad terdiri dari tiga macam pula, yakni: Jihad dengan jiwa, jihad dengan kalbu, dan jihad dengan harta.653 Oleh karena itu dapat pula dinyatakan

bahwa kebanyakan term jihad dan derivasinya yang tercantum dalam Al-Qur`an sebanyak 35 kali memuat makna mencurahkan kekuatan semaksimal mungkin dalam menyebarkan dakwah Islam dan

648 Maslow, Motivation, 133. 649 Maslow, Motivation, 134. 650 Goble, The Third Force, 28. 651 Maslow, Motivation, 134.

652 Abū Ḥayyān, Al-BaḥrAl-Muḥīṭ, Jilid 7, 155, dan Al-Aṣfahāniy, Mu’jam, 99. 653 Al-Qushairiy dalam menafsirkan penggalan surah Al-Ḥajj/22 : 78 wa jāhidū fī Allah ḥaqqa jihādih menjelaskan lebih jauh ketiga macam jihad tersebut dengan menyatakan bahwa jihad dengan jiwa adalah mencurahkan kekuatan dalam melaksanakan kepatuhan dengan kesiapan menanggung beban berat tanpa menghendaki sama sekali dispensasi dan kemurahan. Jihad dengan kalbu ialah menjaganya dari keburukan seperti lalai, merencanakan berpaling dari Tuhan, mengingat peristiwa masa lalu di waktu senggang. Sedangkan jihad dengan harta ialah kedermawanan dengan memberi lebih banyak. Al-Qushairiy, Laṭā`if Al-Ishārāt, Juz 4, 233.

melindunginya.654 Sedangkan term jihad yang dihubungkan langsung dengan muḥsinīn tertera pada satu ayat, yaitu QS. Al-‘Ankabūt/29 : 69.

Makna jihad yang terliput dalam penggalan ayat wa al-ladhīna

jāhadū fīnā adalah berjuang melawan orang kafir dalam rangka

menegakkan kalimat Allah dan agama-Nya yang diingkari.655 Makna

jihad seperti ini tidak berarti semata-mata menekankan kepada jihad fisik, melainkan mencakup pula jihad non fisik seperti jihad dengan pemikiran, perilaku akademik, dan membentengi diri dari pengaruh mereka yang negatif. Hal ini didasarkan kepada penyebutan kemutlakan term jihad.656

Sedangkan maksud dari sebutan al-Muḥsinīn yang termaktub pada ayat di atas adalah mereka yang memperindah akhlak dan menolong kebenaran ajaran Rasul serta membela orang-orang yang memperjuangkannya dari ancaman orang musyrik atau musuh-musuh mereka.657 Artinya mereka adalah orang yang menghiasi lahiriyah

dengan berjuang dan mempercantik sepiritual dengan kesucian sebagai upaya melihat Tuhan.658 Dalam bacaan psikologi humanistik keindahan menjadi kebutuhan naluriah manusia, sehingga paling tidak pada sementara orang, kebutuhan akan keindahan begitu mendalam, sedangkan hal-hal yang serba buruk (tidak indah) membuatnya merasa tidak nyaman. Keindahan dapat menjadikan seseorang lebih sehat mengingat estetika berhubungan dengan gambaran dirinya.659

Kesungguhan berjuang di jalan Allah yang mencakup membela agama, menolak kebatilan, meredam tindak penganiayaan, menjunjung tinggi amar makruf dan nahi munkar, serta memerangi hawa nafsu di kala mentaati Allah,660 merupakan sikap hidup setiap muḥsin yang patut

mendapatkan pertolongan di dunia dan ampunan-Nya di akhirat sebagai

654 Majma’ Al-Lughah menyebutnya dengan baḍl al-wus’i fī nashr al-da’wat al-Islāmiyyah wa al-difā’ ‘anhā, Majma’ Al-Lughah, Mu’jam, Jilid 1, Juz 2, 38.

655 Al-Ṭabariy, Jāmi’ Al-Bayān, Jilid 10, 161.

656 Al-Bayḍāwiy, Anwār Al-Tanzīl, Jilid 2, 214, dan Muhammad bin

Muhammad bin Mushṭafā al-‘Amādiy Abī Al-Su’ūd (893-982 H), Irshād ‘Aql Al-Salīm ilā Mazāy Al-Kītāb Al-Karīm -Tafsīr Abī Al-Su’ūd- (Beirut, Dār Al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002), Juz 5, 161. Selanjutnya disebutAbīSu’ūd, Tafsīr Abī Al-Su’ūd.

657 Al-Ṭabariy, Jāmi’ Al-Bayān, Jilid 10, 161. 658 Al-Qushairiy, Laṭā`if Al-Ishārāt, Juz 5, 108. 659 Goble, The Third Force, 79.

660 Deskripsi jihad seperti ini menurut Abū Sulaiman al-Dārāniy yang dikutip

penghargaan baginya.661