• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pembelajaran Penyelarasan Implementasi UU 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU 26/

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 124-129)

RENCANA KERJA

NO KEGIATAN CAPAIAN IV Penyusunan Lampiran Pidato Kenegaraan

B. Kajian Pembelajaran Penyelarasan Implementasi UU 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU 26/

Bertepatan dengan momen penyusunan atau penyesuaian RTRW, sejumlah provinsi mengaju-

kan usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan untuk mengakomodir kebutuhan pembangunan wilayah dan keberadaan masyarakat. Prosedurnya didasarkan pada UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (yang menyatakan bahwa pengukuhan kawasan hutan dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah) beserta peraturan-peraturan turunannya dalam bentuk PP maupun Permenhut (sebelum nomenklatur kementerian diubah menjadi Ke-

menterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Namun demikian, kompleksitas isu dan perma-

salahan mengakibatkan jangka waktu yang telah ditetapkan untuk penyelesaian prosedur pe-

rubahan kawasan hutan tersebut tidak dapat dipenuhi secara faktual sehingga berakibat pada lamanya proses perolehan persetujuan substansi kehutanan dan penetapan Perda RTRW yang mempengaruhi laju kegiatan pembangunan di daerah.

Selain itu, di luar prosedur perubahan kawasan hutan yang menjadi bagian dari penetapan Perda RTRW Provinsi, perubahan kawasan hutan juga dapat ditempuh secara parsial melalui pengajuan oleh menteri atau pejabat setingkat menteri, gubernur atau bupati/walikota, pimpinan badan usaha, atau ketua yayasan. Namun, mekanisme pengintegrasian hasil perubahan kawasan hutan secara parsial ke dalam RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota belum cukup diatur sehingga perubahan kawasan hutan melalui proses parsial sejauh ini belum terinventarisasi dengan lengkap.

Memperhatikan pelaksanaan amanat UU No. 26 Tahun 2007 mengenai penyelesaian Perda RTRW Provinsi selambatnya 2 tahun sejak diterbitkannya UU tersebut berkaitan dengan UU lainnya, ter- utama UU No. 41 Tahun 1999, perlu dikaji pembelajaran dari implementasi kedua UU tersebut. Kajian yang menjadi salah satu Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 ini diharapkan dapat mengidenti-

fikasi titik-titik kritis proses persetujuan substansi kehutanan serta merekomendasikan debottle- necking proses tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji aspek empiris pelaksanaan UU 41/1999 dan implikasinya terhadap implementasi UU 26/2007 dalam kaitan dengan proses per-

setujuan substansi kehutanan, dengan studi kasus Provinsi Kalimantan Selatan.

Kemajuan pelaksanaan hingga minggu kedua November 2015, akan diselenggarakan pertemuan teknis dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mendalami proses persetujuan substansi kehutanan dalam penyusunan RTRW Provinsi, persiapan FGD di daerah dan isu lainnya. FGD diren- canakan dilaksanakan selambatnya minggu pertama Desember 2015.

C. Fasilitasi Koordinasi Penataan Ruang

Rencana pelaksanaan fasilitasi terkait dengan penataan ruang dari November sampai dengan Desember 2015 antara lain:

1. Koordinasi Penyusunan, Monitoring, dan Evaluasi Agenda Kerja BKPRN

Untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan agenda kerja BKPRN, akan dilakukan penyusunan Agenda Kerja BKPRN 2016-2017 berdasarkan hasil Rakernas BKPRN 2015 dan penyelenggaraan kegiatan monitoring dan evaluasi Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dalam forum BKPRN. Sesuai dengan Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN, setelah Agenda Kerja BKPRN 2016-2017 tersu-

sun, akan ditetapkan melalui Sidang BKPRN (tingkat Menteri). Sementara, kegiatan monitoring dan evaluasi Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dilakukan melalui penyampaian surat permohonan perkembangan Agenda Kerja BKPRN kepada K/L terkait maupun melalui rapat BKPRN.

2. Lokakarya Penyelarasan RTRWN dan RTRW Provinsi Papua serta Uji Coba Modul Integrasi RPJMD dengan RTRW Provinsi Papua

Dalam rangka berlangsungnya revisi RTRWN, maka sekretariat BKPRN bekerjasama dengan Pro-

gram Investasi Tata Ruang Hijau (Protarih) menginisiasi kegiatan penyelarasan RTRW Provinsi Papua dengan RTRWN yang akan diselenggarakan pada November 2015 di Jakarta. Tujuan dari penyelenggaraan lokakarya penyelarasan RTRW Provinsi Papua dengan RTRWN adalah mengi-

dentifikasi ketidaksesuaian antara RTRWN dengan RTRWP Provinsi Papua. Hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah:

a) Pemetaan ketidaksesuaian RTTRWN dan RPJMN dengan RTRW Provinsi Papua 2013-2014;

dan

b) Langkah-langkah penyelarasan RTRWN dan RTRW Provinsi Papua tahun 2013-2033.

D. Pelaksanaan Dokumentasi, Sistem Informasi dan Kehumasan

Agenda kerja pelaksanaan dokumentasi, sistem informasi, dan kehumasan Sekretariat BKPRN bu-

lan November-Desember 2015 melanjutkan kegiatan pengembangan sistem informasi terpadu dan kehumasan yaitu: (1) Pendokumentasian pelaksanaan tugas-tugas BKPRN dalam portal www. bkprn.org; (2) Penginformasian rencana dan hasil forum koordinasi BKPRN dalam milis bkprn; dan (3) Pemantapan e-BKPRN sebagai sistem informasi berbasis internet (e.bkprn.org).

3.5. SEKRETARIAT RAN

3.5.1. Rencana Kerja 2015

Secara umum hingga bulan Oktober beberapa kegiatan yang direncanakan oleh Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria telah selesai dilaksanakan, diantaranya adalah Sosialisasi Peraturan terkait tanah adat ulayat, Sosialisasi Pembentukan Lembaga Penyedia Tanah (Bank Tanah), serta pelaksanaan seminar terkait Program Agraria Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Secara garis be-

sar capaian pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis RAN adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif

Dalam kegiatan perubahan kebijakan pendaftaran tanah dari stelses negatif menjadi positif ter-

dapat 4 jenis kegiatan besar dengan beberapa capaian diantaranya i) Pembaruan data cakupan peta dasar nasional, kegiatan ini baru mencapai tingkat pengumpulan data, ii) Pembaruan data peta cakupan wilayah bersertipikat, kegiatan ini telah mencapai tahap analisis dan menunggu veri-

fikasi dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang, iii) Sosialisasi Terkait Tanah Adat Ulayat, dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat perubahan dikarenakan terbitnya Permen ATR No 9 Tahun 2015 yang mengakibatkan konsep terkait tanah adat ulayat berubah, oleh sebab itu tidak dapat dilaku-

nah adat ulayat dengan tujuan untuk melihat arah kebijakan yang harus diterapkan terhadap adat

ulayat sehubungan dengan terbitnya permen tersebut, dan iv) Pelaksanaan Pilot Project Publikasi

Tata Batas Kawasan Hutan, pelaksanaan kegiatan ini mengalami hambatan dikarenakan sulitnya mencapai kesepakatan khususnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait

pelaksanaan Pilot project, namun pada pertengahan tahun 2015 Kementerian LHK telah setuju

dan saat ini sedang dilakukan identifikasi peta bersama dengan BIG untuk persiapan pelaksanaan tata batas di lapangan.

2. Kebijakan Reforma Agraria

Capaian yang telah dihasilkan dalam pelaksanaan kebijakan reforma agraria adalah telah dilak-

sanakannnya persiapan pelaksanaan reforma agraria untuk 2016 di lokasi Pilot Project reforma agraria yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Kepulauan Bangka Belitung. Berdassarkan hasil koordinasi yang dilakukan akan dilaksanakan refroma agraria di Provinsi Jawa Tengah dengan konsep Aset mengikuti Akses dan di Provinsi Bangka Belitung akan menggunakan konsep akses mengikuti aset. Selain itu telah dilakukan juga koordinasi penyusunan Perpres Reforma Agraria yang dikerjakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Hingga saat ini perpres reforma agraria belum dapat terbit, diharpkan perpres dapat mengatur secara detail keterlibatan stakeholder dalam pelaksa-

naan reforma agraria.

3. Kebijakan Pembentukan Lembaga Pencadangan Tanah

Kegiatan yang dilakukan dalam upaya mendorong terlaksananya kebijakan pembentukan lembaga pencadangan tanah yang merupakan salah satu amanat RPJMN 2015-2019 adalah dilakukannya sosialisasi internal di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kegiatan sosialisasi tersebut telah dilaksanakan pada bulan Juni 2015, adapun saat ini telah dilakukan koordinasi penyusunan perpres terkait Pembentukan Lembaga Penyediaan Tanah. Terdapat hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan ini yaitu Kementerian Agraria dan Tata Ruang belum sepenuhnya bersepakat dalam pem-

bentukan Lembaga Penyediaan Tanah dibawah Kementerian ATR. 4. Kebijakan Sumber Daya Manusia Bidang Pertanahan (Juru Ukur)

Secara umum kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan SDMN Bidang Pertanahan Juru Ukur Ke-

menterian Agraria dan Tata Ruang terlaksana dengan baik. Telah dilaksanakan rapat koordinasi bersama dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang serta Kementerian PAN RB dan disepakati akan dilakukan rekrutmen terhadap 20.000 juru ukur di BPN pada tahun 2016. Namun kepastian

pelaksanaan rekrutmen tersebut hanya dapat dilakukan apabila Kementerian ATR dapat menyele-

saikan analisa jabatan selambatnya akhir November 2015.

Tabel. 18. Capaian Rencana Kerja Sekretariat RAN Januari – Oktober 2015

NO KEGIATAN CAPAIAN

1 Penyusunan Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2015

Penyusunan Draf Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2015

Tersusunya Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2015

Kick Off Pelaksanaan Kegiatan

Tim Koordinasi Strategis Re-

forma Agraria Nasional Tahun 2015

Terlaksananya Kick Off Meeting Kegiatan Tim Koordi-

nasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2015

2 Perubahan kebijakan pendaftaran tanah dari Stelsel Negatif menjadi Stelsel Positif Koordinasi pembaruan data

dan informasi peta dasar per- tanahan

Telah dilakukan koordinasi dengan Dit. Pemetaan Dasar, Kemen. ATR/BPN. Namun, terkendala pelak- sanaan lelang penyediaan data yang gagal sehingga

belum ada penambahan data dan informasi peta dasar pertanahan di Tahun 2015

Koordinasi pembaruan data dan informasi peta cakupan bidang tanah bersertipikat

Telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian ATR/ BPN dan data terkait bidang bidang bersertipikat telah didapatkan. Namun terdapat permasalahan yaitu terdapat bidang bidang yang hilang sehingga capaian menurun, dari 9,2 Juta Ha di tahun 2014, menjadi 8.2 Juta Ha di 2015.

Sosialisasi Peraturan Perun- dangan Terkait Adat Ulayat •

Telah diselenggarakan seminar Badah Peraturan Perundangan Terkait adat ulayat yang mengupas

permen 9 2015

• Sosialisasi di wilayah Kalimantan dan Sumatera tidak dapat dilaksanakan karena Terbitnya Permen ATR 9/2015 yang bertentangan dengan UUPA

NO KEGIATAN CAPAIAN

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 124-129)