• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 103-105)

RENCANA KERJA

1) Penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan

Penyusunan RPJMN didahului dengan penyusunan rancangan teknokratik pada tahun tahun se-

belumnya yaitu Tahun 2014. Pada tahun 2015, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan melakukan finalisasi RPJMN dengan kegiatan Perbaikan Rancangan Awal Buku I, II, dan III RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan. Target yang akan dicapai yaitu Rancangan Akhir Buku I, II, dan III RPJMN 2015- 2019 Bidang Pertanahan yang akan ditetapkan sebagai bagian dari Perpres RPJMN 2015-2019. RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan menjadi Perpres Nomor 2 tahun 2015 pada tanggal 8 Januari 2015.

Dalam RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan yang ditetapkan melalui Perpres Nomor 2 Tahun 2015 terdapat beberapa arah kebijakan yaitu: (i) Perubahan sistem pendaftaran tanah publikasi positif; (ii) Perbaikan ketimpangan Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) dan Kesejahteraan masyarakat; (iii) Peningkatan Pelayanan Pertanahan; dan (iv) Perbaikan proporsi SDM bidang pertanahan khususnya juru ukur. Namun ada satu kebijakan dalam rancang- an teknokratik yang tidak dicantumkan dalam RPJMN 2015-2019 yaitu Kebijakan Pembentukan Pengadilan Khusus Pertanahan. Hal ini dikarenakan terdapat keberatan dari pihak Mahkamah Agung dengan pertimbangan keterbatasan SDM dan membutuhkan biaya yang besar untuk pem-

bentukannya.

2) Penyusunan RKP Tahun 2016

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan salah satu amanat UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN). RKP 2016 merupakan ta-

hun kedua dari pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Kementerian PPN/Bappenas (c.q Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan) berkoordinasi dengan Mitra Kerja K/L yaitu Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk menyusun RKP 2016 Bidang Tata Ruang dan Pertana-

han. Koordinasi dengan mitra K/L dimaksudkan untuk menyusun kerangka awal isu strategis dan permasalahan, serta program dan kegiatan yang akan menjadi prioritas dalam RKP 2016.

Secara umum, penyusunan RKP Bidang Tata Ruang Tahun 2016 dimulai dengan penyusunan ran-

cangan awal dengan didahului evaluasi singkat mengenai pelaksanaan program dan kegiatan bi-

dang tata ruang pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, kecenderungan (tren) pencapaian pem-

bangunan bidang tata ruang serta arahan RPJPN 2005–2025 dan RPJMN 2015–2019. Output yang

diharapkan dari pelaksanaan koordinasi ini adalah tersusunnya program maupun kegiatan priori-

tas bidang tata ruang pada Tahun 2016. Secara pararel akan dilakukan pula penyusunan APBN-P 2015 yang direvisi berdasarkan struktur Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang baru terbentuk dan juga untuk mengakomodasi prioritas program pemerintah baru. Selain itu juga akan dilakukan pembahasan RKA-K/L 2016 setelah ditetapkannya RKP 2016. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyusun dokumen RKA-K/L dan memastikan bahwa target yang tertuang dalam RKP 2016 sesuai

dengan target di dalam RKA-KL 2016. Secara keseluruhan kegiatan tersebut melibatkan tiga pihak yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, dan Bappenas. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 60 Tahun 2015, pada tanggal 18 Mei 2015.

Penyusunan RKP 2016 (Pagu Indikatif) masih menggunakan nomenklatur program dan kegiatan Kementerian ATR/BPN Tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada saat penyusunan belum ada pe-

rubah- an struktur organisasi di Kementerian ATR/BPN. Namun, dalam pembahasan Pagu Ang-

garan (Pagu Sementara) dan RKA-K/L sudah menggunakan nomenklatur struktur organisasi yang baru sesuai Permen ATR Nomor 8 Tahun 2015. Adanya perubahan tersebut dapat mengakibatkan perbedaan nomenklatur kegiatan antara RKP 2016 dan RKA-K/L 2016. Dalam proses pembahasan alokasi anggaran Kementerian ATR/BPN mengalami penurunan dari semula Rp. 7,5 Triliun pada Pagu Indikatif menjadi Rp. 6,5 Triliun pada Pagu Definitif.

3) Penyusunan Lampiran Pidato Kenegaraan

Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI akan disampaikan pada Sidang Paripurna DPR, DPD pada tanggal 16 Agustus 2015. Pidato tersebut menyampaikan progress capaian pembangunan nasi-

onal sampai dengan Juni 2015. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan akan menyusun Lampiran Pidato Presiden Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Adapun rencana kerja penyusunan lampiran pidato tersebut meliputi penyampaian surat permohonan data dan informasi bidang tata ruang kepada mitra K/L (Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN), pengumpulan data dan penyusunan narasi lampiran pidato. Beberapa capaian kegiatan prioritas bidang pertanahan sampai dengan Bulan Juni 2015, antara lain: penyusunan peta pertanahan sebanyak 20.000 hektar, redistribusi tanah sebanyak 1.178 bidang, dan legalisasi aset melalui Prona dan Sertipikasi tanah lintas sektor mencapai 102.235 bidang.

4) Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan diperlukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai permasalahan pelak-

sanaan rencana pembangunan masing-masing bidang. Kegiatan pemantauan menelaah penca-

paian sasaran kegiatan dan penyerapan anggaran sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan. Pada tahun 2015, dengan telah terbitnya Rencana Pembangunan Jangka Mene- ngah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, perlu dilakukan evaluasi terhadap implementasi RPJMN Tahun 2010-2014, pemantauan tahunan terhadap RPJMN 2015-2019, serta penyusunan dan penetapan indikator kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk RPJMN 2015-2019.

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk: (i) Menelaah pencapaian sasaran RPJMN 2010-2014 dan RKP 2014; (ii) Mengkaji pembelajaran dari implementasi RPJMN 2010-2014 dan RKP 2014; (iii) Me- ngukur pencapaian pelaksanaan kegiatan Prioritas Reforma Agraria tahun 2015 yang dilaksanakan oleh BPN Pusat maupun Daerah (Kanwil/Kantah); dan (iv) Menjaring informasi mengenai perkem-

bangan isu tata ruang. Kegiatan pemantauan akan dilaksanakan di 2 daerah yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan kegiatan evaluasi akan dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Tengah. Pada Bulan Januari-September 2015 kegiatan yang sudah dilakukan adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Tengah, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini sedang dilakukan finalisasi draf laporan akhir kegiatan.

Beberapa isu strategis yang didapatkan dari hasil pemantauan di 2 (dua) lokasi tersebut yaitu: (i) DIPA APBN-P TA 2015 diterima pada bulan Juni 2015, sehingga pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan pada Semester I penyerapannya masih rendah; (ii) RTRWP Kalimantan Tengah masih dalam pembahasan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sehingga menyulitkan dalam penetapan lokasi legalisasi aset; (iii) Rasio SDM terhadap luas wilayah dan persebaran pen-

duduk tidak sebanding dalam kaitan pelayanan di bidang pertanahan, serta sarana dan prasarana yang belum memadai.

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 103-105)