• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 Bidang Pertanahan

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 34-37)

REALISASI DAN EVALUAS

1. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 Bidang Pertanahan

2. Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan Nasional 2015 – 2019 3. Penyusunan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Tahun 2013 Bidang Pertanahan

4. Pemantauan RKP 2013 bidang dan pertanahan dan evaluasi RKP 2012 bidang tata ruang dan

pertanahan

5. Finalisasi Penyusunan White paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional

2.2.2. Rencana Kerja Sub Direktorat Pertanahan Tahun 2014

1. Penyusunan RKP 2015 Bidang Pertanahan

2. Penyusunan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI 3. Pembahasan RKA-K/L Badan Pertanahan Nasional 4. Pemantauan dan Evaluasi Bidang Pertanahan

5. Penyusunan Draft Naskah RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanahan 6. Koordinasi Pelaksanaan Sertifikasi Tanah Lintas K/L

7. Penulisan Buku Profil Pertanahan

8. Kajian Pembentukan Bank Tanah Melalui Penyusunan Roadmap Kebijakan Perumahan dan

Permukiman (Pilar Urban Land Policy)

9. Penyusunan Input Kebijakan Adat Ulayat untuk Penyusunan RPJMN 2015-2019 oleh UN- HABITAT

10. Partisipasi pada IRSA (Indonesian Regional Science Association) Conference 2014 di Makassar 2.2.3. Highlight Pencapaian Subdirektorat Pertanahan Tahun 2013

1. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 Bidang Pertanahan

Penyusunan RKP 2014 dimulai dengan penyusunan rancangan awal RKP 2014 pada bulan Janu-

ari 2013. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 telah tersusun melalui Peraturan Presiden No. 39/2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014. Output yang diharapkan dari pelaksanaan

koordinasi ini adalah tersusunnya program maupun kegiatan prioritas bidang pertanahan pada tahun 2014 yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia di tahun tersebut. Adapun tahapan kegiatan dalam rangka penyu-

sunan RKP 2014 Bidang Pertanahan adalah sebagai berikut.

1) Penetapan Prioritas dan Rancangan Awal RKP 2014 Bidang Pertanahan. Sementara usulan program pembangunan keseluruhan yang direncanakan masuk ke dalam DIPA BPN pada ta-

hun 2014 adalah: Program Pengelolaan Pertanahan Nasional; Program Dukungan Manaje-

rana Aparatur BPN; Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN; 2) Pertemuan Internal Dua Pihak (Bilateral meeting) dalam Pembahasan Rancangan Awal RKP

2014. Untuk membahas dan mensinergikan antara substansi kegiatan dan pendanaannya dalam RKP 2014, maka diadakan pertemuan internal dua pihak (bilateral meeting) antara Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan dan Direktorat di Kedeputian Pengembangan Re-

gional dan Otonomi Daerah pada tanggal 5 Maret 2013. Pada pertemuan tersebut disam-

paikan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional Tahun 2014 kedeputian serta

penyepakatan mengenai baseline untuk rancangan awal RKP 2014. Arah kebijakan prioritas pembangunan nasional Tahun 2014 sesuai dengan tema RKP 2014 yang telah ditetapkan adalah Pemantapan Perekonomian Nasional, Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik;

3) Pagu Indikatif RKP 2014 dan Penyelenggaraan Rakorbangpus. Penyelenggaraan Rakor-

bangpus merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan pembangunan nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 yang bertujuan untuk mensosialisasikan Rancangan Awal RKP 2014 dan Pagu Indikatif 2014 setiap Kementerian/ Lembaga. Penyelenggaraan Rakorbangpus dilakukan di Kantor Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 8 April 2013. Pada acara tersebut disampaikan beberapa arahan kepada per-

wakilan Kementerian/Lembaga yang hadir untuk penyusunan Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga (Renja K/L) guna menyempurnakan rancangan awal RKP Tahun 2014;

4) Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral meeting). Setelah Rakorbangpus, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas menyelenggarakan forum trilateral meeting antara mitra K/L, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Rapat dengan BPN dilaksanakan pada tanggal 12 April 2013, sementara dengan DJPR PU pada tanggal 15 April 2013 dengan tujuan: (1) koor-

dinasi dan kesepahaman pencapaian sasaran prioritas pembangunan; (2) menjaga konsis-

tensi kebijakan antara dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran terutama antara RKP, Renja K/L dan RKA-KL; (3) mendapatkan komitmen bersama atas penyempur-

naan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (kegiatan prioritas dan pendanaannya), serta (4) sebagai dasar bagi K/L untuk merumuskan dokumen kesepakatan bersama yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan masukan oleh K/L dalam penyusunan Renja K/L. Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain yaitu: kesepakatan atas kegiatan prioritas, kegiatan non prioritas, inisiatif baru beserta keluaran dan besaran anggarannya; kesepa- katan atas perubahan alokasi anggaran antarprogram dan antarkegiatan. Hasil kesepakatan ini menjadi pegangan bagi BPN dalam menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada Kementerian Keuangan dan Bappenas. Beberapa hasil kesepakatan trilateral meeting an-

tara lain:

• Perubahan/Realokasi anggaran antar-program dimungkinkan dengan syarat tidak me-

lebihi Pagu Total K/L;

• Usulan inisiatif baru BPN terkait pemetaan Tanah Ulayat di Papua dan Papua Barat pen- ting dilakukan sesuai 15 Isu Strategis 2014 namun perlu dilengkapi TOR dan RAB; • Terdapat kegiatan yang mengalokasikan Anggaran Responsif Gender (ARG) seperti pe-

nerimaan pegawai di BPN sebanyak 60% adalah wanita;

• Alokasi anggaran pendidikan STPN Tahun 2014 akan dikeluarkan dari jenis data pendi-

dikan;

• Alokasi PNBP di BPN sudah sesuai dengan target PNBP;

• Beberapa rancangan target di TA 2014 sulit tercapai seperti kegiatan Redistribusi Tanah karena secara konvensional tanah sumbernya sudah terbatas. Namun, ada kemungki- nan target Redistribusi Tanah akan meningkat karena ada banyak tanah terlantar yang

sudah di-SK-kan oleh Kepala BPN;

• Alokasi pagu indikatif BPN tahun 2014 sudah memperhitungkan alokasi untuk satker baru, sehingga tidak diperlukan penambahan anggaran on-top; dan

• Lanjutan pembangunan gedung pusat pendidikan dan pelatihan memerlukan tam- bahan sebesar Rp.250.000.000.000,-.

5) Finalisasi RKP 2014. Adapun arah kebijakan prioritas bidang pertanahan yang ditetapkan dalam RKP 2014 adalah meningkatkan efektivitas pengelolaan pertanahan program du- kungan manajeman dan pelaksanaan tugas teknis lainnya melalui strategi:

a. Peningkatan penyediaan peta pertanahan. Ketersediaan peta pertanahan yang baru mencakup 10 persen dari luas daratan Indonesia akan dapat berakibat pada ketidak-

pastian jaminan hak atas tanah dan meningkatnya resiko sengketa pertanahan. Secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap iklim investasi dan iklim usaha. Untuk itu peningkatan penyediaan peta pertanahan agar mencapai 13,91 persen dari 191,9

juta ha total luas daratan Indonesia menjadi hal yang penting untuk mendukung ke- giatan legalisasi (sertifikasi) aset tanah. Peningkatan penyediaan peta pertanahan dapat

dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia

yang ada serta dengan penggunaan dan penguasaan teknologi penginderaan jauh dan citra satelit. Lokasi penyelesaian peta pertanahan dapat diarahkan pada wilayah koridor percepatan pembangunan sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana MP3EI. b. Percepatan legalisasi aset tanah. Kepastian legalitas aset tanah masyarakat dalam

bentuk sertipikat hak atas tanah disamping dapat memberikan jaminan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber-sumber ekonomi masyarakat terutama dalam rangka penguatan modal usaha, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu percepatan legalisasi aset tanah merupakan hal yang pen- ting untuk mewujudkan fokus dari arah pembangunan nasional dibidang pertanahan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat legalisasi aset tanah adalah dengan mensinergikan antar kegiatan sertifikasi seperti swadaya, PRONA, LARASITA, dan serti-

fikasi nelayan, petani, UMKM, dan MBR melalui kerjasama dengan K/L lain untuk tahap persiapan pra sertifikasi. Disamping itu, dapat juga dilakukan melalui pengurangan bi-

aya tambahan bagi masyarakat untuk memperoleh bukti-bukti pendukung alas hak atas tanahnya serta menyesuaikan besaran BPHTB yang harus dibayar masyarakat.

c. Penertiban tanah terindikasi terlantar. Berdasarkan data dari BPN, dari 7.218.401,3 Ha Tanah Hak yang telah di inventarisasi, terdapat indikasi terlantar seluas: 4.801.875,5

Ha. Angka ini menunjukkan besarnya luas lahan yang terindikasi terlantar yang dapat dimanfaatkan oleh negara untuk mendukung program-program yang telah ditetapkan seperti ketahanan pangan dan energi. Sesuai dengan amanat PP 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, maka penetapan tanah negara bekas tanah terlantar harus didayagunakan untuk kepentingan masyarakat dan negara me-

lalui reforma agraria, program strategis negara, serta untuk cadangan negara lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan inventarisasi dan identifikasi tanah terin-

dikasi terlantar menjadi sangat penting karena secara umum tanah yang ditetapkan se-

bagai TORA adalah tanah negara bekas tanah terlantar, tanah negara yang berasal dari pelepasan kawasan hutan, kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi, dan sumber lainnya. Tanah sumber lainnya dapat berasal dari: tanah negara bebas, tanah negara bekas hak barat, tanah negara berasal dari tanah timbul, tanah negara bekas swapraja,

tanah negara bekas kawasan pertambangan, tanah yang berasal dari tukar menukar

atau perbuatan hukum keperdataan lainnya dalam rangka reforma agraria, atau tanah yang secara sukarela diserahkan oleh pemegang haknya kepada negara. Dari berbagai jenis sumber TORA tersebut, karena faktor kelangkaan mengingat kegiatan redistribusi tanah telah dilakukan sejak Tahun 1961, relatif hanya tanah terlantar dan kawasan hu-

tan yang telah dilepaskan yang masih cukup tersedia.

d. Penataan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Dalam rangka mengurangi ketimpangan kepemilikan tanah dan menyeimbangkan kepemilikan

dan penguasaan tanah tersebut maka perlu dilakukan kegiatan inventarisasi pemilikan,

penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (IP4T) dan redistribusi tanah. Inven-

tarisasi P4T ini akan menghasilkan informasi mengenai status kepemilikan lahan dan

pemanfaatan lahan di suatu bidang tanah sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendu- kung kegiatan redistribusi tanah dan juga pembebasan lahan bagi pembangunan ke-

pentingan umum yang sering terkendala pengadaan tanah.

2. Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan Nasional 2015 – 2019

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 34-37)