• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilot Survey Penjajajakan Ekspektasi BKPRN

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 69-74)

REALISASI DAN EVALUAS

E. Pilot Survey Penjajajakan Ekspektasi BKPRN

Sebagai bentuk evaluasi terhadap keberadaan BKPRN selama 5 tahun serta menyikapi telah ter-

bentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang dengan salah satu tugas koordinasi dalam penye-

lenggaraan penataan ruang, Sekretariat BKPRN menginisiasi dilakukannya review kelembagaan

BKPRN. Review ditujukan terhadap pelaksanaan peran dan kelembagaan BKPRN selama 25 tahun ini. Review tersebut dilakukan melalui Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi BKPRN dari pandangan BKPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu BKPRD berkinerja baik. Melalui

Pilot Survey tersebut diketahui bahwa forum BKPRN masih diperlukan terutama karena penataan ruang bersifat multisektor sehingga tidak dapat ditangani oleh satu K/L tertentu.

F. Pelaksanaan Dokumentasi, Sistem Informasi dan Kehumasan

Dalam mendukung fungsi Sekretariat BKPRN di kehumasan, telah dilakukan beberapa kegiatan

diantaranya: (a) Pelaksanaan pengumpulan danpengolahan bahan, data dan informasi untuk men-

dukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRN dalam rangka pengembangan e-BKPRN; (b) Pelaksanaan

kegiatan kehumasan melalui pengembangan Website BKPRN (www.bkprn.org); dan (c) Penyu- sunan media sosialisasi tentang BKPRN dan sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait pe-

nataan ruang.

2.4.5. Rekomendasi Rencana Kerja BKPRN TAHUN 2013 – 2014

Berdasarkan hasil kegiatan Sekretariat BKPRN tahun 2013 diatas, maka rekomendasi untuk ke- giatan Sekretariat BKPRN ke depan sebagai berikut:

1. Mengingat banyaknya konflik pemanfaatan ruang nasional, Sekretariat BKPRN perlu meng-

ingatkan dan mendorong Kemenko Perekonomian (selaku Ketua Pokja IV) untuk menyusun Pedoman Mekanisme Penanganan Konflik agar penanganan konflik pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

2. Memperhatikan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang sering membutuhkan keberadaan Rencan Rinci Tata Ruang (RRTR), Sekretariat BKPRN perlu memfasilitasi percepatan penyu- sunan RRTR tersebut.

3. Mengingat pentingnya kegiatan fasilitasi Penyelasaran Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun 2007 serta belum tuntasnya pelaksanaan kegiatan tersebut, Sekretariat BKPRN akan melanjutkan kegiatan fasilitasi ini pada tahun 2014.

Berdasarkan evaluasi terhadap pencapaian rencana kerja Sekretariat BKPRN tahun 2014, direko-

mendasikan beberapa hal untuk perbaikan pelaksanaan rencana kerja di tahun mendatang, yaitu: 1. Peningkatan koordinasi teknis, dapat diupayakan melalui pertemuan bilateral dengan K/L yang

berkaitan secara intensif.

2. Bagi beberapa kegiatan yang kurang melibatkan BKPRN, diantaranya kegiatan penyusunan tata cara pembuatan SOP BKPRD (oleh Ditjen Bangda, Kemendagri), Sekretariat BKPRN akan mendorong K/L terkait untuk menyampaikan informasi mengenai status dan perkembangan kegiatan yang bersangkutan.

3. Banyaknya kegiatan di luar rencana kerja yang dilaksanakan pada tahun 2014 mengindikasikan: (a) Perlunya menyusun skala prioritas, terutama yang berkenaan dengan akar permasalahan penyelenggaraan penataan ruang, semisal peraturan perundangan lintas sektor yang belum selaras; dan (b) Perlunya kesiapsiagaan Sekretariat BKPRN dalam menyikapi dinamika perkem-

bangan isu penataan ruang.

4. Perlunya melanjutkan review kelembagaan BKPRN melalui beberapa survei penjajakan ekspek-

tasi peran BKPRN di BKPRD lain. Disamping untuk menyikapi perubahan lingkungan strategis, review tersebut juga diperlukan dalam upaya merumuskan rekomendasi konsep penyesuaian struktur BKPRN.

5. Beberapa kegiatan yang direkomendasikan untuk dilanjutkan pada tahun 2015: a. Fasilitasi koordinasi penataan ruang, diantaranya:

1) Penyelarasan Implementasi RZWP-3-K: Penyusunan Protokol Integrasi oleh KKP

2) Penyelarasan Implementasi LP2B: Penyelesaian NSPK Pedoman Penetapan LP2B oleh

Kementan

3) Integrasi Kawasan Hutan dalam Pola Ruang RTRW: Kemenhut sebagai penanggung

jawab kegiatan

4) Percepatan Penyusunan RRTR

5) Penyusunan Kajian Naskah Akademis PRUN oleh Kementerian ATR

6) Monitoring Implementasi Mekanisme Holding Zone (Kemenko Perekonomian sebagai penanggung jawab kegiatan)

7) Penyusunan Pedoman Penyelesaian Konflik PenataanRuang oleh Kemenko Pereko- nomian

b. Review implementasi UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan keterkaitannya de- ngan implementasi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

2.5. SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL (RAN)

Salah satu permasalahan dibidang pertanahan yang seringkali muncul adalah banyaknya kasus- kasus yang terkait dengan pertanahan. Di berbagai daerah marak terjadi sengketa, konflik, mau-

pun perkara pertanahan baik skala besar maupun kecil dan yang sering diberitakan oleh media massa secara nasional maupun lokal. Data BPN (2012) mencatat 7.196 kasus pertanahan yang tersebar di seluruh tanah air yang melibatkan berbagai pihak. Dari jumlah tersebut, baru 4.291

kasus yang telah diselesaikan baik itu yang diselesaikan melalui gelar internal baik internal pu-

sat maupun daerah serta gelar eksternal dengan mengundang berbagai pihak yang berperkara. Dengan mekanisme penyelesaian kasus tersebut dihasilkan 2 (dua) keputusan yaitu selesai diluar pengadilan (musyawarah) atau selesai melalui pengadilan. Maraknya kasus pertanahan tersebut menjadi salah satu gambaran belum baiknya pengelolaan bidang pertanahan. Perbaikan sistem pengelolaan pertanahan nasional diperlukan untuk memberikan arah yang lebih baik bagi upaya pencegahan terjadinya kasus pertanahan. Selain itu agar pengelolaan pertanahan diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga lebih menjamin terlaksananya keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perbaikan sistem pengelolaan pertanahan nasional tersebut di atas memerlukan koordinasi lin-

tas sektor yang melibatkan kementerian/lembaga terkait. Memperhatikan salah satu tupoksi Ke-

menterian PPN/Bappenas yang mengemban fungsi koordinasi, maka pada tahun 2013 dibentuk Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional melalui Surat Keputusan Menteri PPN/Bappe-

nas Nomor Kep.55/M.PPN/HK/03/2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional. Tim Koordinasi Strategis tersebut beranggotakan Perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Perwakilan Kementerian atau Lembaga (K/L) terkait kegiatan pertanahan nasional. Secara umum tujuan kegiatan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan tugas dalam menyelenggarakan fungsi koordinasi dan sinkronisasi serta pe-

rumusan kebijakan yang diperlukan dalam pelaksanaan reforma agraria nasional yang melibatkan Kementerian/Lembaga terkait, pemerintah daerah, dan organisasi non pemerintah.

Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional di Bappenas diharapkan dapat melakukan koordinasi dan penyusunan kebijakan serta rencana program dan kegiatan dalam me- ngawal pelaksanaan Reforma Agraria di Indonesia. Adapun sasaran yang akan dicapai, antara lain: a. Melaksanakan pengkajian, perumusan dan pengembangan kebijakan pertanahan nasional

yang mendukung pelaksanaan reforma agraria;

b. Melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program dan kegiatan (RPK) terkait reforma agraria nasional serta pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan RPK tersebut;

c. Melaksanakan diseminasi kebijakan pertanahan, membangun konsensus, dan mendapatkan dukungan komitmen dari pelaku terkait pelaksanaan reforma agraria.

sional adalah dokumen white paper pengelolaan pertanahan nasional yang telah disusun oleh Di-

rektorat Tata Ruang dan Pertanahan bekerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional. Kebijakan

yang ada didalam white paper tersebut adalah: (i) Kebijakan sistem pendaftaran tanah publikasi positif (stelsel negatif); (ii) Kebijakan redistribusi tanah dan Access Reform; (iii) Kebijakan pemben-

tukan pengadilan khusus pertanahan; (iv) Kebijakan pembentukan Bank Tanah; dan (v) Kebijakan sumberdaya manusia (SDM) bidang pertanahan. Untuk dapat menjalankan koordinasi tersebut Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional menyusun rencana kerja tim sebagai berikut:

2.5.1. Rencana Kerja Reforma Agraria Nasional (RAN) Tahun 2013

Kegiatan utama dalam rencana kerja Tahun 2013 adalah sosialisasi dan pengenalan kegiatan Koor-

dinasi Strategis RAN di Lingkup Kementerian PPN/Bappenas dan juga kepada BPN. Hal ini dikare-

nakan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional baru dibentuk pada Tahun 2013 sehing-

ga perlu disosialisasikan. Selain sosialisasi diperlukan koordinasi terkait ruang lingkup dan output kegiatan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional. Untuk kegiatan yang akan dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional disesuaikan dengan kebijakan yang ada

didalam white paper yang telah disusun dan ditambahkan kegiatan koordinasi lintas sektor dan daerah yang dirangkum dari pembahasan Pramusrenbangnas Tahun 2012. Untuk lebih jelasnya berikut tabel rencana kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2013.

Tabel 8. Rencana Kerja Sekretariat RAN Tahun 2013

Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan

Sosialisasi dan Pengenalan Kegiatan Koordinasi Strategis RAN Lingkup Bappenas

Sosialisasi Kegiatan Koordinasi Strategis RAN

Kepada BPN

Koordinasi Ruang Lingkup & Output Kegiatan dengan BPN

2. Kegiatan Pokok

Kebijakan Sistem Pendaftaran Tanah Stelsel Positif

Kajian Nasional Pendaftaran Tanah Pengumpulan data dan informasi terkait ke-

bijakan pendaftaran tanah nasional, maupun perbandingannya dengan kebijakan pendaftaran

Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Dalam dokumen Memori Akhir Jabatan Direktur Tata Ruang (Halaman 69-74)