• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Air Industri. Kebutuhan air untuk industri diperkirakan dengan membagi industri atas dua golongan besar, yaitu industri pabrikan (terma-suk PLTA) dan industri jasa (pariwisata dan transportasi). Perkiraan kebutuhan air untuk industri disajikan pada Tabel 23. Kebutuhan air industri Kota Padang yaitu sebesar 272.923.161 m3/tahun, sedangkan kebutuhan air industri SWP DAS Arau sekitar 263.507.107 m3/tahun atau mencapai 96,55% kebutuhan air industri di Kota Padang. Kebutuhan air tertinggi untuk industri berada pada DAS Batang Kuranji, yaitu sebesar 159.538.345 m3/tahun (58,46% kebutuhan air industri Kota Padang), yang digunakan 83% nya oleh PLTA Batu Busuk; kebutuhan air industri pada DAS Batang Arau mencapai 97.847.583 m3/tahun (35,85% kebutuhan air industri Kota Padang) karena wilayah DAS Batang Arau, mulai dari hulu hingga hilir merupakan daerah industri terbanyak di Kota Padang. Sedang kebutuhan air industri terendah berada pada DAS Batang Air Dingin, 8.457.787 m3/tahun (3,10% kebutuhan air industri Kota Padang). Kota Padang diproyeksikan sebagai kota industri sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan pembangunannya. Namun pertumbuhan kegiatan industri tidak menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, da-lam 5 tahun terakhir (2005-2009) hanya meningkat sebesar 5% per tahun. Sesuai RTRW Kota Padang Tahun 2008-2028, arah pengembangan industri adalah men-dorong pengembangan kawasan industri perikanan dan maritim serta pergudangan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, yang terletak di luar wilayah SWP DAS Arau dan mengoptimalkan pengembangan Padang Industrial Park seluas 400 ha

Tabel 23 Kebutuhan air industri Kota Padang dan SWP DAS Arau

No Uraian Kebutuhan Air Industri (m

3

/tahun) Tahun 2009 Pabrikan Pariwisata Transportasi Total

1 Kota Padang 201.556.493 143.518 71.223.150 272.923.161 2 SWP DAS Arau 201.000.225 129.648 62.377.235 263.507.107 3 DAS Batang Arau 66.230.923 93.294 31.523.366 97.847.583 4 DAS Batang Kuranji 134.384.199 660.504 24.493.641 159.538.345 5 DAS Batang Air Dingin 1.079.421 6.570 7.371.596 8.457.587

Perkiraan Kebutuhan Air Industri (m3/tahun)

2013 2018 2023 2028

1 Kota Padang 277.205.719 281.702.405 286.423.925 291.381.522 2 SWP DAS Arau 267.318.863 271.321.206 275.523.666 279.936.249 3 DAS Batang Arau 99.985.963 102.231.261 104.588.824 107.064.265 4 DAS Batang Kuranji 160.905.662 162.341.345 163.848.812 165.431.653 5 DAS Batang Air Dingin 8.880.466 9.324.490 9.790.714 10.280.250 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2011.

yang terletak di Kecamatan Koto Tangah, yang lokasinya juga terletak di luar SWP DAS Arau. Sehingga perkiraan kebutuhan air industri hingga tahun 2028 pada SWP DAS Arau diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 5% per tahun mengacu pada angka pertumbuhan industri 2005-2009, sedangkan untuk PLTA, kebutuhan air tetap.

Dari hasil analisis kebutuhan air maka didapatkan pada tahun 2009, kebutuhan air Kota Padang adalah 481.844.089 m3/tahun dan kebutuhan air pada SWP DAS Arau sebesar 438.752.062 m3/tahun, seperti disajikan pada Tabel 24, dengan pengguna air terbesar adalah sektor industri (60,06%), kemudian diikuti sektor pertanian (28,33%), rumah tangga (8,29%) dan perkotaan (3,32%). Kebutuhan air terbesar berada pada DAS Batang Kuranji, sebesar 57,13% atau 250.640.881 m3/tahun, diikuti DAS Batang Arau 36,92% atau 161.974.908 m3/tahun, dan yang terkecil pada DAS Batang Air Dingin, sebesar 6,68% atau 29.299.350 m3/tahun.

Proyeksi kebutuhan air hingga tahun 2028 memperlihatkan bahwa kebutuhan Kota Padang mengalami peningkatan sebesar 14,05% pada tahun 2018, meningkat 22,14% pada tahun 2028. Sedangkan pada SWP DAS Arau, proyeksi kebutuhan air mengalami peningkatan sebesar 15,04% pada tahun 2018, dan me-ningkat 23,48% pada tahun 2028.

Tabel 24 Kebutuhan air pada SWP DAS Arau dan Kota Padang

No Sektor

Perkiraan Kebutuhan Air (M3/tahun)

Kota Padang SWP DAS Arau DAS Batang Arau DAS Batang Kuranji DAS Batang Air Dingin I Tahun 2009 1 Rumah Tangga 41.554.338 36.391.223 18.391.223 14.291.814 4.298.922 2 Perkotaan 16.621.735 14.556.849 7.356.489 5.716.725 1.719.569 3 Pertanian 150.744.855 124.296.883 38.379.613 71.093.997 14.823.272 4 Industri 272.923.161 263.507.107 97.847.583 159.538.345 8.457.587 Jumlah Tahun 2009 481.844.089 438.752.062 161.974.908 250.640.881 29.299.350 II Proyeksi Tahun 2018 1 Rumah Tangga 59.707.120 54.376.386 25.792.944 21.188.633 7.394.809 2 Perkotaan 23.882.848 21.750.554 10.317.178 8.475.453 2.957.924 3 Pertanian 143.116.760 118.012.166 36.448.677 67.505.635 14.056.328 4 Industri 281.702.405 271.321.206 102.231.261 162.341.345 9.324.490 Jumlah Proyeksi 2018 508.409.133 465.460.312 174.790.060 259.511.066 33.733.551

III Proyeksi Tahun 2028

1 Rumah Tangga 87.622.294 80.769.492 38.312.214 31.473.187 10.984.091 2 Perkotaan 35.048.918 32.307.797 15.324.886 12.589.275 4.393.636 3 Pertanian 135.495.931 111.732.306 34.517.805 63.918.827 13.295.675 4 Industri 291.381.522 279.936.248 107.064.265 165.431.653 10.280.250 Jumlah Proyeksi 2028 549.548.665 504.745.843 195.219.170 273.412.942 38.953.652 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2011

Neraca Air SWP DAS Arau dan Kota Padang

Untuk melihat kondisi keseimbangan air DAS atau ketersediaan air pada suatu DAS dalam memenuhi kebutuhan air pada DAS tersebut, maka ketersediaan air pada DAS tersebut dikurangi dengan kebutuhan air pada DAS. Dari hasil analisis yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan ketersediaan air berdasar-kan debit andalan pada SWP DAS Arau untuk tahun 2009 adalah sebesar 641.449.986 m3/tahun, sedangkan kebutuhan air pada SWP DAS Arau adalah 438.752.062 m3/tahun, sehingga masih terdapat kelebihan air dalam memenuhi kebutuhan yang ada pada SWP DAS Arau.

Namun bila dilihat keseimbangan air bulanan pada setiap DAS (Tabel 25 dan Tabel 26), maka terlihat ada bulan-bulan yang mengalami kekurangan air da-lam memenuhi kebutuhan air pada DAS tersebut, yaitu pada saat debit bulanan lebih kecil dari debit andalan, sehingga mengindikasikan terjadi krisis air pada DAS tersebut, seperti yang terjadi pada DAS Batang Arau dan DAS Batang Ku-ranji. Krisis air terparah terjadi pada DAS Batang Arau, yang hampir sepanjang

bulan mengalami kekurangan air. Bila dilihat dari neraca air, maka ketersediaan air pada DAS Batang Arau sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam DAS ter-sebut, sehingga untuk memenuhi kebutuhan air pada DAS Batang Arau harus di-pasok dari DAS tetangganya, misalnya untuk memenuhi kebutuhan air baku PDAM dalam wilayah pelayanan DAS Batang Arau, sebagian dipasok dari intake

PDAM pada DAS Batang Kuranji dan DAS Batang Air Dingin.

Tabel 25 Keseimbangan air pada SWP DAS Arau dan Kota Padang

No Sektor

Neraca Air (m3/tahun) Kota Padang SWP DAS Arau DAS Bt Arau DAS Bt Kuranji DAS Bt Air Dingin Ketersediaan Air 1 Rerata 20 tahun 970.269.479 181.545.365 428.264.844 360.459.270 2 Debit Andalan 641.449.986 91.064.736 252.570.528 297.814.722 Kebutuhan Air 1 Tahun 2009 481.844.089 438.752.062 161.974.908 250.640.881 29.299.350 2 Tahun 2018 508.409.133 465.460.312 174.790.060 259.511.066 33.733.551 3 Tahun 2028 549.548.665 505.745.843 195.219.170 273.412.924 38.953.652

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2011

Terjadi krisis air tahun 2009 dan krisis air pada 2018 dan 2028

Tabel 26 Neraca air bulanan SWP DAS Arau berdasarkan penghitungan debit andalan (Q80)

No Bulan

Kebutuhan Air (m3/bulan) Ketersediaan / Debit Andalan (m3/bulan)

Batang Arau Batang Kuranji Batang Air Dingin SWP DAS Arau Batang Arau Batang Kuranji Batang Air Dingin SWP DAS Arau 1 Januari 13.370.927 20.652.216 2.393.635 36.153.188 8.838.720 16.150.752 24.855.552 49.845.024 2 Februari 12.228.088 18.541.499 1.961.834 32.467.830 2.733.696 11.684.736 20.998.626 35.417.058 3 Maret 15.656.604 24.873.652 3.257.238 43.523.903 9.481.536 21.132.576 24.909.120 55.523.232 4 April 14.513.766 22.762.934 2.825.436 39.838.545 7.490.880 15.318.720 24.935.040 47.744.640 5 Mei 13.751.873 21.355.789 2.537.569 37.381.640 7.419.168 12.561.696 20.570.112 40.550.976 6 Juni 13.370.927 20.652.217 2.393.635 36.153.188 5.080.320 10.730.880 20.969.280 36.780.480 7 Juli 12.228.088 18.541.499 1.961.834 32.467.830 8.061.984 20.891.520 23.918.112 52.871.616 8 Agustus 12.228.088 18.541.499 1.961.834 32.467.830 7.312.032 15.802.560 21.453.984 44.568.576 9 September 12.228.088 18.541.499 1.961.834 32.467.830 3.395.520 27.345.600 27.008.640 57.749.760 10 Oktober 15.656.604 24.873.652 3.257.238 43.523.903 4.740.768 33.935.328 28.605.312 67.281.408 11 Nopember 14.132.819 22.059.362 2.681.503 38.610.093 13.037.760 31.259.520 28.226.880 72.524.160 12 Desember 13.370.927 20.652.217 2.393.635 36.153.188 13.472.352 35.756.640 31.364.064 80.593.056 Jumlah 161.974.908 250.640.881 29.299.350 438.752.062 91.064.736 252.570.528 297.814.722 641.449.986

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2011; Keterangan ; Terjadi krisis air tahun 2009

Berdasarkan pengamatan dan informasi yang dikumpulkan di lapangan, ke-kurangan air pada DAS Batang Arau sering menimbulkan konflik perebutan air antara petani dalam pengairan sawahnya, sehingga sawah yang agak jauh dari sungai tidak kebagian air, ataupun konflik air antara masyarakat dengan industri yang menggunakan air dalam proses produksinya atau dengan PDAM Padang.

Kekurangan air ini juga menyebabkan PLTA Batu Busuk pada DAS Batang Ku-ranji hanya bisa beroperasi sebesar 50% dari kapasitas terpasang, bahkan PLTA Rasak Bungo pada DAS Batang Arau hanya beroperasi pada kapasitas 10 – 20% pada musim kemarau dan 30 - 50% pada musim hujan.

Di sisi lain, terdapat kelebihan air pada bulan-bulan yang debit bulanannya lebih besar dari debit rata-rata. Namun karena pengelolaan yang belum optimal, sebagian besar air yang berlebih tersebut tersebut melimpas ke laut. Namun sebe-lum ke laut, air limpasan yang tidak tertampung oleh badan sungai akan terlebih dahulu menggenangi bagian yang datar di hilir, seperti pemukiman dan areal per-sawahan sehingga menyebabkan terjadinya banjir. Sebaliknya di musim kemarau malah sering terjadi kekurangan air, terutama untuk mencukupi kebutuhan air un-tuk irigasi dan air bersih unun-tuk berbagai penggunaan. Dengan kondisi pengelo-laan sumberdaya air yang ada, areal persawahan di hilir ke tiga DAS hanya mam-pu maksimum bertanam dua kali setahun, dengan waktu tunggu menjelang tanam di musim hujan sekitar dua sampai tiga bulan.

Demikian juga masalah kekurangan air bersih pada Instalasi Penampungan Air (IPA) yang dimiliki oleh PDAM Kota Padang, seringkali pasokan air bersih ke perkotaan terganggu akibat rendahnya aliran sungai pada musim kemarau, sementara pada musim hujan, pasokan air terganggu karena sumur penampung (intake) PDAM sering terlanda air bah atau banjir bandang yang datang dari hulu sungai karena daerah resapan air yang rusak, sehingga sumur intake tertimbun air yang kotor tercampur material tanah dan batu-batu yang tererosi dari daerah hulu. Menurut salah satu Narasumber dari PDAM Kota Padang6, pembersihan pipa penghisap air intake baru bisa dilakukan bila air sungai sudah bersih kembali. Akibatnya perlu biaya yang lebih besar untuk pengolahan air sungai menjadi air bersih untuk bahan baku air minum PDAM.

Sementara itu, sejatinya dalam memperkirakan ketersediaan air untuk air baku (air bersih) perlu memperhatikan kualitas air yang tersedia. Keberadaan berbagai macam industri di sepanjang aliran sungai akan berpengaruh terhadap kualitas air sungai tersebut karena kegiatan industri akan menghasilkan bahan

6

Wawancara dengan Bapak Ir. Harry Satria, Direktur Litbang PDAM Kota Padang pada tanggal 7 Februari 2011, di Kantor Direksi PDAM, Jl. Mangunsarkoro No. 21 Padang.

pencemar berupa limbah padat ataupun cair. Beberapa industri yang berpotensi menghasilkan limbah di sepanjang aliran sungai adalah industri minyak sawit, ka-ret, industri minuman dan makanan, serta industri produk minyak nabati, sedang-kan untuk kegiatan pertambangan, hampir semua bentuk kegiatannya menim-bulkan dampak terhadap lingkungan DAS. Sebagian industri tersebut menpunyai akses pembuangan limbah secara langsung ataupun tidak langsung ke perairan atau aliran sungai. Untuk Kota Padang, industri-industri besar yang mempunyai dampak nyata terhadap aliran/air sungai sebagian besar terkonsentrasi pada DAS Batang Arau, seperti pabrik semen, pabrik karet dan pabrik minyak goreng. Se-dangkan di sungai-sungai lainnya hanya terdapat industri-industri rumah tangga seperti industri roti, tahu, tempe, limun dan bermacam-macam industri rumah tangga yang bergerak dalam bidang makanan (Bapedalda 2010). Masalah pence-maran khususnya di DAS Batang Arau telah berlangsung lama, yang bersumber dari limbah pertambangan industri PT Semen Padang, pabrik karet dan limbah domestik, akibatnya saat ini aliran/air Sungai Batang Arau mulai dari Lubuk Be-galung hingga ke Muaro Padang (daerah tengah hingga hilir DAS Batang Arau) sudah tercemar dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai air golongan B (untuk air minum), sehingga akan mengurangi ketersediaan air yang dapat digunakan untuk air baku. Dari hasil analisis sampel kualitas air yang dilakukan oleh Bape-dalda Kota Padang pada ketiga DAS tersebut yang dipublikasikan melalui Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Padang Tahun 2009, dinyatakan bahwa air pada ketiga DAS, terutama pada bagian tengah hingga hilir telah mengalami pencemaran dengan tingkat pencemaran yang bervariasi dan baku mutunya berada pada baku mutu kelas III dan IV. Hal ini tentunya akan mengurangi ketersediaan air yang dapat dipergunakan untuk air baku. Namun, kajian kualitas air tidak dila-kukan pada penelitian ini, sehingga tidak akan dibahas pada penelitian ini.

Bila dicermati kondisi ketersedian air pada SWP DAS Arau maka dapat dikatakan secara umum ketersediaan air cukup tinggi pada SWP DAS Arau dan wilayah Kota Padang karena curah hujan yang tinggi, akibat letak geografis yang berhadapan dengan laut dan kondisi topografinya merupakan perpaduan antara dataran rendah, perbukitan serta daerah aliran sungai. Curah hujan yang tinggi ini secara langsung akan berpengaruh terhadap debit sungai-sungai yang terdapat

da SWP DAS Arau. Tingkat kebutuhan air untuk Kota Padang dan SWP DAS Arau untuk saat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan ketersediaan air ber-dasar debit rata-rata, namun yang menjadi masalah adalah distribusi air antar waktu (musim hujan dan musim kemarau). Bila dilihat per DAS, maka untuk DAS Batang Arau, ketersediaan air berdasar debit andalan tidak dapat mencukupi kebutuhan air yang ada, atau dapat dikatakan telah terjadi krisis yang serius pada DAS Batang Arau. Agar tidak menimbulkan konflik lebih lanjut maka perlu pe-nanganan dan pengelolaan segera agar kemampuan DAS menyediakan air lebih baik sehingga kebutuhan air dalam DAS tersebut bisa terpenuhi. Bila tidak me-mungkinkan DAS Batang Arau memenuhi kebutuhan airnya maka dapat dipasok dari DAS tetangga yang kelebihan air dengan mekanisme yang disepakati.

Pada SWP DAS Arau dan Kota Padang, pada waktu musim hujan, hampir selalu ada wilayah yang mengalami bencana banjir dan longsor. Sebaliknya pada waktu musim kemarau ada yang mengalami kekeringan. Beberapa sungai sama sekali tidak ada aliran pada musim kemarau, namun aliran sangat besar terjadi pada musim penghujan. Ada perbedaan debit yang sangat besar pada sungai ter-sebut pada saat dua musim terter-sebut berlangsung, sehingga dampaknya terjadi krisis air (baik banjir, longsor, maupun kekeringan) yang telah menjadi persoalan hidup yang kompleks, sehingga harus segera dipecahkan.

Aliran air sangat tergantung pada kondisi tata guna lahan, terutama pada daerah hulu DAS. Bila tidak ada daerah yang bisa menyerap dan daerah yang bisa menahan laju aliran maka pada waktu musim penghujan air akan mengalir langsung ke laut. Pada waktu musim kemarau karena tidak ada lagi hujan maka keberadaan air di suatu tempat tergantung dari kuantitas dan kualitas resapan dan penahan air pada waktu musim penghujan. Dengan resapan maupun penahan air yang baik maka kebutuhan air dapat terpenuhi di musim kemarau karena masih ada air yang tertampung misalnya pada waduk, danau, retensi dan cekungan, yang meresap di dalam tanah sehingga membentuk air tanah, sumur, dan lain-lain.

Agar ketersediaan air stabil dan optimal sepanjang tahun, maka pengelolaan sumberdaya air dalam kerangka pengelolaan DAS terpadu harus memperhatikan perencanaan distribusi air antar waktu, dengan mengelola daerah-daerah resapan maupun penahan air yang baik dan optimal, misalnya dengan membangun

tempat penampung air permukaan sehingga jumlah air hujan yang terserap lebih besar dan jumlah air yang melimpas ke laut dapat diperkecil sehingga kebutuhan air sepanjang tahun dapat terpenuhi. Hal yang dapat dilakukan antara lain melalui cara sipil teknis ataupun vegetatif. Memperbesar daerah penyimpan air dengan cara sipil teknis dilakukan dengan membangun cekungan tempat penampungan air, embung, situ, bendungan ataupun waduk, artinya bila ingin meningkatkan be-sar debit dari debit andal tersebut perlu ada waduk atau tempat penyimpanan, se-hingga pada musim hujan akan disimpan debit-debit banjir. Sedangkan cara vege-tatif dilakukan dengan pengelolaan vegetasi, misalnya untuk memperbesar simpanan air tanah dapat dilakukan dengan memperbesar daya serap air tanah pada DTA air melalui pengelolaan vegetasi pada daerah tangkapan air tersebut.

Karena Kota Padang merupakan daerah rawan bencana dengan kondisi geomorfologi yang labil dan daerah dataran yang sempit, maka akan sangat beresiko atau tidak pada semua lokasi yang membutuhkan air dapat dibuat bendungan, waduk, sumur resapan ataupun embung, sehingga alternatif lainnya adalah dengan memperbesar daya serap air tanah pada daerah tangkapan air, yaitu mempertahankan hutan atau tutupan vegetasi permanen pada kawasan lindung, dengan jalan konservasi dan perlindungan hutan pada daerah tangkapan air yang vegetasinya masih bagus dan melakukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan pada daerah tangkapan air yang vegetasinya telah terbuka atau rusak. Berapa jumlah lahan yang harus dipertahankan sebagai hutan ataupun sebagai kawasan lindung dengan tutupan vegetasi permanen sehingga kemampuan tanah untuk menyimpan air sesuai dengan kebutuhan atau paling tidak curah hujan yang melimpas ke laut dapat berkurang sehingga sebaran ketersediaan air setiap bulan-nya dapat memenuhi debit andalan, perlu dilakukan analisis tentang penggunaan lahan optimal sehingga ketersediaan air stabil sepanjang tahun yang tercermin pa-da kinerja DAS yang baik. Pembahasan tentang penggunaan lahan optimal papa-da SWP DAS Arau akan diuraikan pada bagian kedua berikut ini.