• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Konsep Pengelolaan DAS

Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat ditelaah dari dua aspek, yaitu dari aspek fisik dan kelembagaan. Secara fisik, DAS didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang dibatasi oleh pemisah alam (punggung gunung atau bukit), yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui sungai-sungai kecil menuju sungai utama dan keluar pada satu titik outlet, dan mengalirkannya hingga ke laut atau ke danau

(Asdak 1995; Kartodihardjo et al. 2004; UU Nomor 7/2004; Dephut 2009). Secara kelembagaan (institusi), DAS dapat dipandang sebagai sumberdaya alam yang berupa stock dengan ragam pemilikan (private, common, state property), dan berfungsi sebagai penghasil barang dan jasa, baik bagi individu dan/atau kelompok masyarakat maupun bagi publik secara luas serta menyebabkan interdependensi antar pihak, individu dan/atau kelompok masyarakat (Kartodihardjo et al. 2004).

DAS merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik, sistem biologis dan sistem manusia. Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling berinteraksi (Davenport 2002). Dalam proses ini peranan tiap-tiap komponen dan hubungan antar komponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS, yang bisa dilihat dari kualitas outputnya. Secara fisik, kualitas

output DAS terlihat dari besar erosi, aliran permukaan, sedimentasi, fluktuasi debit dan produktifitas lahan. Tiap-tiap komponen memiliki sifat yang khas dan tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Gangguan terhadap salah satu komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalan baik dan optimal. Manusia memegang peranan penting dan dominan dalam mempengaruhi kualitas suatu DAS.

Pengelolaan DAS adalah pengelolaan SDA dan sumberdaya buatan yang ada di dalam DAS secara rasional dengan tujuan mencapai keuntungan maksimum dalam waktu yang tidak terbatas dengan risiko kerusakan lingkungan seminimal mungkin. Pengelolaan DAS dijalankan berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya yang menyiratkan keterpaduan antara prinsip produktifitas dan konservasi SDA dalam mencapai tujuan pengelolaan DAS, yaitu: (a) terjaminnya penggunaan SDA yang lestari, seperti hutan, hidupan liar dan lahan pertanian; (b) tercapainya keseimbangan ekologis lingkungan sebagai sistem penyangga kehidupan; (c) terjaminnya jumlah dan kualitas air yang baik sepanjang tahun; (d) mengendalikan aliran permukaan dan banjir; serta (e) mengendalikan erosi tanah dan proses degradasi lahan lainnya. Prinsip keberlanjutan menjadi acuan dalam mengelola DAS, dimana fungsi ekologis, ekonomi dan sosial-budaya dari sumberdaya dalam DAS dapat terjamin secara berimbang (Asdak 1995; Kartodihardjo et al. 2004). Atau terjadi proses hidrologis yang ideal pada DAS dalam konteks produksi air yang berasal dari kawasan yang dikelola, masih bera-da bera-dalam batas-batas kuantitas, kualitas bera-dan waktu/lamanya aliran berlangsung (Hadisuparto 1998). Kondisi ini dapat dicapai antara lain apabila perangkat kebijakan yang akan diterapkan dalam pengelolaan DAS dan konservasi tanah dan

air di daerah hulu merupakan “alat” mencapai pembangunan sumberdaya air dan

tanah yang berkelanjutan, sehingga keterpaduan pengelolaan DAS dari hulu ke hilir merupakan suatu keharusan (Asdak 1995).

Untuk mewujudkan pengelolaan DAS yang berkelanjutan pada SWP DAS Arau, yang tercermin pada performa pengelolaan DAS yang baik, yaitu pengelo-laan DAS yang memberikan keseimbangan lingkungan fisik, ekonomi dan kelem-bagaan, maka sasaran pengelolaan DAS yang ingin dicapai adalah : (1) Tercip-tanya kondisi hidrologis DAS yang optimal yang memberikan kinerja DAS baik; (2) Meningkatnya produktivitas lahan melalui konservasi dan RHL yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat; (3) Tersedianya pendanaan pengelolaan DAS secara berkelanjutan yang berasal dari DAS tersebut; (4) Tertata dan ber-kembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam penyelengga-raan pengelolaan DAS; dan (5) Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyara-kat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS secara berkelanjutan.

Berdasarkan kerangka pemikiran seperti yang telah diuraikan pada bagian Pendahuluan (Gambar 1), dalam penelitian ini, performa pengelolaan SWP DAS Arau yang baik ditunjukkan oleh dampak (outcome) berupa : (1) terwujudnya ke-giatan konservasi dan RHL memadai yang memberikan kinerja DAS yang baik serta keseimbangan lingkungan; (2) meningkatnya kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar hutan pada kawasan lindung di hulu DAS; dan (3) adanya kelembagaan pengelolaan DAS yang baik dan bertahan lama. Perfor-ma pengelolaan SWP DAS Arau tersebut diukur melalui kriteria dan indikator pengelolaan DAS yang berkelanjutan. Kriteria merupakan ukuran yang menjadi dasar penilaian tingkat keberhasilan dalam pengelolaan dan optimalisasi peman-faatan SDA dalam DAS yang berkelanjutan. Indikator adalah alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pengelolaannya. Kriteria dan indikator harus bersifat sederhana dan praktis untuk dilaksanakan, terukur, dan mudah difahami terutama oleh para pengelola DAS dan pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap program pengelolaan DAS

Pada penelitian ini, untuk mewujudkan performa pengelolaan DAS berke-lanjutan, yaitu pengelolaan DAS yang memberikan keseimbangan lingkungan, ekonomi dan kelembagaan, digunakan kriteria : (1) pada aspek fisik, kinerja DAS diukur dengan model (teknologi) penggunaan lahan yang memberikan kondisi hidrologis optimal melalui penelusuran debit aliran dan penggunaan lahan dengan indikator nilai fluktuasi debit atau koefisien regim sungai (KRS) ; (2) pada aspek ekonomi, pendanaan konservasi dan RHL serta peningkatan kesejahteraan masya-rakat, diukur dari adanya pendanaan konservasi dan RHL melalui internalisasi eksternalitas dengan pembiayaan pengelolaan DAS bersama antara penyedia dan pengguna jasa DAS (cost sharing) melalui pengembangan insentif ekonomi dari dana PES agar terwujud kemandirian pengelolaan DAS, dengan indikator imbalan (reward) masing-masing pihak setara dengan korbanan (tercermin dari kesediaan menerima kompensasi (willingness to accept, WTA) dan kesediaan membayar (willingness to pay, WTP)); dan (3) aspek kelembagaan, adanya kelembagaan pengelolaan DAS yang efektif dan efisien, dengan indikator adanya biaya transak-si minimal pada institutransak-si pengelola.