• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisa secara komposit tentang potensi dan posisi komoditas di tingkat kecamatan. Pada agroekosistem dominan kawasan hutan (Kec. Randublatung, Jiken, Japah), rangking pertama adalah kayu jati, nilai akhir 3,66 (menuju sangat potensial) (Lampiran 3). Urutan kedua adalah padi, nilai akhir 3,43; ketiga adalah sapi potong, nilai akhir 3,35; keempat adalah jagung, nilai akhir 3,20, kelima dan keenam adalah ayam buras dan mangga, nilai akhir 3,20 (menuju sangat potensial) dan 2,95 (potensial). Urutan dari sangat potensial, potensial adalah kayu jati, padi, sapi potong, jagung, ayam buras, mangga, kambing, kacang-kacangan, umbi-umbian, pisang, dan cabe. Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05).

Urutan komoditas potensial di Kec. Randublatung dari sangat potensial, potensial, cukup potensial, kurang potensial, meliputi kayu jati, sapi potong, padi, ayam buras, jagung, mangga, kambing, kacang-kacangan, umbi-umbian, pisang, dan cabe. Urutan tersebut berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan desa kajian (Bodeh, Ngliron, Kediren), meliputi sapi potong, padi, ayam buras, kambing, jagung, mangga, pisang, umbi-umbian, kacang-kacangan, cabe, jeruk, tembakau, dan kayu jati. Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05).

Urutan komoditas potensial di Kec. Jiken, meliputi kayu jati, sapi potong, padi, ayam buras, jagung, kambing, mangga, pisang, nangka, umbi-umbian, cabe, dan pepaya. Urutan tersebut berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan desa kajian (Bleboh dan Nglebur), meliputi komoditas sapi potong, padi, ayam buras, kambing, jagung, mangga, pisang, nangka, umbi-umbian, cabe, pepaya, dan kayu jati. Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05).

Urutan komoditas potensial di Kec. Japah, meliputi kayu jati, padi, sapi potong, ayam buras, jagung, kambing, mangga, pisang, umbi-umbian, kacang-kacangan, domba, cabe, dan jeruk. Urutan tersebut berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan desa kajian (Sumberejo, Ngiyono), meliputi komoditas : padi, sapi potong, ayam buras, kambing, jagung, mangga, pisang, umbi-umbian, kacang-kacangan, cabe, jeruk, domba, dan kayu jati. Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05).

Nilai parsial tingkat desa sama pada komoditas sapi potong, padi, ayam buras, kambing, jagung untuk indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha untuk dijalankan (0,9); (b) input produksi/modal usahatani dan adanya program/ subsidi pemerintah (1,2); (c) pemenuhan kebutuhan pokok untuk pangan (0,9),

kecuali jagung (0,6). Nilai parsial untuk komoditas mangga dan pisang sama untuk semua indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (0,6); (b) input produksi, program pemerintah (1,2) ; serta (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,3).

Pada agroekosistem dominan lahan sawah (Kec. Kedungtuban dan Cepu), rangking pertama dan kedua adalah padi dan jagung, nilai akhir 3,21 (menuju sangat potensial) dan 2,91 (potensial) (Lampiran 3), ketiga dan keempat adalah ayam buras dan kayu jati, dengan nilai akhir 2,77 dan 2,69 (menuju potensial), kelima dan keenam adalah mangga dan sapi, nilai akhir 2,21 dan 2,11 (potensial). Urutan sangat potensial, potensial adalah padi, jagung, ayam buras, kayu jati, mangga, sapi, jambu, pisang, kacang-kacangan, bawang, domba, kambing, dan jeruk. Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05).

Urutan komoditas sangat potensial, potensisl, cukup potensial, kurang potensial, pada dominan lahan sawah :

 Kec. Kedungtuban dan Cepu, meliputi : padi, jagung, ayam buras, kayu jati, mangga, sapi, jambu, pisang, kacang-kacangan, bawang, domba, kambing, dan jeruk, berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan desa kajian.

 Desa kajian : Gondel, Panolan, Klagen, Kemantren (Kec. Kd. tuban), Ngloram, Jipang, Getas ( Kec. Cepu), meliputi : padi, jagung, ayam buras, sapi potong, mangga, jambu, pisang, kacang-kacangan, bawang, jeruk, domba, kambing, dan kayu jati.

Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05). Nilai parsial tingkat desa sama pada komoditas padi dan jagung, untuk semua indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (1,2); (b) input produksi dan adanya program pemerintah (1,2); (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,9), kecuali padi (1,2). Nilai parsial untuk komoditas sapi potong, ayam buras, dan mangga, sama untuk indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (0,9); (b) input produksi dan program pemerintah (1,2); (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,9), kecuali untuk mangga (0,60). Nilai parsial untuk komoditas jambu dan pisang sama untuk semua indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (0,6); (b) input produksi dan program pemerintah (1,2); serta (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,3)

Urutan komoditi dari sangat sampai kurang potensial dominan lahan kering :

 Kec. Bogorejo, meliputi : sapi potong, padi, jagung, kayu jati, mangga, ayam buras, jambu, pisang, umbi-umbian, bawang, nangka, kambing, dan domba, berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan di desa kajian.

 Desa kajian : Tempurejo dan Nglengkir : sapi potong, padi, jagung, ayam buras, mangga, jambu, pisang, umbi-umbian, bawang, nangka, kambing, dan domba.

Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05). Urutan komoditi dari sangat sampai kurang potensial dominan lahan kering :

 Kec. Tunjungan meliputi: padi, jagung, sapi potong, kayu jati, mangga, ayam buras, kacang-kacangan, pisang, umbi-umbian, cabe, jambu, dan kambing, berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan di desa kajian.

 Desa kajian : Kalangan, Tambahrejo, Kedungrejo, meliputi komoditas : padi, jagung, sapi potong, ayam buras, mangga, kacang-kacangan, pisang, umbi-umbian, cabe, jambu, kambing, durian, dan kayu jati.

Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05). Urutan komoditi dari sangat sampai kurang potensial dominan lahan kering :

 Kec. Todanan, meliputi : padi, sapi potong, jagung, kayu jati, pisang, ayam buras, umbi-umbian, nangka, rambutan, cabe, bawang, durian, dan kambing, berbeda nyata (p < 0,05) dengan urutan di desa kajian.

 Desa Kajengan, Sambeng, Kedungwungu, meliputi : padi, sapi potong, jagung, ayam buras, pisang, umbi-umbian, nangka, rambutan, cabe, bawang, kambing, durian, dan kayu jati.

Perbedaan nilai akhir (komposit) secara berurutan tidak berbeda nyata (p > 0,05). Nilai parsial tingkat desa sama pada komoditas padi dan sapi potong, untuk semua indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (1,2); (b) input produksi dan adanya program pemerintah (1,2) ; serta (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,9), kecuali padi (1,2). Nilai parsial untuk komoditas jagung, ayam buras, dan pisang, sama untuk indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (0,9); (b) input produksi dan program pemerintah (1,2) ; (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,9), kecuali untuk pisang (0,60). Nilai parsial untuk komoditas umbi-umbian dan nangka sama untuk semua indikator aksebilitas terhadap : (a) kelayakan usaha (0,6); (b) input produksi dan program pemerintah (1,2) ; serta (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,3). Nilai parsial untuk komoditas rambutan dan cabe sama untuk semua indikator terhadap : (a) kelayakan usaha (0,6); (b) input produksi dan program pemerintah (0,8) ; (c) pemenuhan kebutuhan pokok (0,6), kecuali pada cabe (0,3).