FORMULASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM RUMAH TANGGA
2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kata kekerasan dari segi bahasa dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat keras, kegiatan kekerasan, paksaan, kekejaman. Istilah kekerasan dalam kamus besar bahasa Indonesia juga diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
143Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 1 angka 4: “Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak korban adalah anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana”.
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.144 Dalam bahasa Inggris kekerasan diistilahkan dengan kata violence. Sedangkan secara etimologis, kata violence merupakan perpaduan antara kata vis yang berarti daya atau kekuatan serta latus yang berarti membawa. Jadi yang dimaksud dengan violence adalah membawa kekuatan.145 Kekerasan dalam pengertian yang sempit mengandung makna “serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau serangan penghancuran perasaan yang sangat keras, kejam, dan ganas atas diri atau sesuatu yang secara pontensial dimiliki seseorang”.146
Meskipun keduanya memiliki konsep yang berbeda violence dalam bahasa Inggris diartikan sebagai suatu serangan yang berorientasi kepada fisik maupun psikologis seseorang. Sedangkan kata kekerasan dalam bahasa Indonesia umumnya dipahami hanya menyangkut serangan secara fisik belaka.147 Terlepas dari perbedaan pengertian etimologis kekerasan dengan violence tersebut, saat ini dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengatur secara limitatif ruang lingkup dari kekerasan yang tidak hanya diartikan secara fisik, namun juga psikis, sebagimana yang telah ditetukan dalam peraturan perundang-undangan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.148
144Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1984,) hlm. 489
145Windu Marshana, Kekuasaan dan Kekerasan, (Yogyakarta, Kanisius, 1992) hlm. 75
146Ibid, hlm. 76
147Eko Prasetyo dan Suparman Marzuki (ed.), Perempuan dalam Wacana Perkosaan, (Yogyakarta, PKBI, 1997) hlm. 7
148Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Pasal 1 angka 1: “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”.
Selain pengertian kekerasan yang terdapat dalam dalam undang-undang penghapusan kekersan dalam rumah tangga dalam ketetapan yang terdapat dalam undang-undang perlindungan anak mengatakan bahwa kekerasan adalah perbuatan yang dilakukan terhadap Anak yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan bagi secara fisik, psikis, seksual, dan penelantaran, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.149
Tindak pidana yang dilakukan dalam kelurga (rumah tangga) sebenarnya telah diatur jauh sebelum undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga disahkan yang mana ketentuanya diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana, hanya saja dalam kitab undang-undang hukum pidana tidak menggunakan istilah kekerasan melainkan memakai istilah penganiayaan yang mengatakan bahwa penganiayaan terhadap ayah, ibu, istri atau anak diancam hukuman pidana.150 Kitab undang-undang hukum pidana tidak memberikan pengertian kekerasan secara baku akan tetapi apabila merujuk pada pasal 89 undang-undang perlindungan anak tindakan kekerasan disamakan dengan perbuatan yang membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya dengan mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani.151
Kitab undang-undang hukum pidana mengatur kekerasan yang tidak disatukan dalam satu bab secara khusus, akan tetapi dipisahkan kedalam bab-bab tertentu. Didalam kitab undang-undang hukum pidana kejahatan kekerasan dapat
149Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 16.
150Kitab Undang-Undang hukum Pidana Pasal 356: “Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri atau anak diancam hukuman pidana”.
151Ibid, Pasal 89: “yang disamakan dengan melakukan kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah)”.
digolongkan kedalam: Kejahatan Kesusilaan,152 Kejahatan terhadap jiwa orang,153 Kejahatan penganiayaan,154 dan Mengakibatkan orang mati atau luka akibat salahnya,155 serta Pencurian.156 Dari jenis-jenis kejahatan kekerasan dalam kitab undang-undang hukum pidana ini, dibagi legi kedalam beberapa bentuk kekerasan diantaranya: pembunuhan, penganiayaan berat, pencurian dengan kekerasan, pemerkosaan, kejahatan terhadap ketertiban umum.
Apabila merujuk pada ketentuan yang terdapat dalam undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga tindak kekerasan dibedakan kedalam 4 (empat) bentuk diantaranya,157 Pertama: kekerasan fisik yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Keduaa, kekerasan psikologis, yang mengakibatkan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Ketiga, kekerasan seksual, pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan tujuan tertentu, Keempat, kekerasan ekonomi, menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya.
Masalah kekerasan telah mendapatkan perhatian khusus sehingga dalam undang-undang perlindungan anak, melarang meperlakukan anak secara
152Ibid, Buku Kedua tentang Kejahatan tepatnya pada Pasal 281 sampai Pasal 303 tentang Kesopanan.
153Ibid, Buku Kedua tentang Kejahatan tepatnya pada Pasal 338 sampai Pasal 350 tentang Kejahatan Terhadap Jiwa Orang.
154Ibid, Buku Kedua tentang Kejahatan teptanya pada Pasal 351 sampai Pasal 358 tentang Penganiayaan.
155Ibid, Buku Kedua tentang Kejahatan tepatnya pada Pasal 359 sampai Pasal 361 tentang Mengakibatkan orang mati atau luka akibat salahnya.
156Ibid, Buku Kedua tentang Kejahatan tepatnya pada Pasal 362 sampai Pasal 367 tentang Pencurian.
157Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Pasal 5 sampai Pasal 9.
diskriminatif yang sehingga mengakibatkan anak mengalami kerugian, membiarkan anak menjadi sasaran kekerasan, dan melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, serta melakukan tipu muslihat untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.158