• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM RUMAH TANGGA

4. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana

Interaksi dalam kehidupan bermasyarakat menjadikan setiap orang mempunyai kepentingan sendiri, yang tidak hanya sama, tetapi juga terkadang bertentangan untuk itu diperlukan suatu aturan hukum dalam menata kepentingan tersebut. Menyangkut kepentingan diatur dalam ketentuan-ketentuan hukum yang disebut dengan perlindungan hukum. Secara harfiah pengertian perlindungan hukum berasal dari kata perlindungan dan hukum. Bila ditelaah perlindungan adalah suatu upanya untuk menjaga atau melindungi serta menjamin tercapainya kepentingan dan hak. Sedangkan hukum secara definisi bila diambil makna serta kesimpulannya adalah seperangkat aturan atau norma yang mempunyai sanksi dangan tujuan untuk menertibkan perilaku masyarakat.

Kebijakan terhadap perlindungan kepentingan masyarakat merupakan bagian yang integral dari usaha meningkatkan kesejahteraan sosial yang tidak dapat dilepaskan dari tujuan negara, yaitu untuk "melindungi segenap bangsa

Indonesia" dan "untuk memajukan kesejahteraan umum",177 atau dengan kata lain bahwa kebijakan terhadap perlindungan hukum pada hakikatnya merupakan bagian yang integral dari kebijakan perlindungan masyarakat secara keseluruhan, yaitu dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial.

Memberikan perlindungan hukum kepada individu sekaligus juga mengandung pengertian memberikan pula perlindungan kepada masyarakat, karena eksistensi individu dalam hal ini adalah sebagai unsur bagi pembentukan suatu masyarakat, atau dengan kata lain bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu, oleh karena itu antara masyarakat dan individu saling memiliki pertalian.

Diberikannya perlindungan hukum disamping untuk melindungi hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu, yang paling mendasar ialah untuk mencapai tujuan negara seperti yang telah dijelaskan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memajukan kesejahteraan umum.

Kesejahteraan umum yang mencakup pada kesejahteraan kepada anak.

Kesejahteraan terhadap anak merupakan prioritas penting dari perlindungan hukum. Secara umum, kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Perlindungan anak yang

177Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-empat yaitu: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

berhadapan dengan hukum atau anak yang melakukan tindak pidana sama pentingnya dengan memberikan perlindungan anak sebagai korban dari tindak pidana.

Bertolak dari pemikiran tersebut, maka kajian ini lebih memfokuskan pada perlindungan hukum anak dari sudut pandang sebagai korban tindak pidana.

Perlindungan terhadap anak merupakan suatu usaha atau kegiatan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan maupun peran, yang menyadari betapa pentingnya anak sebagai genarasai penerus cita-cita bangsa dan negara di kemudian hari. Perlindungan anak adalah suatu usaha yang dilakukan guna menciptakan siatuasi dimana anak bisa melakukan kewajibannya serta dapat memanfaatkan yang menjadi haknya sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara fisik, mental mapun secara sosial.

Perlindungan anak merupakan suatu perwujudan dari ditegakkanya keadilan ditengah-tengah masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum merupakan jaminan terhadap proses perlindungan bagi anak. Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum harus diupayakan demi keberlangsungan kegiatan perlindungan terhadap anak serta mencegah munculnya dampak-dampak yang tidak baik serta yang tidak diinginkan dari pelaksanaan perlindungan anak.178

Perlindungan terhadap anak didasarkan pada asas dan tujuan sebagaimana diatur dalam undang-undangan perlindungan anak. Penyelenggaraan perlindungan

178Maidin Gultom, Op Cit, hlm. 40

anak berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi : tidak berbuat diskriminasi, memberikan kepentingan yang terbaik bagi anak, Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta Penghargaan terhadap pendapat anak.179

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.180 Perlindungan khusus yang diberikan kepada anak yang berhadapan dengan hukum, yang meliputi anak yang menjadi korban, anak yang menjadi saksi dan anak yang menjadi pelaku suatu tindak pidana.

Perlindungan khusus tersebut berupa perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan

179Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 2 :“Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi: a. non diskriminasi; b. kepentingan yang terbaik bagi anak; c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan d.

penghargaan terhadap pendapat anak”.

180Ibid, Pasal 3 :“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”.

salah dan penelantaran.181 Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana dilaksanakan melalui:182

a. upaya rehabilitasi,

b. upaya perlindungan dari pemberitaan identitas, c. pemberian jaminan keselamatan, dan

d. pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

Disamping itu juga jika merujuk pada ketentuan yang ada dalam undang-undang perlindungan saksi dan korban makan seorang korban berhak berupa perlindungan atas keamanan, bebas dari ancaman. Dalam hal ini seorang korban bisa memilih dan menentukan bentuk-bentuk perlindungan yang dibutuhkan berupa penggantian identitas jikalau korban menghendakinya, dan mendapatkan tempat kediaman baru, serta memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan, disamping itu juga korban berhak memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.183

181Ibid, Pasal 1 angka 15: “Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran”.

182Ibid, Pasal 64 ayat 3: “Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui: a. upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga; b. upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi; c. pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan d. pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara”.

183Undang-Undang Nomor 31 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Pasal 5: “Seorang Saksi dan Korban berhak: a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya; b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; c. memberikan keterangan tanpa tekanan; d. mendapat penerjemah; e. bebas dari pertanyaan yang menjerat; f. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus; g.

mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan; h. mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan; i. mendapat identitas baru; j. mendapatkan tempat kediaman baru; k. memperoleh

B. Instrumen Nasional Terkait Perlindungan Hukum Terhadap Anak