• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerajaan Salaka Nagara, Jayasingapura dan Ciaruteun (Holotan) di Bogor

Dalam dokumen Revisi 3 Buku Pakuan Pajajaran Dalam Pus (Halaman 43-53)

Aki Tirem: Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Tertua di Pulau Jawa Sejarah Kota dan Kabupaten Bogor mungkin masih bisa dilacak sampai sejauh yang tercatat dalam sejarah sejak awal abad Masehi sebagaimana yang dicatat oleh Plotelemeus, sejarawan dari Yunani pada abad 1 M, yang menulis tentang kerajan

Argyre atau Chreso Nesos (yang artinya Pulau Perak) di Selat Sunda. Sejarah ini

juga bisa dilacak dari Naskah Pangeran Wangsakerta dari kerajaan Cirebon abad ke 16 M, yang bercerita tentang kerajaan pertama di Jawa Barat yaitu Salaka Negara di Teluk Lada Banten di Pesisir Selat Sunda, atau ada kemungkinan nama Salakanagara juga terkait dengan nama Gunung Salak.

Athala Regnum and Raden Wiraatmadja dalam laman Facebooknya menulis dan memulainya dengan mempertanyakan: ―Siapakah sesungguhnya tokoh nenek moyang bernama Aki Tirem ini?‖ Pertanyaan ini menarik sekali diajukan karena memang masih terdapat kesimpangsiuran prihal eksistensi tokoh legendaris ini. Menurut cerita rakyat Pandeglang, namanya juga dikenal sebagai Aki Luhurmulya.

13Catatan

Ngaprak Ngapruk, Ngabulatuk, Ngacapruk.

45

Bahkan, dia disebut juga sebagai Angling Dharma menurut Hindu, dan Wali Jangkung menurut Islam. 14

Namun demikian ada juga cerita di kalangan masyarakat yang menyebut nama Prabu Angling Dharma atau Wali Jangkung sebagai nama lain dari Dewawarman. Bahkan tokoh bernama Angling Dharma ini juga diakui berada di wilayah lain, bukan di Salakanagara.

Di zamannya Aki Tirem hanya berpredikat setingkat penghulu, bukan berpangkat raja. Tatkala sakit, sebelum meninggal dia menyerahkan kekuasaannya kepada menantunya yang bernama Dewawarman, yang jauh hari sebelumnya telah menikah dengan Nyi Pohaci Larasti, putri Aki Tirem.

Atas pengangkatan ini semua penduduk menerimanya dengan senang hati. Demikian pula dengan para pengikut Dewawarman karena mereka telah menjadi penduduk di situ, lagi pula banyak di antara mereka yang telah mempunyai anak.

Lalu, siapakah Dewawarman ini? Konon, dia adalah seorang yang menjadi duta keliling negaranya yang terletak di India Selatan, untuk negara-negara lain yang bersahabat seperti: kerajaan-kerajaan di Ujung Mendini, Bumi Sopala, Yawana, Syangka, Cina dan Abasid (Mesopotamia), dengan tujuan mempererat persahabatan dan berniaga hasil bumi serta barang-barang lainnya.

Dewawarman dan rombongan berlabuh di pantai desa Aki Tirem pada awalnya dengan niat untuk mengisi perbekalan, terutama air. Namun ketika itu desa tersebut tengah dilanda keresahan karena aksi para perompak laut. Karena itulah pada mulanya Aki Tirem dan pasukannya berniat akan memerangi Dewawarman. Namun karena niat baiknya, Aki Tirem pada akhirnya menerima kehadiran rombongan pengembara dari India Selatan ini, apalagi setelah Dewawarman membantu Aki Tirem memerangi para perompak atau bajak laut tersebut. Akhirnya penghulu desa di pantai Barat Banten tersebut menjodohkan puterinya dengan Dewawarman.

Setelah tinggal menetap di desa Aki Tirem, Dewawarman beserta pengikutnya selalu berkeliling melindungi penduduk karena kampung-kampung di sepanjang pesisir itu memang sering didatangi bajak laut dan perompak. Sampai suatu ketika, perahu perompak datang di tempat itu dan berlabuh di tepi pantai. Para perompak itu sama sekali tidak melihat bahwa dirinya telah dikepung oleh pasukan Dewawarman yang bersembunyi dan berpencar dengan siaga penuh. Dewawarman beserta pasukannya dan pasukan Aki Tirem segera membuka serangan tanpa memberikan kesempatan kepada para perompak itu untuk mempersiapkan diri. Pcrtempuran pun terjadi.

Diceritakan, gerombolan perompak itu dapat dikalahkan. Dewawarman dan pasukannya unggul dalam pertempuran. Perompak yang mati ada 37 orang dan sisanya yang tertawan ada 22 orang. Anggota pasukan Dewawarman yang tewas ada dua orang, sedangkan anggota pasukan Aki Tirem tewas 5 orang. Semua perompak yang ditawan akhirnya mati digantung. Aki Tirem memperoleh perahu rampasan lengkap dengan barang-barang, senjata dan persediaan makanan para perompak.

Kisahkan pula, setelah Aki Tirem wafat, sang Dewawarman menggantikannya sebagai penguasa di situ dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa 14 http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya/128616-aki-tirem-cikal-bakal-berdirinya-kerajaan-tertua-di- jawa.html http://www.kalangsunda.net/apps/forums/topics/show/7551142-aki-tirem-cikal-bakal-berdirinya-kerajaan- tertua-di-pulau-jawa?next=

46

Gapura Sagara. Sedang isterinya, Nyi Pohaci Larasati menjadi permaisuri dengan gelar Dewi Dwani Rahayu. Kerajaannya diberi nama Salakanagara.

Menurut Naskah Wangsakerta, Aki Tirem adalah putera Ki Srengga, Ki Srengga putera Nyai Sariti Warawiri, Nyai Sariti Warawiri puteri Aki Bajulpakel, Aki Bajulpakel putera Aki Dungkul dari Swarnabhumi bagian selatan kemudian berdiam di Banten, Aki Dungkul putera Ki Pawang Sawer, Ki Pawang Sawer Putera Datuk Pawang Marga, Datuk Pawang Marga putera Ki Bagang yang berdiam di Swarnabhumi sebelah utara, Ki Bagang putera Datuk Waling yang berdiam di Pulau Hujung Mendini, Datuk Waling putera Datuk Banda ia berdiam di dukuh tepi sungai, Datuk Banda putera Nesan, yang berasal dari Langkasungka. Sedangkan Nenek moyangnya berasal dari negeri Yawana sebelah barat.

Jika dipelajari lebih jauh lagi, naskah Wangsakerta yang ditulis pada tahun 1677 M menceritakan, bahwa pendatang dari Yawana dan Syangka yang termasuk ke dalam kelompok manusia purba tengahan (Janma Purwwamadhya) tiba kira-kira

tahun 1.600 sebelum Saka. Kaum pendatang yang tiba di Pulau Jawa kira-kira antara 300 sampai dengan 100 tahun sebelum Saka. Mereka telah memiliki ilmu yang tinggi (Widyanipuna) dan telah melakukan perdagangan serbaneka barang. Para

pendatang ini menyebar ke pulau-pulau Nusantara.

Wangaskerta menjelaskan pula: Oleh para mahakawi yang terlibat dalam penyusunan naskah Wangsakerta, disebut jaman besi (wesiyuga), karena mereka dianggap telah mampu membuat berbagai macam barang dan senjata dari besi, yang lebih penting, mereka telah mengenal penggunaan emas dan perak.

Sebenarnya bukan hanya berdagang, tetapi merekapun merasuk ke desa-desa, seolah-olah semuanya milik mereka. Pribumi yang tidak mau menurut atau menghadangnya segera dikalahkan. Merekapun harus menjadi orang bawahan yang harus tunduk pada keinginan mereka.

Antara tahun 100 sebelum Saka sampai awal tahun Saka masih banyak kaum pendatang yang tiba di Nusantara dari negeri-negeri sebelah timur dan selatan India, yang juga telah memiliki pengetahuan yang tinggi.

Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan, bahwa pengambilan nama Salakanagara, atau Kota Perak, atau Argyre memang wajar dan sangat terkait dengan zaman tersebut, yang dikisahkan oleh para Mahakawi sebagai zaman besi (wesiyuga), zama besi, zaman manusia di Nusantara telah mengenal penggunaan besi, logam perunggu dan perak sebagai perkakas.

Sedangkan kaum pendatang, seperti Dewawarman dari India datang ketempat tersebut dimungkinkan untuk berdagang dan mencari perak. Mungkin ini juga yang menjadi minat mereka singgah di perkampungan pesisir Aki Tirem.

Ada juga yang mengisahkan bahwa Akti Tirem ketika digantikan Dewawarman belum wafat, namun dia sengaja mengundurkan diri dari keramaian dunia dan pergi bertapa. Dewawarman kemudian dinobatkan menjadi raja pertama Salakanagara. Dewawarman, Raja Pertama Salakanagara

Penyerahan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun 122 M, dan pada saat itu diberlakukan pula penanggalan Sunda yang dikenal dengan sebutan Saka Sunda.

Klan Dewawarman kemudian menjadi raja-raja Salakanagara secara turun menurun. Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun sejak dinobatkan pada tahun 52 Saka atau 130 M. Selama masa pemerintahan dia pun mengutus adiknya yang

47

merangkap Senapati (panglima perang), bernama Bahadur Harigana Jayasakti untuk menjadi raja daerah Mandala, Ujung Kulon. Sedangkan adiknya yang lain, bernama Sweta Liman Sakti dijadikan raja daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabhintapura. Nama Agrabhinta dimungkinkan terkait dengan nama daerah berada di daerah Cianjur Selatan, sekarang menjadi daerah perkebunan Agrabhinta, hanya karena sulit diakses, daerah tersebut seperti menjadi daerah tertinggal.

Dalam catatan sejarah, raja-raja Salakanagara yang menggunakan nawa Dewawarman sampai pada Dewawarman IX. Hanya saja setelah Dewawarman VIII, atau pada tahun 362 pusat pemerintahan dari Rajatapura dialihkan ke Tarumanagara. Sedangkan Salakanagara pada akhirnya menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara.

Selama kejayaan Salakanagara gangguan yang sangat serius datangnya dari para perompak. Hingga pernah kedatangan perompak Cina. Namun berkat keuletan Dewawarman dengan membuka hubungan diplomatik dengan Cina dan India pada akhirnya Salakanagara dapat hidup damai dan sentausa.

Selain adanya perkiraan jejak peninggalan Salakanagara, seperti batu menhir, dolmen dan batu magnet yang terletak di daerah Banten, berdasarkan penelitian juga ditemukan bahwa penanggalan Sunda atau Kala Sunda dinyatakan ada sejak zaman Aki Tirem. Penanggalan tersebut kemudian dinamakan Caka Sunda. Perhitungan Kala Saka mendasarkan pada Matahari 365 hari dan Bulan 354 hari. Masing-masing tahun mengenal tahun pendek dan panjang.

Raja raja Salakanagara menggunakan nama Dewawarman sesuai nama raja pertamanya, yaitu Dewawarman I, menurut sejarah merupakan salah seorang Pangeran dari Palawi, India selatan, sebelum menjadi menantu Aki Tirem, ia adalah duta negaranya di Pulau Jawa.

Pertemuan klan Aki Tirem dengan Dewawarman semula berazaskan pada kepentingan saling melindungi. Aki Tirem ketika itu sebagai penghulu diwilayah Salakanagara, sedangkan Dewawarman duta dari Palawa. Konon kabarnya menurut Naskah Wangsakerta, Dewawarman selalu melindungi penduduk Salakanagara dari rongrongan para perompak.

Kerjasama yang paling mengesankan bagi kedua belah pihak ketika Pasukan Dewawarman dengan Aki Tirem menyergap rombongan perompak yang turun ke Salakanagara. Serta merta mereka dapat dilumpuhkan. Sejak saat itu pasukan Dewawarman sering turun ke Salakanagara, hingga suatu saat Dewawarman terpikat oleh putri Aki Tirem, kemudian mereka pun menikah. Demikian juga seluruh pasukan dan kerluarganya, mereka mengikuti jejak Dewawarman menikai putri-putri Salakanagara.

Ketika Aki Tirem sakit ia sudah berpesan agar jika suatu saat meninggal maka Dewawarman yang diharapkan menggantikan kedudukannya. Hingga tibalah Aki Tirem Wafat. Ada juga yang mengisahkan Akti Tirem ketika digantikan Dewawarman belum wafat, namun ia sengaja mengundurkan diri dari keramaian dunia dan pergi bertapa. Dewawarman kemudian dinobatkan menjadi raja pertama Salakanagara, dengan gelar Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara, Sedangkan Dewi Pohaci diberi gelar Dwi Dwani Rahayu.

Wilayah Kekuasaan Salakanagara

Wilayah kekuasaan Salakanagara meliputi Banten, Jawa Barat bagian barat dan pulau-pulau di dalam Wilayahnya. Sepanjang pantai, Salakanagara dijaga

48

Pasukan Dewawarman, termasuk pesisir Jawa Barat, Nusa Mandala atau Pulau Sangiang, Nusa Api (Karakatau ?) dan pesisir Sumatra Bagian selatan. Bertujuan untuk menjaga keamanan dari gangguan perampok. Sebagai imbalannya, para pelaut tersebut diwajibkan membayar upeti.

Selama kejayaan Salakanagara memang gangguan yang sangat serius datangnya dari para perompak. Hingga pernah kedatangan perompak Cina. Namun berkat keuletan Dewawarman dengan membuka hubungan diplomatik dengan Cina dan India pada akhirnya Salakanagara dapat hidup damai dan sentausa.

Situs Punden Berundak (Piramida) Cibedug,Peninggalan Salakanagara- kah ?

Selain adanya perkiraan jejak peninggalan Salakanagara, seperti batu menhir,. Dolmen dan batu magnet yang terletak di daerah Banten, berdasarkan penelitian juga ditemukan bahwa penanggalan sunda atau Kala Sunda dinyatakan ada sejak jaman Aki Tirem. Penanggalan tersebut kemudian dinamakan Caka Sunda. Perhitungan Kala Saka mendasarkan pada Matahari 365 hari) dan Bulan (354 hari). Masing-masing tahun mengenal taun pendek dan panjang.

Apakah Situs Punden Berundak (Piramida) Lebak Cibedug/Sibeduk di Pandeglang Banten juga merupakan Situs Ritual Sunda Wiwitan atau Sunda Buhun sejak zaman Salaka Nagara? Atau itu merupakan peninggalan Zaman Megalitikum Tatar Sunda yang lebih tua lagi, sebagaimana Situs Punden Berundak Gunung Padang di Cianjur, dan banyak lagi Punden Berundak atau Piramida lainnya di wilayah Nusantara? Masih perlu diteliti lebih lanjut. Seorang teman dari Banten juga menyebutkan ada beberapa lagi artefak budaya peradaban kuno yang diketemukan di Banteng yang kemungkinan besar adalah peninggalan masa prasejarah itu.

Di bawah ni informasi dari Blog IndocropsCircle.com tentang Situs Punden Berundak atau Stepping Pyramida Lebak Cibedug Banten. 15

Situs di Cibedug, Lebak, Banten (courtesy: humaspdg.wordpress)

Situs megalitikum seperti ini ternyata tidak hanya ada di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Di provinsi tetangganya, Banten, situs sejenis juga ada.

15

https://indocropcircles.wordpress.com/2012/05/31/wah-ada-lagi-situs-megalitikum-ketiga-di-cibedug- banten/

49

Namanya, situs megalitikum Cibedug yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.

Lebak Sibedug adalah nama sebuah kampung yang masuk dalam wilayah Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Keterkenalan kampung ini tak dapat dipisahkan dari keberadaan sisa peninggalan zaman megalitik berupa menhir dan punden berundak yang berada dalam satu kompleks yang kini diisolasi dan dinamai Situs Lebak Cibedug.

Secara kasat mata, situs megalitikum Gunung Padang berupa punden berundak dengan lima teras, sementara di Cibedug terdiri dari sembilan teras dengan susunan batu berbentuk lonjong seperti menhir.

Penguasaan teknologi di situs Gunung Padang lebih maju ketimbang situs Cibedug. Di situs megalitikum Gunung Padang hampir semuanya terdiri dari bebatuan persegi panjang dan nyaris presisi, adapun di Cibedug bebatuannya berbentuk bulat panjang dan tidak beraturan. Kesannya, situs megalitikum Cibedug usianya lebih tua.

―Aura situs Cibedug sangat baik untuk para pelaku spiritual, karena pada jaman dahulu memang dipakai sebagai tempat berdoa. Bila melihat tampilan secara batin, maka beberapa kerajaan pernah menggunakan tempat ini,‖ jelas pengamat spiritual

Ki Bowo (Senin, 28/5/12).

Sumber: Gambar ini adalah foto Maket Punden berundak (Stepping Pyramid) Lebak Cibedug Banteng hasil Penelitian Balai Arkeologi Bandung dan Banten, kini tersimpan di Museun Sri Baduga

Maharaja di Kota Bandung)16

Berbeda dengan situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, situs Cibedug sangat tidak terawat dan jarang dikunjungi wisatawan mengingat lokasinya yang tidak mudah dijangkau dengan kendaraan dan harus berjalan kaki naik turun bukit.

Meskipun berada di wilayah Kecamatan Cibeber, namun rute menuju Cibedug ternyata lebih enak ditempuh melalui jalur Pandeglang – Rangkasbitung – Cipanas – Citorek Cibedug, dibanding menempuh jalur Pandeglang Bayah Cibeber Citorek – Cibedug.

Jika dibandingkan dalam hitungan jarak dari Pandeglang, maka rute pertama ini berjarak ± 80 Km sedangkan rute kedua berjarak 2 kali lipatnya. Menghadapi pilihan ini tentu saja memilih rute pertama. Atau bisa juga situs megalitikum Cibedug ini ditempuh melalui Rangkasbitung menuju Citorek, Kecamatan Bayah, Lebak atau dari Bogor melalui Jasinga, dengan waktu tempuh yang lumayan panjang dan melelahkan dibandingkan menuju Gunung Padang Cianjur yang bisa ditempuh langsung sampai di kaki situs dengan kendaraan.

16https://ahmadsamantho.wordpress.com/2013/01/18/%E2%80%8Esitus-megalitikum-punden-

50

Situs ini secara geografis terletak di lereng Pasir Manggu dengan luas areal sekitar 2 hektar. Secara garis besar situs memperlihatkan suatu kompleks bangunan yang terdiri atas 3 bagian halaman, dengan pembagian halaman yang semakin meninggi dari sisi sebelah timur ke barat.

Halaman pertama merupakan bagian sebelah timur dan merupakan bagian ruang yang paling rendah dibandingkan dengan halaman kedua dan ketiga. Halaman kedua terletak di bagian tengah, dan halaman ketiga yang merupakan bagian inti terletak di bagian paling barat dan merupakan bagian halaman yang paling tinggi.

Pintu masuk menuju kompleks bangunan ini terletak di sebelah barat, bersisian langsung dengan aliran Kali Cibedug. Jalan masuk ke situs Lebak Cibedug melalui tangga yang terbuat dari susunan batu andesit dan bongkahan batu lempung yang terdiri dari 33 anak tangga.

Pada bagian tengah pintu masuk terdapat menhir dengan ukuran besar dalam posisi tegak. Menhir ini adalah satu-satunya menhir terbesar dibandingkan dengan beberapa temuan menhir lainnya yang terdapat di situs ini. Ukuran tinggi menhir adalah 236 sentimeter dengan diameter 336 sentimeter.

Batu Menhir di situs Lebak, Cibedug Banten yang berada di Taman Nasional Gn. Halimun. Dari pengamatan bentuk bangunan secara keseluruhan, tampak bahwa kompleks megalitik Lebak Cibeduk merupakan perpaduan bentuk bangun batur- batur punden yang kadangkala dilengkapi dengan menhir, batu datar, dan batu kursi dengan punden berundak sebagai bagian yang paling sakral.

Berdasarkan informasi pustaka disebutkan bahwa tinggalan bangunan megalitik yang tersebar di kawasan Lebak Cibeduk secara lokasional semua tinggalan didirikan tidak jauh dari aliran sungai.

Bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun bangunan megalitik baik berupa bangunan berundak atau batur punden yang disebut masyarakat lokal dengan isitilah batu tukuh yang hampir semuanya menggunakan dua jenis batuan yaitu batu andesit dan tufa yang berbentuk bongkahan.

Kedua jenis bahan batuan itu terdapat pada aliran sungai yang berada tidak jauh dari situs. Para peneliti menarik kesimpulan bahwa bahan untuk pendirian bangunan-bangunan megalitik yang banyak ditemukan di kawasan Lebak Cibeduk diperoleh dari bongkahan-bongkahan yang tersingkap di aliran-aliran sungai yang ada disekitar situs.

51

Di daerah situs Cibedug ini sinyal ponsel tak terdeteksi. Juga jangan berharap dapat santai menonton acara di stasiun televisi karena meskipun terdapat aliran listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tradisional, alirannya tak dapat memasok listrik yang dibutuhkan peralatan besar seperti televisi.

Profil Situs Piramida/Punden Berundak Lebak Cibedug

Secara geografis Desa Citorek Kecamatan Cibeber di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muncang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayah, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Panggarangan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.

Sedangkan, lokasi Situs Lebak Sibedug menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar, terletak di lereng Gunung Pasir Manggu dengan orientasi Situs Timur – Barat yang berbatasan di sebelah Utara dengan Kali Cibedug, di sebelah Timur dengan Gunung Pasir Manggu, di sebelah Selatan dengan Kali Cibedug dan di sebelah Barat dengan Kali Cibedug dan Dusun Cibedug

Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu :

 Rangkasbitung Citorek melalui Kec. Cipanas Ciparasi Kec. Muncang kurang lebih 50 km dan berjalan kaki sekitar 12 km.

 Rangkasbitung Cikotok Warungbanten Citorek Kec. Cibeber melalui Malingping – Bayah sekitar 170 km dan berjalan kaki sekitar 12 km.

Secara umum dilingkungan Situs tersebut beriklim tropis penghujan dengan curah hujan rata – rata 4.000 – 6.000 mm / tahun dengan suhu berkisar 18º Celcius. Masyarakat Dusun Sibedug Desa Citorek Kec. Cibeber mayoritas beragama Islam, namun adat istiadat yang berhubungan dengan religi dari zaman Pra-Islam masih nampak melalui ritual pemujaan berkaitan dengan masalah bercocok tanam.

Dalam kaitannya dengan kepercayaan atau mitos masyarakat sekarang, komplek bangunan di Situs Lebak Sibedug dianggap sebagai suatu bangunan kuno peninggalan nenek moyang yang sangat dikeramatkan, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesuburan dalam bercocok tanam dan pelepasan nadzar (permohonan sesuatu).

52

Masyarakat setempat masih memegang teguh memegang adat istiadat yang diwariskan leluhur mereka dan diyakini bahwa arwah leluhur sebagai penghuni alam ghaib yang mengendalikan kehidupan. Hal ini terlihat dari tata cara mereka memohon restu kepada leluhur sebelum penanaman padi dilaksanakan agar diberikan hasil panen yang melimpah atau dijauhkan dari hama penyakit.

Pelepasan nadar (Nadzar, Bhs Arab, permohonan sesuatu) yang berhubungan

dengan nasib dan keberuntungan dilakukan oleh masyarakat melalui suatu upacara kecil (selamatan) yang dilaksanakan di dalam salah satu halaman komplek bangunan Situs pada bagian susunan kelompok menhir yang diberi pagar dan atap.

Komplek bangunan Situs merupakan salah satu Monumen Tradisi Megalitik (Mega = besar, lithos = batu) dari masa Pra Hindu. Kompek bangunan pemujaan (keagamaan) ini dilihat secara umum berbentuk Punden Berundak (Piramida bangunan utama) dengan disertai beberapa menhir dan dolmen dalam pola mengelompok maupun tunggal.

Jenis bahan dasar Situs Lebak Sibedug menggunakan batuan Andesit yang cukup banyak dijumpai di sekitar Situs yang terjadi sebagai akibat dari magma yang keluar dari perut bumi ketika terjadinya letusan gunung api yang menghasilkan 3 jenis batuan, yakni :

 Krekel Silika (Bom) terdiri dari Obsidian, Opal dan Panitik

 Tufa Andesit (debu gunung)

 Flow Andesit / Andesit leleh (lahar) yang kemudian menjadi batuan Andesit setelah membeku (batuan beku).

Jalan masuk menuju Situs dari arah Barat melewati Terap (tangga masuk) sebanyak 33 tingkatan, pada bagian pintu masuk terdapat sebuah menhir berukuran besar dalam posisi tegak berdiri dan merupakan menhir yang terbesar dengan ukuran tinggi 235 cm dan berdiameter 336 cm.

Dilihat dari fungsi letak menhir ini, kemungkinan dimaksudkan sebagai penjaga / pelindung dimana bagian dalam Situs dibagi atas 3 bagian, yaitu :

Bagian Depan

 Bagian depan bebentuk persegi panjang dengan menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utamanya. Penataannya hanya menggunakan 2 lapis susunan batu dengan ukuran panjang 582 cm dengan lebar 395 cm.

 Bagian depan ini, terdapat semacam teras yang menyatu dengan ruang utama bagian depan berukuran panjang 105 cm, lebar 104 cm terletak ke Utara sebelah kiri tangga masuk dan dibagian ini pula terdapat menhir roboh.

Bagian Tengah

 Antara bagian depan dan bagian tengah dibatasi oleh gundukan tanah memanjang dari Utara ke Selatan dengan ukuran panjang 19,5 m dan tinggi gundukan tanah 1,30 m.

 Untuk masuk kebagian ini melewati trap bersusun 3 dengan lebar 140 cm memotong gundukan tanah, sebelah kiri dan kanan bagian atas trap terdapat 2

Dalam dokumen Revisi 3 Buku Pakuan Pajajaran Dalam Pus (Halaman 43-53)