• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTROVERSI KEISLAMAN PRABU SILIWANG

Dalam dokumen Revisi 3 Buku Pakuan Pajajaran Dalam Pus (Halaman 186-189)

Arif Supriadi dari Padepokan Ki Munajat Sedjati, menyatakan bahwa Prabu Siliwangi yang dikenal juga ketika mudanya sebagai Pangeran Pamanah Rasa, adalah seorang Muslim. Ia di-islamkan oleh Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Quro (seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan, yang berperan penting dalam Islamisasi di Jawa Barat) saat hendak menikahi Nyi Subang Larang. Subang Larang tak lain sebagai santri di pesantren yang dipimpin Syaikh Quro di Karawang, Dalam naskah kuno diceritakan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim, bersumberkan Buku Carita Purwaka Caruban Nagari, yang ditulis Pangeran Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi masuk Islam saat hendak menikahi Subang Larang.

Meluruskan mitos atau opini yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, bahwa Prabu Siliwangi penganut Hindu. Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim yang berasal dari agama Sunda Wiwitan, dan Pajajaran bukanlah kerajaan Hindu, melainkan kerajaan yang secara turun temurun

mewariskan nilai Sunda Wiwitan atau Jati Sunda. Masifnya islamisasi Tatar Sunda tak lain berkat dukungan penuh Prabu Siliwangi, yang membebaskan putra putrinya untuk belajar Islam, melakukan dakwah ke seluruh pelosok ―Tatar Sunda‖ atau bahkan mendirikan kesultanan baru yang mandiri dari Pajajaran sebagai ―keraton‖. Berkat kuatnya pengaruh gerakan islamisasi yang dilakukan dinasti Siliwangi di Jawa Barat, kini mayoritas masyarakat setempat menjadi penganut Islam yang taat. Nyaris sulit menemukan adanya orang Jawa Barat menganut agama selain Islam, sehingga muncullah istilah ―Islam Sunda‖ dan ―Sunda Islam.‖ Bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya lokal (Sunda). Islam dan budaya Sunda perlu selaras dan berdampingan dalam upaya membimbing dan mencerahkan kehidupan masyarakat Tatar Sunda dalam bingkai kebangsaan.

Prabu Siliwangi merupakan nama gelar, karena

masyarakat Jawa Barat pada umumnya sungkan untuk langsung menyebut nama sang tokoh. Prabu Siliwangi kecil bernama ―Pangeran Pamanah Rasa‖, yang lahir di Keraton Surawises Kawali, Kabupaten Ciamis, sekitar tahun 1411 dan wafat pada akhir Desember 1521 di Pakuan (Kota Bogor sekarang). Ia bertahta sebagai Raja Sunda Galuh (Pakuan Pajajaran) selama 39 tahun, yaitu mulai tahun 1482 hingga 1521, berkedudukan di Pakuan. Prabu Siliwangi tercatat sebagai raja yang adil dan bijaksana. Masa kepemimpinannya, dikenal sebagai era keemasan Pajajaran. Rakyat

188

Pajajaran hidup kamkmur, damai dan sejahtera. Wilayah Pajajaran membentang dari pegunungan Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, seluruh Jawa Barat, Selat Sunda hingga sebagian Lampung.

Dari aspek ekonomi, simbol utama kebesaran Pajajaran terletak di Pelabuhan Niaga Sunda Kalapa (Jakarta sekarang), yang merupakan pusat perniagaan terbesar dan tersibuk di seluruh Nusantara saat itu. Sunda Kalapa menjadi lalu lintas perdagangan dan jalur migrasi bangsa-bangsa asing ke Pulau Jawa. Selain itu, Pajajaran juga memiliki pelabuhan-pelabuhan lain di pantura Jawa Barat, yaitu Banten, muara Cisadane, Karawang, muara Cimanuk, dan Cirebon.

Menurut catatan Tom Pires, seorang penjelajah asal Portugis, yang bersama empat buah kapal dagang Portugis singgah di Pajajaran tahun 1513, Kerajaan Sunda Pajajaran adalah negeri para ksatria dan pahlawan laut, sehingga para pelautnya telah mampu berlayar ke berbagai negara mancanegara hingga ke Kepulauan Maladewa di Srilanka.

Dalam catatan Tom Pires, Prabu Siliwangi, para pemangku dan warga Pajajaran adalah orang-orang yang jujur, ramah, dan sopan. ―…. The Kingdom of Sunda is Justtly Governed…‖ Prabu Siliwangi adalah seorang maharaja Sunda yang adil dan bijaksana dalam memerintah segenap rakyat kerajaannya.55

Betapa beratnya merubah pandangan dan pengetahuan masyarakat yang sudah mendarah daging tentang sesuatu. Demikian kuatnya sehingga hal-hal yang baru akan dianggapnya sebagai sebuah penyimpangan yang mungkin akan menghancurkan kemapanan. Tetapi aku betul-betul yakin dalam masyarakatku masih banyak orang-orang yang berhati bersih, ihlas mendengarkan dan menyimak dengan cermat sebelum mereka memutuskan sesuatu itu benar, kurang tepat atau malah salah besar. Salah satu soal yang menggodaku sehingga aku rindu untuk

segera menyampaikannya adalah ‗sejarah umat Islam di Indonesia‘ dan ‗umat Islam dalam sejarah‘.

Yang pertama berkaitan dengan realitas dan fakta penulisan sejarah umat Islam yang ada sekarang, menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah dan karenanya pastilah telah lama membentuk pola pikir pada sebagian masyarakat Indonesia. Yang kedua berkaitan dengan fakta yang benar benar faktuil tentang peran umat Islam selama ratusan tahun dalam kehidupan masyarakat yang sebagian besar tidak tercatat dalam buku-buku sejarah, atau sengaja dikaburkan.

Penulisan sejarah memang sarat dengan kepentingan politik. Bagaimana sejarah itu ditulis bisa jadi alat melanggengkan kekuasaan seseorang atau suatu rezim. Contohnya adalah apa yang dilakukan Eugene Dubois. Setelah melakukan

55 https://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/06/20/prabu-siliwangi-adalah-muslim/  https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/temuan-perabotan-nyi-subang-larang-di-kebun- jati-di-subang/  https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/menelusuri-jejak-nyi-subang-larang-istri-prabu- siliwangi/  https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/alunan-suara-nyai-subang-larang-yang- meluluhkan-keras-hatinya-prabu-siliwangi/  https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/09/23/menelusuri-jejak-nyi-subang-larang-istri-prabu- siliwangi/  https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/10/24/hubungan-kekerabatan-keluarga-prabu-siliwangi- dengan-raden-wijaya-majapahit-dan-keturunannya-yang-ada-sekarang-ahmad-yanuana-samantho/  https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/02/01/16406/  http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/282556/20131123200729-mengintip-makam-kramat-ratu- galuh-di-kebun-raya-bogor-002-debby-restu-utomo.html

189

penelitian di pulau Jawa, khususnya di Mojokerto dan Kediri, ia berpendapat bahwa manusia yang pernah hidup di Indonesia adalah pithecantrophus erectus alias

manusia kera yang berdiri tegak. Manusia jenis ini juga ditemukan di wilayah Afrika dan Asia lainnya. Sementara penelitian di Eropa menemukan jenislain, yaitu homo sapiens bascilus atau manusia yang sudah bisa berfikir. Sudah bisa diduga bagaimana kesimpulannya : manusia eropa atau berkulit putih lebih pintar dan lebih maju dibandingkan orang Asia atau Afrika. Wajar saja kalau orang Eropa menjadi kaum penjajah, dan orang Asia dan Afrika menjadi kaum terjajah. Karena misi utama penjajahan adalah memper-adabkan manusia pribumi. Itulah contoh sikap hipokrit orang Eropa. Mengatasnamakan kajian ilmiah tetapi maksud utamanya adalah membenarkan penjajahan.

Monstesquieu yang terkenal karena teori Trias Politica-nya malah beranggapan

bahwa tidak mungkin Tuhan memberikan ruh kepada orang Negro yang hitam kelam. Dan karena itu musustahil bagi kita untuk bisa berbelaskasihan pada mereka. Mereka hanya cocok menjadi budak budak belian. Rudyar Kipling bahkan menyebut mereka half devil and half child (setengah setan dan setengah kanak-kanak). Jadi

penjajahan merupakan tugas orang kulit putih memanusiakan bangsa pribumi. Aduh, kurang ajar betul... Nah, di Indonesia Timur Belanda menemukan

etnis kulit hitam yang mirip orang Afrika, mereka menamainya Papua, yang artinya daerah hitam tempat perbudakan. Menurutyan Hasanuddin Malik: ―Sayang sekali nama Papua dianggap lebih keren ketimbang nama Irian yang berarti sinar yang menghalau kabut.‖56Dalam kaitan dengan bagimana umat Islam dalam sejarah,

sejak lama penjajah melakukan pendistorsian atas sejarah. Mereka ingin menggambarkan betapa bangsa Indonesia menjadi maju tatkala diperintah raja-raja Hindu dan Budha. Datangnya Islam tidaklah menghapuskan kehinduan mereka. Bahkan dalam kondisi zaman sekarang pun kehinduan itu tetap eksis. Contohnya adalah penulisan sejarah Prabu Siliwangi, raja orang Sunda yang dianggap punya kesaktian luar biasa, dan demi mempertahankan keyakinan hindunya, ia berubah menjadi harimau, sering muncul di hutan larangan yang bernama Hutan Sarongge di gunung Salak, sedangkan keturunannya seperti Suryakancana menguasai gunung Gede, menikahi jin (entah bagaimana wujud manusia ketururunannya yang hasil blasteran manusia dan jin ini), bahkan melalui tapa brata dan ritual-ritual khusus Prabu Siliwangi atau eyang Suryakancana ini bisa diundang datang, mungkin menghadiri resepsi atau syukuran atas maksud-maksud tertentu. Demikian cerita seterusnya berkembang dalam tradisi lisan dan dongeng orang Sunda.

Tahukah anda, dalam buku Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah,

bersumberkan buku Carita Purwaka Caruban Nagari yang ditulis Pangeran Arya

Cirebon (1720), Prabu Siliwangi (PS) ternyata masuk Islam. Ia menikah dengan seorang wanita bernama Nyai Subang Larang, seorang santri putri Syekh Hasanudin yang dikenal sebagai Syekh Qura. Nah dari pernikahannya ini lahirlah tiga orang

anak : Walang Sungsang (lk), Nyai Rara Santang (pr), dan Raja Sangara (lk). Nyai Rara Santang dinikahi Maulana Sultan Mahmud atau Syarif Abdullahpun, seorang Arab turunan Bani Ismail, kemudian berputera yang diberi nama Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Jadi salah seorang wali sanga itu ternyata cucu PS. Dengan demikian tidaklah benar cerita yang menyatakan PS sebagai seorang Hindu, bahkan rela meninggalkan istananya hanya untuk mempertahankan kehinduannya. Cerita ini sesungguhnya berasal dari penjajah Belanda. Bertujuan mengaburkan peran Islam dalam sejarah bangsa Indonesia

56

190

karena keengganan menerima kenyataan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara-cara damai, di antaranya melalui pernikahan campuran, hidup penuh sikap toleran bersama-sama umat Hindu serta berpengaruh besar dalam pembentukan tatanan sosial dan kultural bangsa ini.

Alunan Suara Ngaji Qur‟an Nyai Subang Larang

Dalam dokumen Revisi 3 Buku Pakuan Pajajaran Dalam Pus (Halaman 186-189)