• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Klausa Relatif Bahasa Jepang

Dalam dokumen KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG (Halaman 85-90)

KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG

5.2 Klausa Relatif Bahasa Jepang .1 Posisi Nomina Inti

5.2.2 Jenis-jenis Klausa Relatif Bahasa Jepang

Comrie membagi klausa relatif menjadi dua, yaitu klausa relatif restriktif dan

nonrestriktif. Klausa relatif restriktif bersifat membatasi referen yang diacu atau

digunakan ketika nomina inti tidak memberikan informasi yang cukup kepada

pendengar. Sementara itu, klausa relatif nonrestriktif tidak bersifat membatasi karena

hanya memberikan informasi tambahan terhadap referen atau nomina yang

sebenarnya sudah dapat diidentifikasi oleh pendengar.

5.2.2.1 Klausa Relatif Restriktif

Klausa relatif jenis ini lebih banyak ditemukan dalam bahasa Jepang atau

klausa relatif restriktif dalam bahasa Inggris, the man that I saw yesterday left this

morning. Klausa relatif that I saw yesterday membatasi referen untuk kata the man

dan menunjukkan secara khusus pria mana yang sedang dibicarakan dalam kalimat.

Dalam bahasa Jepang nomina yang mendapat pemodifikasi klausa relatif

restriktif tidak terbatas pada referen animate, tetapi juga inanimate. Nomina yang

dimodifikasi oleh klausa relatif restiktif dalam bahasa Jepang menempati posisi, baik

subjek, objek, posesor, maupun oblik dalam kalimat. Berikut beberapa contoh klausa

relatif restriktif dalam bahasa Jepang.

(32) [Kyoushitsu kara mie-ru] keshiki wa sukkari aki ni kelas dari terlihat-KKin pemandangan-TOP benar musim gugur-DAT

na-tte ita

jadi- KKinLam

‘Pemandangan yang terlihat dari kelas benar-benar (sudah) menjadi musim gugur’

(Shinka, 2006: 172)

Contoh (32) termasuk klausa relatif restriktif dan nomina inti yang

dimodifikasi adalah keshiki ‘pemandangan’. Tanpa dimodifikasi oleh klausa relatif,

referen yang dimaksud kurang dapat dipahami karena keshiki ‘pemandangan’ sifatnya

terlalu umum. Oleh karena itu, klausa relatif, yaitu kyoushitsu kara mieru ‘terlihat

dari kelas’ berfungsi menambahkan informasi untuk keshiki agar referen yang

dimaksud lebih jelas dan mudah dipahami. Contoh klausa relatif restriktif dalam

bahasa Jepang yang lain dapat dilihat pada contoh (33) di bawah ini.

(33) Shin wa [Yuu no tsuku-tta] fuku wo jitto mitsume-te iru Nama-TOP nama-GEN buat-KLam pakaian-AK terus pandang-KKin ‘Shin terus memandangi pakaian yang dibuat (oleh) Yuu’

(Shinka, 2006: 187)

Nomina inti untuk contoh (33) adalah fuku ‘pakaian’. Pakaian masih terlalu

umum untuk dapat dipahami oleh pendengar. Tanpa adanya klausa relatif yang

memodifikasi nomina inti, mungkin akan muncul pertanyaan pakaian apa? atau

pakaian siapa? Terlebih lagi ada bermacam-macam jenis pakaian, sehingga nomina

tersebut perlu dijelaskan lagi untuk memberikan pemahaman terhadap pendengar.

(34) Shin wa [jibun wo niramitsuke-ru] onna no ko ni muka-tta Nama-TOP self-AK pandang-KKin perempuan-GEN anak-DAT tuju-KLam ‘Shin menuju ke (arah) anak perempuan yang memandangi dirinya’

(Shinka, 2006: 9)

Klausa relatif restriktif pada contoh (34) memodifikasi nomina inti, yaitu

onna no ko ‘anak perempuan’. Nomina inti onna no ko ‘anak perempuan’ perlu

dijelaskan karena bisa saja dalam sebuah situasi ada beberapa anak perempuan

sehingga klausa relatif diperlukan untuk memberikan batasan referen mana atau anak

perempuan mana yang sebenarnya dimaksud. Muncul pronomina refleksif dalam

klausa relatif pada contoh (34).

Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Tsujimura (1996: 230) bahwa kapan pun

ditemukan pronomina refleksif jibun dalam kalimat, antesedennya diidentifikasi

sebagai subjek kalimat. Karena subjek kalimat adalah Shin, maka anteseden untuk

jibun pada contoh (34) adalah Shin.

(35) Shin wa [itsumo tabako wo ka-u] jidouki ni muka-tta Nama-TOP selalu rokok-AK beli-KKin mesin otomatis-DAT tuju-KLam ‘Shin menuju mesin otomatis di mana (dia) selalu membeli rokok’

Nomina inti pada contoh (35), yaitu jidouki dianggap belum dapat

memberikan informasi yang jelas tentang referen mana yang sebenarnya dimaksud.

Di Jepang ada banyak sekali jidouki (mesin penjual otomatis) sehingga klausa relatif

diperlukan untuk memberikan informasi tambahan dan untuk membatasi mesin

penjual otomatis mana yang dimaksud dan pada contoh (35) mesin otomatis yang

dimaksud adalah mesin otomatis tempat Shin selalu membeli rokok.

5.2.2.2 Klausa Relatif NonRestriktif

Comrie (1981: 132) memberikan contoh klausa relatif nonrestriktif dalam

bahasa Inggris, yaitu Fred, who had arrived yesterday, left this morning. Klausa

relatif dalam kalimat tersebut, yaitu who had arrived yesterday ‘yang tiba kemarin’

memberikan informasi tentang sesuatu yang sudah teridentifikasi, yaitu Fred. Dalam

bahasa Jepang klausa relatif jenis ini cukup banyak ditemukan. Dari data yang

terkumpul untuk penelitian ini, nomina yang dimodifikasi dengan klausa relatif

nonrestriktif menduduki fungsi subjek, objek, dan oblik dalam kalimat.

(36) [Sakki made damatte ki-ite ita] Yuu ga tachi aga-tta tadi sampai diam-dengar-KKinLam Nama-NOM berdiri-KLam ‘Yuu yang hingga tadi hanya diam mendengar (akhirnya) berdiri’

(Shinka, 2006: 131)

Contoh (36) mirip dengan contoh yang dikemukakan oleh Comrie. Nomina

inti, yaitu Yuu (nama orang) sudah memberikan informasi yang sangat jelas dan

dimaksud. Oleh karena itu, klausa relatif pada contoh (36), yaitu sakki made damatte

kite ita ‘(yang) hingga tadi hanya diam mendengar’ hanya memberikan informasi

tambahan mengenai Yuu. Contoh (37) di bawah ini juga termasuk klausa relatif

nonrestriktif. Berbeda dengan contoh (36) yang nomina intinya berupa nama orang,

nomina inti pada contoh (37) adalah pronomina orang pertama, yaitu watashi ‘saya’.

(37) [gakkou kara kae-tte kita] watashi wa yuubin uke ni te wo sekolah dari pulang-KLam saya-TOP surat tempat-DAT tangan-AK ire-ta

masukkan-KLam

‘(ketika) Saya yang pulang dari sekolah (saya) mengambil surat di tempat surat’ (Hoshino, 2008: 27)

Nomina inti watashi ‘saya’ sudah sangat jelas menunjuk referen yang

dimaksud. Penggunaan saya dalam kalimat tentu menunjukkan pembicara sendiri dan

tentu saja tidak ada dua orang saya. Dengan demikian, klausa relatif pada contoh

(37), yaitu gakkou kara kaette kita ‘pulang dari sekolah’ juga hanya memberikan

informasi tambahan untuk referen yang sebenarnya sudah teridentifikasi dengan jelas.

(38) [uso wo i-tte iru] jibun ga nantonaku kanashiku na-tta bohong-AK katakan REF-NOM entah bagaimana sedih-BSmb jadi-KLam ‘Entah bagaimana diri sendiri yang mengatakan (hal) bohong menjadi sedih’

(Hoshino, 2008:

24)

Pada contoh (38), nomina inti berupa pronomina refleksif jibun. Contoh

kalimat ini menunjukkan bahwa pronomina refleksif dalam bahasa Jepang tidak

Jepang bahkan dapat menduduki fungsi posesor, seperti pada contoh jibun no ie

‘rumahnya sendiri’. Pendapat Tsujimura mengenai anteseden dari jibun yang

merupakan subjek kalimat memang benar. Namun, pada contoh (38) jibun itu sendiri

berperan sebagai subjek karena tidak ada nomina lain yang menempati posisi

tersebut. Dapat dikatakan bahwa pronomina refleksif jibun pada contoh (38) sama

dengan nomina inti contoh (37), yaitu watashi ‘saya’. Hanya penggunaan jibun

dikarenakan subjek yang sebenarnya sudah muncul di kalimat sebelumnya. Klausa

relatif pada contoh (37), yaitu uso wo itte iru ‘(yang) mengatakan (hal) bohong’

hanya memberikan informasi tambahan untuk jibun.

(39) (watashi wa) [juku ni kayo-tte iru] anata wo mite, (saya-TOP) les-DAT pulang-pergi-KLam Anda-AK lihat-BSmb,

sugoku ki ni i-tta

sangat berkenan di hati- KLam

‘(Saya) sangat senang melihat Anda yang pulang-pergi ke tempat les’

(Hoshino,

2008: 50)

Mirip dengan nomina inti pada contoh (37) dan (38), nomina inti pada contoh

(39) berupa pronomina orang kedua, yaitu anata ‘Anda’. Sama dengan watashi

‘Saya’, anata ‘Anda’ juga sudah cukup untuk menunjuk referen yang dimaksud

dalam kalimat. Klausa relatif, yaitu juku ni kayotte iru ‘(yang) pulang-pergi tempat

les’ hanya memberikan informasi tambahan untuk anata ‘Anda’.

Dalam dokumen KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG (Halaman 85-90)