• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Subjek Kalimat

Dalam dokumen KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG (Halaman 70-74)

STRUKTUR KALIMAT DAN FUNGSI GRAMATIKAL DALAM BAHASA JEPANG

4.4 Penentuan Subjek Kalimat

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pemarkah kasus nominatif

dalam bahasa Jepang adalah ga. Namun, munculnya ga setelah konstituen dalam

kalimat tidak selalu bisa dijadikan patokan bahwa konstituen yang dalam hal ini

berupa NP adalah subjek kalimat. Hal ini terjadi karena dalam bahasa Jepang bisa

saja muncul dua pemarkah ga yang memarkahi dua NP dalam satu kalimat.

Contohnya dapat dilihat sebagai berikut.

(11) Ano hito ga eigo ga suki desu. itu orang-NOM bahasa Inggris-NOM suka-KOP-KKin ‘Orang itu suka bahasa Inggris’

Contoh kalimat di atas tidak bisa dinyatakan memiliki dua buah subjek hanya

karena ada dua pemarkah kasus nominatif. Predikat kalimat tersebut adalah suki yang

memang memerlukan pemarkah nominatif ga sama halnya dengan verba statif

lainnya dalam bahasa Jepang. Namun, pembaca atau pembicara bisa saja langsung

berpikir bahwa subjek kalimat tersebut adalah ano hito ‘orang itu’, bukan eigo

‘bahasa Inggris’ karena subjek untuk suki ‘suka’ harus animate. Tsujimura (1996:

228) memberikan beberapa cara untuk menentukan subjek kalimat dalam bahasa

4.4.1 Refleksifisasi

Dalam bahasa Jepang ada dua pronomina refleksif, yaitu jibun dan jibun

jishin. Berbeda dengan bahasa Inggris yang memiliki pronomina refleksif untuk

laki-laki dan perempuan (herself dan himself), pronomina refleksif dalam bahasa Jepang

tidak mengaitkannya dengan hal tersebut. Tsujimura (1996: 230) menyatakan bahwa

kapan pun ditemukan pronomina refleksif jibun dalam kalimat, antesedennya

diidentifikasi sebagai subjek kalimat. Beberapa hal menyangkut pronomina refleksif

dalam bahasa Jepang, antara lain, anteseden untuk jibun harus animate, jibun bisa

muncul di posisi posesor dan anteseden untuk jibun terbatas pada subjek kalimat.

(12) a. Taroo ga Hanako wo jibun no heya de koro-shita Nama-NOM Nama-AK REF-GEN kamar LOK bunuh-KLam ‘Taroo membunuh Hanako di kamarnya sendiri’

Subjek kalimat tersebut adalah Taroo sehingga anteseden dari jibun adalah

Taroo. Tsujimura (1996: 231) juga menyebutkan bahwa jibun bisa mengalami yang

disebut dengan refleksif jarak jauh (long-distance reflexive) dan ketika jibun yang

muncul dalam klausa sematan menemukan antesedennya di klausa utama, orientasi

subjek diperhatikan. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

b. Taroo ga Hanako ni [Ziroo ga jibun wo hihan-shita] to i-tta

Nama-NOM Nama-DAT [Nama-NOM REF-AK kritik] COM berkata-KLam ‘Taroo mengatakan kepada Hanako bahwa Ziroo mengkritik dirinya’

Pada contoh kalimat di atas, jibun dapat memiliki dua anteseden. Baik Taroo

maupun Ziroo diidentifikasi sebagai subjek. Taroo adalah subjek dari klausa utama,

yang mungkin untuk pronomina refleksif sama dengan jumlah subjek yang ada dalam

kalimat. Pada contoh di atas terdapat dua subjek, yaitu subjek klausa utama dan

subjek klausa sematan. Contoh lain yang diberikan untuk melihat bagaimana

refleksifisasi dapat menentukan subjek kalimat dapat dilihat berikut ini.

c. Taroo ga Hanako ga jibun no guruupu de ichiban suki da

Nama-NOM Nama-NOM REF-GEN grup LOK paling suka-KOP-KKin ‘Taroo paling suka Hanako di antara (anggota lain) di grupnya’

d. Taroo ni jibun no kimochi ga wakara-nai

Nama-DAT REF-GEN perasaan-NOM mengerti-KKinNeg ‘Taroo tidak mengerti perasaanya sendiri’

Pada contoh (12c) ada dua frasa nominal yang dimarkahi oleh pemarkah kasus

ga, yaitu Taroo dan Hanako. Namun, yang menjadi anteseden dari jibun adalah

Taroo. Hal tersebut disebabkan oleh predikat contoh kalimat (c), yaitu suki ‘suka’.

Predikat ini adalah salah satu predikat statif dalam bahasa Jepang yang memang

mengharuskan pola ga (subjek) - ga (objek). Itu berarti bahwa Taroo adalah subjek

kalimat sedangkan Hanako adalah objek. Sementara itu, pada contoh (12d) Taroo

dimarkahi oleh pemarkah kasus datif ni dan kimochi ‘perasaan’ dimarkahi oleh

pemarkah kasus ga. Pronomina refleksif jibun mengambil Taroo sebagai antesedenya

karena anteseden untuk jibun harus animate. Jadi, tanpa memerhatikan tipe pemarkah

4.4.2 Honorifikasi Subjek

Honorifikasi subjek berkaitan dengan bahasa Jepang yang memiliki tiga level

ujaran, yaitu futsuu (biasa), teinei (sopan), dan keigo (halus). Sebuah ujaran dalam

bahasa Jepang dapat diidentifikasi tingkat kehalusannya dari bentuk verba yang

digunakan. Hal ini pula yang dijadikan acuan oleh Tsujimura (1996: 231) untuk

menentukan subjek dalam kalimat bahasa Jepang.

(13) a. Yamada sensei ga gakusei no hon wo o-yomi-ni na-tte iru Nama guru-NOM murid-GEN buku-AK baca-KKin-HOR ‘Guru Yamada membaca buku murid’

Ketika membaca kalimat di atas, pembaca bisa dengan mudah mengenali yang

mana subjek kalimat, terlebih adanya pemarkah kasus ga. Namun, mengingat

pemarkah kasus ga tidak selalu bisa dijadikan acuan, pembaca bisa melihat bentuk

verba yang digunakan. Verba o-yomi-ni natte iru adalah bentuk halus dari yomu

‘membaca’ yang digunakan untuk menyatakan kegiatan seseorang yang dihormati.

Dalam kalimat di atas, orang tersebut adalah Yamada sensei ‘guru Yamada’.

Meskipun kalimat di atas diubah, melihat bentuk verba yang digunakan subjek

kalimat tetap sama. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

b. Yamada sensei ni gakusei no kimochi ga o-wakari-ni nara-nai Nama guru-DAT murid-GEN perasaan-NOM mengerti-HOR-KKinNeg ‘Perasaan murid dimengerti oleh Guru Yamada’

Contoh kalimat di atas menunjukkan kembali bahwa konstituen yang

dimarkahi oleh ga tidak selalu subjek kalimat. Bentuk verba o-wakari-ni naranai

adalah bentuk halus dari verba wakaru ‘mengerti’ yang dalam contoh di atas

Yamada. Jadi, terlihat bahwa honorifikasi subjek memainkan peran untuk

mengidentifikasi subjek dalam bahasa Jepang. Subjek pada contoh (b) merupakan

subjek konstruksi pasif yang memang dimarkahi oleh pemarkah datif ni dan di

terjemahkan oleh dalam bahasa Indonesia. Contoh di atas menunjukkan bahwa dalam

bahasa Jepang ni tidak hanya berfungsi sebagai pemarkah datif, tetapi juga

memarkahi subjek kalimat pasif.

Dalam dokumen KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG (Halaman 70-74)