• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemarkah dalam Bahasa Jepang (Joushi)

Dalam dokumen KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG (Halaman 61-70)

STRUKTUR KALIMAT DAN FUNGSI GRAMATIKAL DALAM BAHASA JEPANG

4.3 Pemarkah dalam Bahasa Jepang (Joushi)

Bahasa Jepang yang termasuk bahasa aglutinatif memiliki cukup banyak

pemarkah untuk konstituen dalam kalimat. Pemarkah tersebut ada yang berfungsi

hanya untuk memarkahi konstituen dalam kalimat tanpa memiliki arti, ada pula

pemarkah yang memiliki arti. Tsujimura (1996: 165) menyatakan bahwa pemarkah

yang hanya berfungsi untuk menunjukkan fungsi gramatikal yang diikutinya disebut

dengan pemarkah kasus. Sementara itu, pemarkah yang memiliki makna spesifik

disebut dengan posposisi. Tsujimura menyebutkan bahwa yang termasuk pemarkah

kasus, antara lain nominatif ga, akusatif wo, datif ni, genetif no, dan tambahannya

adalah pemarkah topik wa. Ga dianggap sebagai pemarkah kasus nominatif karena

Tsujimura, Koizumi (1993: 182) membagi pemarkah dalam bahasa Jepang menjadi

dua, yaitu kakujoushi dan fukujoushi. Sugimoto dan Iwabuchi (1990: 89) menyebut

kakujoushi sebagai pemarkah kasus. Kakujoushi adalah pemarkah kasus yang

menunjukkan peranan nomina ketika nomina tersebut dikontrol oleh verba. Pemarkah

yang termasuk dalam kakujoushi, antara lain ga, wo/o, ni, kara, to, de, e, made, dan

yori. Fukujoushi adalah pemarkah yang fungsinya menambahkan arti yang ada pada kakujoushi.

4.3.1 Kakujoushi (Pemarkah Kasus)

Pemarkah dalam bahasa Jepang bisa memiliki fungsi atau arti yang berbeda di

kalimat yang berbeda. Begitu pula dengan kakujoushi (pemarkah kasus). Berikut

contoh penggunaan tiap-tiap kakujoushi dalam bahasa Jepang.

A. Pemarkah kasus nominatif ga. Contohnya bisa dilihat di bawah ini.

(1) a. Kodomo ga wara-tta anak-NOM tertawa-KLam ‘Anak (itu) tertawa’

b. Mawari ga shizuka da

sekitar-NOM sepi KOP-KKin ‘Lingkungan sekitar sepi’

c. Akiko wa niku ga suki da

Nama-TOP daging-NOM suka KOP-KKin ‘Akiko suka daging’

Pemarkah ga pada contoh (1a) menunjuk pelaku, yaitu kodomo ‘anak’ untuk

verba waratta ‘tertawa’. Pemarkah ga pada contoh (1b) menunjuk objek struktur

pemarkah ga pada contoh (1c) menunjuk objek struktur ergatif. Akiko wa ‘Akiko

(nama orang)’ dalam kalimat ini menunjukkan kondisi suki da ‘suka’.

B. Pemarkah kasus akusatif wo

Pemarkah ini menunjukkan tujuan dari tindakan ataupun titik awal. Contoh

penggunaan pemarkah wo, antara lain sebagai berikut.

(2) a. Otto ga tsuma wo nagu-tta suami-NOM istri-AK pukul-KLam ‘Suami memukul istri’

b. Nihonjin wa shizen wo ai-suru orang Jepang-TOP alam-AK cinta-KKin ‘Orang Jepang mencintai alam’

c. Gyouretsu ga hashi wo wata-tta

parade-NOM jembatan-AK seberang-KLam ‘Parade menyebrangi jembatan’

d. (watashi wa) asa hayaku ni ie wo de-ta saya-TOP pagi cepat-DAT rumah-AK keluar-KLam ‘Pagi-pagi keluar rumah’

Pemarkah wo untuk tsuma ‘istri’ pada contoh (2a) menunjukkan tujuan dari

tindakan nagutta ‘memukul’ yang pelakunya adalah otto ‘suami’, sedangkan pada

contoh (2b), pemarkah wo untuk shizen ‘alam’ menunjukkan objek emosi atau

perasaan dari verba aisuru ‘mencintai’ yang subjeknya adalah Nihonjin ‘orang

Jepang’. Selanjutnya pada contoh (2c) pemarkah wo menunjukkan rute dari kegiatan,

yaitu watatta ‘menyeberangi’ dan pada contoh (2d) pemarkah wo menunjukkan titik

kalimat tersebut tidak memiliki pelaku. Subjek atau pelaku dalam contoh kalimat

tersebut, yaitu watashi ‘saya’ yang dalam beberapa kalimat bisa dilesapkan.

C. Pemarkah kasus datif ni

(3) a. Tokyo ni ani ga iru Tokyo-DAT kakak laki-laki-NOM ada-KKin ‘Kakak laki-laki ada di Tokyo’

b. Gogo 2ji ni kaigi ga hajima-tta sore 2 jam-DAT rapat-NOM mulai-KLam ‘Pada jam 2 rapat mulai’

c. Kesa Tokyo ni tsu-ita tadi pagi Tokyo-DAT tiba-KLam ‘Tadi pagi tiba di Tokyo’

d. Akiko wa hanashi ni muchuu da-tta Nama-TOP cerita-DAT asyik KOP-Lam ‘Akiko keasyikan dengan cerita’

e. Haruko wa okaasan ni tegami wo da-shita

Nama-TOP ibu-DAT surat-AK kirim-KLam

‘Haruko mengirim surat untuk ibunya’

f. Gogo kara kaze ni na-tta sore dari angin-DAT jadi-KLam ‘Angin (berembus) sejak sore’

g. Tsuma wa otto ni nagura-reta

istri-TOP suami-DAT pukul-PAS-KLam ‘Istri dipukul oleh suami’

Pemarkah datif ni memang pemarkah yang penggunaannya lebih banyak

dibandingkan dengan pemarkah kasus (kakujoushi) lainnya dalam bahasa Jepang.

Dari contoh di atas terlihat bahwa pemarkah ni digunakan dalam kalimat yang

menunjukkan posisi atau lokasi, pada contoh (3b) menunjukkan waktu, pada contoh

(3c) dan (3d) menunjukkan sasaran atau target, pada contoh (3e) menunjukkan

sasaran atau penerima, pada contoh (3f) menunjukkan sasaran yang kemudian

menjadi hasil, dan pada contoh (3g) menunjukkan titik awal tindakan. Contoh (3g)

adalah kalimat pasif sehingga pemarkah ni yang muncul diartikan oleh dalam bahasa

Indonesia.

D. Pemarkah kasus ablatif kara

(4) a. Fune wa Yokohama kara shuppatsu-shita kapal-TOP Yokohama dari berangkat-KLam ‘Kapal berangkat dari Yokohama’

b. Kashu wa Haruko kara hana wo mora-tta penyanyi-TOP Nama dari bunga-AK terima-KLam

‘Penyanyi menerima bunga dari Haruko’

c. Kaigi wa asa no 10 ji kara hajima-tta rapat-NOM pagi-GEN 10 jam dari mulai-KLam ‘Rapat mulai dari jam 10 pagi’

d. Yuujin wa byoki kara shippai-shita teman-TOP sakit karena gagal-KLam ‘Teman gagal karena sakit’

e. Wisukii wa komugi kara tsukura-reru whiskey-TOP gandum dari buat-PAS-KKin ‘Whiskey dibuat dari gandum’

Seperti halnya dengan pemarkah kasus lainnya, kara juga memarkahi

konstituen berbeda dalam kalimat yang berbeda. Pada contoh (a) menyatakan titik

Selain itu, pemarkah kasus kara juga digunakan untuk mengungkapkan alasan seperti

pada contoh (d) dan (e).

E. Pemarkah kasus instrumental de

(5) a. Kouen ga koukaidou de okonawa-reta

Kuliah-NOM auditorium LOK mengadakan-PAS-KLam ‘Kuliah diadakan di auditorium’

b. Hashi de gohan wo tabe-ru Sumpit dengan nasi-AK makan-KKin ‘Makan nasi dengan sumpit’

c. Kami de origami wo tsuku-tta Kertas dengan origami-AK buat-KLam ‘Membuat origami dengan kertas’

Pemarkah kasus lain, yaitu de juga memiliki beberapa fungsi dalam kalimat

yang berbeda, antara lain menunjukkan lokasi seperti contoh (5a), menunjukkan alat

seperti contoh (5b), dan menunjukkan bahan seperti contoh (5c). Dari contoh yang

ada, diketahui bahwa pemarkah kasus kara pada contoh (4e) menyatakan bahan yang

digunakan untuk membuat sesuatu, tetapi bahan tersebut sudah tidak terlihat lagi pada

benda yang sudah jadi, sedangkan pemarkah kasus de menunjukkan bahan yang

masih terlihat ketika sudah menjadi sesuatu. Pada contoh (5c) benda yang dimaksud

adalah origami (seni melipat kertas di Jepang) dengan bahan kertas. Kertas itu masih

F. Pemarkah kasus allatif e

Pemarkah e hanya memiliki satu fungsi, yaitu menyatakan tujuan, seperti pada

contoh di bawah ini.

(6) a. Ashita Nara e i-ku Besok Nara ke pergi-KKin ‘besok pergi ke Nara’

b. Higashi e 30 kiro i-tta

Barat ke 30 km pergi-KLam ‘pergi 30 km ke barat’

G. Pemarkah kasus komitatif to

Pemarkah kasus komitatif to adalah pemarkah yang menunjukkan dengan

(orang). Dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

(7) a. Kouen de koibito to a-tta

taman di pacar dengan bertemu-KLam ‘Bertemu dengan pacar di taman’

b. Koibito to kouen wo aru-ita Pacar dengan taman-AK jalan-KLam ‘Berjalan di taman dengan pacar’

c. Haruko wa Akiko to onaji toshi da

Nama-TOP Nama dengan sama umur KOP-KKin ‘Haruko seumuran dengan Akiko’

Pada contoh (7a) dan (7b), to menunjukkan pasangan, sedangkan pada contoh

(7c) menunjukkan kesamaan.

H. Pemarkah kasus penunjuk batasan made

(8) a. Shinkansen wa Hakata made nobi-ta

‘Shinkansen memanjang sampai hakata’

b. Gogo no 5ji made ma-tte mi-ta sore-GEN 5 jam sampai tunggu coba-KLam ‘Coba menunggu sampai jam 5 sore’

Pemarkah kasus made digunakan menunjukkan batasan, baik itu batasan

waktu maupun batasan tempat.

I. Pemarkah kasus komparatif dan waktu yori

(9) a. Haruko wa Natsuko yori wakai Nama-TOP Nama daripada muda ‘Haruko lebih muda daripada Natsuko’

b. Shi gatsu tsuitachi yori sakura matsuri ga hajima-ru empat bulan tanggal satu pada sakura festival-NOM mulai-KKin ‘Festival sakura akan mulai tanggal satu bulan empat’

Pada contoh (9a) yori menunjukkan perbandingan, dalam hal ini antara

Haruko dan Natsuko, sedangkan pada contoh (9b) menunjukkan waktu.

4.3.2 Fukujoushi

Koizumi (1993: 185) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam kelompok

fukujoshi adalah pemarkah wa. Pendapat Koizumi yang tidak memasukkan wa ke

dalam kakujoshi memang lebih dapat diterima. Hal tersebut terjadi karena dalam

banyak kasus wa digunakan bersamaan dengan pemarkah lainnya. Fungsinya hanya

menekankan kata yang sudah dimarkahi oleh pemarkah lain (kakujoushi). Contohnya

a. Nihon no wakai hahaoya no naka ni wa kodomo no you na hito mo imasu

Jepang-GEN muda ibu-GEN dalam-DAT-TOP anak-GEN seperti orang juga ada- KKin

‘Di antara ibu-ibu muda ada juga orang yang seperti anak-anak’

(Chuukyuu Kara Manabu: 19)

b. [Onaji mokuhyou ga aru] hito tachi to wa sugu nakayoku na-reru yo ne Sama tujuan-NOM ada orang-orang dengan-TOP segera teman jadi-BPot-Kin ‘Segera ya bisa menjadi teman denga orang yang mempunyai tujuan sama’

(Hoshino: 63)

Sebelum menuju ke penjelasan mengenai pemarkah wa, Koizumi memberikan

contoh kalimat berikut.

(10) a. Ima, ame ga fu-tte imasu sekarang hujan-NOM turun-KKin ‘Sekarang, hujan sedang turun’

b. Kinou, Haruko san ga tazune-te kimashita kemarin, Nama-NOM berkunjung-KLam ‘Kemarin Haruko datang berkunjung’

Pada contoh kalimat (10a) dan (10b) di atas, pemarkah yang digunakan adalah

ga karena termasuk ke dalam kalimat fenomena atau peristiwa yang diamati secara

objektif. Penggunaan ga juga dapat dilihat pada contoh kalimat di bawah ini.

c. Natsuko san ga gakkou wo yasu-nda

Nama-NOM sekolah-AK libur-KLam ‘Natsuko libur sekolah’

d. kono kuruma wo itsu kara tsuka-tte imasu ka? ini mobil-AK kapan dari pakai-KKin-IGF ‘Dari kapan memakai mobil ini?’

Pada contoh kalimat (10a) dan (10b), ga tidak dapat digantikan dengan wa.

wa. Pemarkah wa yang dapat menggantikan tersebut dikenal dengan wa topik dan

nomina yang menggunakan wa sebagai pemarkah dianggap mengalami topikalisasi.

Dalam dokumen KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG (Halaman 61-70)