STRUKTUR KONSTITUEN, STRUKTUR FUNGSIONAL, DAN STRUKTUR ARGUMEN
6.1 Struktur Konstituen
Struktur konstituen/ c-structure (StKon) sudah dikenal sejak linguistik
transformasional. Selain kesamaan, ada pula perbedaan antara StKon dalam TLF dan
StKon dalam teori transformasional. Persamaannya adalah TLF juga menggunakan
teori X-bar, tetapi TLF tidak mengharuskan StKon untuk memuat seluruh properti
sintaktik dari sebuah konstituen. Hal penting di balik Stkon adalah frasa dan kategori
dari AP, V merupakan inti dari VP, dan P merupakan inti dari PP. Frasa yang
memiliki inti dengan kategori yang sama disebut dengan endocentricity.
Selain kategori leksikal, TLF juga mengenal kategori fungsional. Contoh
kategori fungsional, yaitu D(eterminer) yang merupakan inti dari DP dan NP dalam
DP adalah komplemen. Kategori fungsional lainnya, yaitu Infl (I) yang dalam
terminologi tradisional disebut dengan pelengkap (auxiliaries). Infl (IP) berperilaku
seperti inti dengan VP di posisi komplemen (Falk, 2001: 35-39).
Kategori fungsional menekankan perbedaan utama antara StKon dalam TLF
dan StKon dalam teori transformasional. Kategori fungsional I dan D dalam TLF
dinyatakan sebagai sebuah kata, bukan sebuah afiks subleksikal (Falk, 2001: 40).
Dalrymple (2001: 60) menyatakan bahwa pada banyak bahasa IP berkorespondensi
dengan kalimat (S), sedangkan CP berkorespondensi dengan yang disebut S’, kalimat
dengan complementizer atau frasa pengganti di posisi awal kalimat. Berikut aturan
frasa yang dapat dinyatakan dalam bahasa Jepang berdasarkan teori TLF.
a. I’ → IP COMP
b. IP → DP I’
c. DP → (IP) (NP) (AP) N
d. VP → (PP) (DP) (PP) (DP) (I’) V
d. PP → DP P
Berikut digambarkan StKon kalimat bahasa Jepang dengan klausa relatif
sebagai modifier NP. Contoh yang digunakan adalah contoh (44) yang muncul pada
bab sebelumnya.
(44) Shin wa [Yuu no/ga tsuku-tta] fuku wo mitsume-te ita Nama-TOP Nama-GEN buat-KLam baju-AK pandang-KKinLam ‘Shin terus memandangi baju (yang) Yuu buat’
(Shinka, 2006: 180) IP DP I’ NP DP I N NP VP IP N V
Shin wa DP I’ fuku wo mitsumete ita
NP DP I
N NP VP
Yuu no/ga N tsukutta
(……)
Contoh (44) menggunakan strategi gap sehingga dengan diagram pohon juga
terlihat bahwa ada satu konstituen yang kosong dalam klausa relatif. Konstituen
tersebut sebenarnya diisi oleh nomina yang merupakan inti dari NP yang sama. DP
dalam bahasa Jepang tidak ditemukan determiner sehingga DP hanya terdiri atas NP.
Jadi, NP bukan DP, tetapi NP adalah bagian atau komplemen dari DP.
Dengan menggunakan scrambling yang sudah dibahas pada bab IV, contoh
(44) bisa diubah urutan konstituennya tanpa mengubah arti kalimat. Ada beberapa
kemungkinan, tetapi tidak semua dianggap gramatikal. Berikut beberapa
kemungkinan urutan konstituen untuk contoh (44).
(44a) [Yuu no/ga tsuku-tta] fuku wo Shin wa mitsume-te ita Nama-GEN/NOM buat-KLam baju-AK Nama-TOP pandang-KkinLam ‘Shin memandangi baju yang Yuu buat’
(44b) * Shin wa [Yuu no/ga tsuku-tta] mitsume-te ita fuku wo Nama-TOP Nama-GEN/NOM buat-KLam pandang-KKinLam baju-AK
(44c) * Shin wa mitsume-te ita [Yuu no/ga tsuku-tta] fuku wo Nama-TOP pandang-KKinLam Nama-GEN/NOM buat-KLam baju-AK
(44d) * Yuu ga Shin wa [tsuku-tta] fuku wo mitsume-te ita
Nama-NOM Nama-TOP buat-KLam baju-AK pandang-KKinLam
Dari keempat kemungkinan urutan kata untuk contoh (44) di atas, hanya satu
kalimat yang dianggap gramatikal. Kalimat (44b) dan (44c) dianggap tidak
gramatikal karena verba tidak dapat mengalami scrambling. Posisi verba dalam
kalimat bahasa Jepang selalu di akhir. Sementara itu, contoh (44d) dianggap tidak
gramatikal karena konstituen dalam klausa sematan pindah ke klausa utama. Hal
tersebut juga salah satu batasan dalam scrambling, yaitu tidak memperbolehkan
konstituen dalam klausa sematan untuk pindah ke klausa utama. Jadi, hanya contoh
(44a) yang dianggap masih gramatikal. Konstituen yang pindah adalah subjek, yaitu
dalam kalimat bahasa Jepang mengalami perpindahan, pemarkah memainkan
peranannya sehingga tetap terlihat fungsi apa yang dimiliki dalam kalimat. Stkon
untuk (44a) dapat dilihat sebagai berikut.
(44a) [Yuu no/ga tsuku-tta] fuku wo Shin wa jitto mitsume-te ita Nama-GEN/NOM buat-KLam baju-AK Nama-TOP terus pandang-KKinLam ‘Baju yang dibuat Yuu, Shin terus memandangnya’
IP
DP I’
NP DP I
IP N NP VP
DP I’ fuku wo N V
NP DP I Shin wa mitsumete ita
N NP VP
Yuu no/ga N tsukutta
(….)
StKon untuk contoh (44) terdiri atas IP, DP, NP, dan VP. Selanjutnya
digambarkan StKon kalimat dalam bahasa Jepang yang di dalamnya terdapat PP.
Berbeda dengan bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia, P dalam P adalah posposisi
karena letaknya sesudah nomina. Contoh yang digunakan belum muncul pada
pembahasan sebelumnya. Masih menggunakan strategi gap, PP yang muncul pada
contoh berikut ini dapat mengisi fungsi subjek yang kosong dalam klausa relatif.
(55a) [Happa wo wake-te mora-tte ita] nakama to, Shin wa wo Daun-AK pisahkan-terima-KKinLam teman dengan, Nama-TOP gyangu chiimu tsuku-ru
gang tim-buat-KKin
‘Shin membuat tim gang dengan teman (yang membantunya) memisahkan daun,’
(Shinka, 2006: 194)
Posposisi pada contoh di atas adalah to ‘dengan’ dan nomina yang dilekatinya
menduduki fungsi oblik dalam kalimat. Berikut Stkon untuk contoh (55).
IP
DP I’
N PP VP
Shin wa DP P DP DP V
IP N to NP NP tsukuru
DP I’ tomodachi N N
NP DP I Shin wa gyangu chiimu wo
N NP VP
(……) N V
Happa wo wakete moratte ita
Seperti contoh (44), dengan menggunakan scrambling urutan kata yang masih
dianggap gramatikal adalah sebagai berikut beserta StKon-nya.
(55b) Shin wa [happa wo wake-te mora-tte ita] nakama to gyangu Nama-TOP daun-AK pisahkan-terima-KKinLam teman dengan gang
chiimu wo tsuku-ru
tim-AK buat-Kkin
‘Shin membuat tim gang dengan teman (yang membantunya) memisahkan daun,’ IP DP I’ NP VP N PP VP Shin wa DP P DP V IP N to NP tsukuru DP I’ tomodachi N
NP DP I gyangu chiimu wo
N NP VP
(……) N V
Happa wo wakete moratte ita