• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanyaan panduan diskus

A. Kooperasi/kerjasama

Bentuk-bentuk dan pola-pola kerjasama atau kooperasi dapat kamu jumpai pada semua kelom- pok manusia. Proses interaksi jenis kooperasi ada-

lah bentuk interaksi sosial yang dibangun dengan maksud

untuk mencapai tujuan bersama.

Mari kita ambil contoh kelompok belajar yang kamu buat bersama dengan teman-temanmu. Tu- juan yang ingin kamu capai adalah mencapai angka kelulusan yang tinggi. Ketika kelompok belajar ini mulai dipraktikkan, masing-masing anggota ke- lompok saling membantu untuk mencapai tujuan tersebut. Teman yang sudah paham mengenai ma- teri tertentu akan menjelaskannya kepada teman- nya yang belum mengerti, dan sebagainya.

Nah, kalau kamu perhatikan secara saksama, proses sosial jenis kooperasi atau kerjasama hanya dapat dicapai jika pertama-tama masing-masing anggota kelompok sosial menyadari adanya tujuan

yang ingin dicapai bersama. Setelah menyadari adanya

tujuan bersama, anggota kelompok membicarakan ca-

ra mencapai tujuan tersebut. Di sini diharapkan perbe-

daan pendapat dapat diatasi. Selain itu, setiap ang- gota kelompok sebaiknya tidak mendahulukan kepentingan sendiri. Tanpa kondisi-kondisi ini tujuan bersama sebagaimana dicita-citakan tidak mungkin tercapai.

capai tujuan bersama, pada waktu itu pasti mun- cul perbedaan pendapat. Ada temanmu yang tidak sependapat dengan kamu. Kalau kemudian terjadi ketegangan dalam kelompok karena adanya per- bedaan pendapat, ketegangan tersebut harus di- redakan dan dicarikan jalan keluarnya. Nah, bagai- mana meredakan ketegangan yang terjadi tersebut? Akomodasi dapat dipakai untuk meredakan ketegangan karena perbedaan pendapat. Di sini ako-

modasi dipahami sebagai usaha manusia untuk

meredakan ketegangan (konflik) demi mencapai keadaan

yang stabil.

Upaya meredakan ketegangan melalui akomo- dasi seperti ini dapat ditempuh dengan cara pihak- pihak yang bertikai atau berbeda pendapat tadi me- ngurangi tuntutan mereka supaya dapat mencapai hasil akhir atau tujuan yang diinginkan. Dapatkah kamu membayangkan apa yang akan terjadi jika kedua belah pihak yang berbeda pendapat ngotot mempertahankan pendapatnya dan tidak mau mengalah?

Akomodasi sebagai cara meredakan ketegang- an dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Me- redakan ketegangan ada yang dilakukan melalui perantaraan orang ketiga, bahkan ada yang dilaku- kan dengan cara pemaksaan oleh pihak luar yang lebih kuat dari kedua belah pihak yang bersengketa. Apa pun juga caranya, yang penting harus diingat adalah bahwa akomodasi adalah proses sosial dalam mengurangi ketegangan baik antarindividu dalam sebuah kelompok sosial maupun antarke- lompok sosial.

Contoh akomodasi dapat kamu temui dalam kisah pembebasan orang-orang yang disandera GAM di Aceh dalam konflik GAM dan pemerintah RI. Ketegangan yang terjadi antara GAM dan pemerintah RI dicairkan setelah ada penengah yang netral, yaitu Palang Merah Internasional ICRC dan

B. Akomodasi

Mari kita memakai kelompok belajar di atas untuk menjelaskan akomodasi. Pada saat kamu du- duk bersama dan mendiskusikan bagaimana men-

Gambar 2.2.1

Sekelompok siswa sedang berdiskusi mengerjakan tugas di monumen Lubang Buaya (Jakarta Timur) dalam sebuah

study tour. Ini adalah wujud kerja sama.

Gambar 2.2.2

Ferry Santoro (wartawan RCTI) bersalaman dengan juru runding ICRC dan Ishak Daud dari GAM dalam proses pembebasan Ferry Santoro di Aceh dalam konflik GAM dan

pemerintah RI

Sumber: T

empo, 4-10 Juli 2005

PMI. Ketegangan mencair setelah pihak-pihak yang bertikai mengurangi tuntutannya. Pihak GAM akan membebaskan sandera kalau pihak TNI mena- rik pasukan dari lokasi pembebasan. Permintaan itu dipenuhi. Semua pasukan di lima kecamatan sekitar lokasi ditarik. Contoh yang lain adalah gen- catan senjata dan toleransi antarumat beragama.

C. Asimilasi (pembauran)

Coba perhatikan keadaan orang tuamu. Dari manakah asal ayah dan ibumu? Kalau ayah dan ibumu berasal dari satu daerah yang sama, ba- rangkali tidak ada masalah di rumahmu, karena sudah pasti mereka berbicara dalam satu bahasa yang sama. Tapi bagaimana jika ayah dan ibumu berasal dari dua suku dan kebudayaan yang ber- beda, misalnya ayahmu dari suku dan kebudayaan Sunda dan ibumu berasal dari suku dan kebu- dayaan Padang? Bahasa apa yang mereka pakai di rumah? Bagaimana mereka menyesuaikan nilai dan norma mereka masing-masing supaya dapat hidup bersama? Bagaimana pula dengan anak- anak? Apakah anak-anak diajarkan salah satu ba- hasa daerah atau justru memakai bahasa Indone- sia dalam pergaulan mereka sehari-hari?

Pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita memahami apa itu asimilasi atau pembauran. Dalam sosiologi asimilasi dipahamisebagai pengga- bungan dua kebudayaan yang berbeda dan berangsur-ang- sur berubah menjadi satu kebudayaan baru di mana ciri khas

kebudayaan masing-masing menghilang.

Kembali ke pertanyaan-pertanyaan di atas. Ke- dua orang tuamu berasal dari dua suku dan kebu- dayaan yang berbeda. Perkawinan membuat mere- ka menggabungkan suku dan kebudayaan yang berbeda ini. Dengan asimilasi akan nampak bahwa di dalam rumah orang tuamu tidak ada lagi orang Padang dan orang Sunda. Yang ada adalah orang tuamu dan anak-anak mereka dengan nilai dan

norma yang disepakati bersama. Anak-anak pun barangkali tidak mengerti dan berbicara salah satu bahasa dari kedua orang tuamu. Anak-anak seka- rang berbicara dalam Bahasa Indonesia.

Ini adalah contoh bagaimana dua kebudayaan melebur menjadi satu. Masih ada banyak sekali contoh yang dapat kamu sebutkan. Di antara kamu dan teman-temanmu, apakah pertemanan di antara kamu menonjolkan kebudayaannya sendi- ri-sendiri atau kamu justru memperlihatkan kebu- dayaan yang baru sama sekali? Di sini kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan pikiran, hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.

D. Akulturasi

Yang dimaksud dengan akulturasi adalah peng- gabungan dua kebudayaan yang berbeda, tetapi unsur- unsur khas dari masing-masing kebudayaan tersebut masih

dipertahankan.

Dalam akulturasi, unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilang- nya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Kembali ke contoh perkawinan kedua orang tu- amu yang berbeda suku dan kebudayaan. Barang- kali kebudayaan atau kebiasaan yang dibawa oleh kedua orang tuamu dari sukunya tidak hilang sama sekali. Mungkin ayahmu lebih senang kalau ibumu harus lebih dominan dalam mengatur dan menge- lola keluarga karena dia berasal dari Padang. Se- mentara ibumu lebih senang kalau ayahmu yang dominan dan memainkan peran kepala keluarga. Bisa saja di sini kedua orang tuamu sepakat tidak menghilangkan sama sekali kebudayaan Padang, tetapi juga tidak ingin mengorbankan kebudayaan Sunda. Mungkin saja kadang-kadang ibumu me- nonjol dan memainkan peran kepala keluarga. Akan tetapi itu tidak terjadi untuk seluruh waktu dan sebaliknya.

Gambar 2.2.3

Keluarga pasangan Jacob Andrew Purches (Inggris) dan Nining (Indonesia) adalah contoh pasangan beda bangsa.

Perkawinan membuat mereka menggabungkan suku dan kebudayaan yang berbeda

Sumber: T

empo, 29 Nov

ember 2004.

Gambar 2.2.4

Tradisi selamatan atau kenduri yang masih dipraktikkan masyarakat Indonesia sekarang ini adalah hasil akulturasi dari budaya asli dan agama-agama yang ada di Indonesia

Sumber:

Indonesian Heritage

,

Dalam sejarah kita kenal adanya proses akul- turasi kebudayaan ketika kebudayaan dari luar Nusantara masuk ke Indonesia. Misalnya, ketika agama Islam masuk di Indonesia sudah ada agama Hindu dan Budha. Agama Hindu dan Budha mene- rima dan mempertahankan budaya sajian kepada para Dewa dalam kebudayaan Indonesia. Supaya agama Islam dapat diterima maka maka diperbo- lehkan unsur kenduri (kenduren) dalam masyara- kat Jawa. Jadi, masyarakat Jawa yang beragama Islam sampai hari ini masih mempraktikkan ken- duri, dan kenduri ini adalah bentuk halus dari sajian. Demikian pula masyarakat Jawa yang bera- gama Kristen. Meskipun agama Kristen tidak me- ngajarkan upacara keagamaan dan sajian, tetapi masyarakat Jawa yang beragama Kristen masih tetap mempraktikkan kenduri ini.

2.2.2 Proses Interaksi

yang Disosiatif

Proses interaksi yang disosiatif adalah proses sosial yang cenderung mengarah pada perpecahan atau konflik. Dari contoh perbedaan pendapat dan konflik antara kamu dan temanmu di atas, jika ti- dak ada jalan keluar –misalnya melalui akomodasi –maka perpecahan dan konflik tersebut dapat mengarah kepada hubungan yang disosiatif. Ketika salah satu dari kamu memilih untuk keluar dari kelompok sosial yang telah kamu bentuk, maka pa- da saat itu terjadilah proses sosial yang disosiatif. Ada 2 jenis proses sosial yang sifatnya disosiatif yakni persaingan atau kompetisi dan pertentangan atau konflik. Keduanya dapat dijelaskan berikut ini.