• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Kebutuhan Manusia

3.1.1 Manusia sebagai Makhluk Sosial

Sejak dari kandungan, lahir, beranjak dewasa, sampai meninggal manusia membutuhkan orang lain. Supaya dapat lahir menjadi bayi yang sehat manusia membutuhkan seorang ibu yang mera-wat

An

di Hasyim adalah seorang pengusaha hand- bag collections “Cavalier”. Sebelum membu- ka usaha sendiri, ia pernah masuk pendidik-an TNI. Ia juga pernah menjadi pegawai negeri di Departemen Penerangan. Sebagai pegawai negeri, ia merasa tidak sesuai dengan birokrasi dan situasi kerja yang dinilai tidak sesuai dengan disiplin yang diajarkan orang tuanya.

“Saya tidak setuju dengan atasan saya kala itu yang menegur saya karena menyelesaikan semua tugas dengan waktu yang cepat. Alasannya kalau semua dikerjakan, kapan mereka dapat obyekan, terus be- soknya mau kerja apa lagi. Itu yang saya tidak suka karena mengada-ada dan berbohong. Dan satu lagi, kita sudah kerja kok gajinya harus dirapel dulu 3 bulan kemudian baru dibayarkan. Itu kan hak kita, mengapa harus ditunda?” tukas Andi Hasyim.

Keluar dari pegawai negeri, Andi Hasyim bekerja se- rabutan. Tahun 1983, ia bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan alat-alat listrik. Waktu itu ia su-dah berke- luarga. Tahun 1990, ia berhenti kerja seba-gai sales. Ia merasa sudah tidak ada tantangan lagi sebagai sales alat-alat listrik.

Dari hasil kerjanya selama 7 tahun tersebut, ternyata tak mencukupi keinginan Andi dan isterinya untuk mempunyai rumah idaman mereka karena tabungan yang mereka kumpulkan hanya cukup untuk memiliki rumah tipe 21 di daerah Bekasi pada tahun 1990. Kemudian Andi dan isterinya mengambil keputus-an untuk pulang kampung ke Cikupa, Banten. Di sana, ia membeli tanah seluas 1.000 m2. Ia meman-faatkan ta-

nah itu untuk memelihara ayam petelur. Namun usaha ayam petelurnya ia hentikan karena semakin ramainya lokasi pemukiman di sekitar peternakannya.

Ia kemudian kembali bekerja sebagai marketing tas

fashion di daerah Cikupa. Sebagai marketing ia sukses

meningkatkan omset penjualan. Namun pe-kerjaannya ini pun tak lepas dari masalah. “Saya tidak suka saat pengusaha tas itu mulai berlaku curang karena tidak mau rugi dan takut saya men-dapatkan komisi sangat besar,” ucap Andi. Bukan hanya komisi yang kecil, Andi yang sudah berhasil menaikkan omset beberapa kali ternyata juga ma-sih digaji kecil. Akhirnya, dengan berbagai pertim-bangan, ia mengambil keputusan untuk keluar dari perusahaan tersebut.

Andi dan isterinya kemudian membuka usaha mem- buat tas fashion sendiri. Dalam waktu 3 bulan, peru- sahaan miliknya sudah mampu menjadi kom-petitor utama dari pabrik tas tempat ia bekerja dulu. Bahkan pabrik tas tempat Andi bekerja dulu sekarang sudah bangkrut. “Begitulah hukumnya di bisnis. Ka-lau mau maju ya harus selalu kreatif dan berusaha menguasai pasar. Selain itu juga, dalam berusaha kita tidak seme- na-mena hanya memikirkan keun-tungan saja tetapi juga memikirkan karyawan yang posisinya di sini se- bagai mitra kita. Jadi kalau ada apa-apa pada usaha ini, mereka merasa me-miliki.” kata Andi. (Sumber: Tabloid Peluang Usaha, Oktober - November 2006).

Diskusikan dalam sebuah kelompok kecil!

1. Bagaimana pendapat kamu mengenai keputusan Andi Hasyim keluar dari pegawai negeri dan pekerjaannya sebagai sebagai sales perusahaan tas di Cikupa? Setujukah kamu? Mengapa?

2. Menurut pendapatmu contoh kemitraan seperti apa yang dapat dilakukan pengusaha dan kar-yawan agar karyawan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan tempat mereka bekerja?

kandungannya dengan baik: mengatur ma-kanan, mengatur kegiatan supaya tidak kelelahan, dan sebagainya. Ketika masih bayi, kita harus disu-api, diajari berbicara, berjalan, dan sebagainya su-paya kita bisa hidup normal sebagaimana orang um- umnya. Ketika kita beranjak dewasa kita butuh orang tua yang menyayangi, mendidik, membiayai sekolah dan hidup kita. Selain itu, kita juga butuh teman-teman untuk bermain, untuk tempat cerita, teman di mana kita mendapat dukungan, hiburan, dan sebagainya. Ketika orang mulai masuk dalam dunia kerja ia butuh teman bisnis. Bahkan keha- diran orang lain sebagai saingan juga dibutuhkan untuk dapat memacu kinerja supaya lebih maju. Ketika orang menjadi tua, ia membutuhkan perha- tian dan kasih sayang anak-anaknya untuk meng- urusnya. Sampai ketika orang meninggal dunia, ia masih membutuhkan orang lain untuk mengurus jenazahnya.

Gambaran di atas menunjukkan kenyataan manusia sebagai makhluk sosial (homo socialis). Kata homo berarti manusia. Kata sosial sendiri be- rasal dari kata Latin socius yang berarti “teman atau sa-habat.” Kenyataan ini sudah dirumuskan oleh para ahli sejak lama. Aristoteles, filsuf Yunani yang

hi-dup tahun 384-322 SM dalam bukunya Politica

me-nyebut manusia sebagai Zoon Politicon. Zoon Poli-ticon berarti makhluk sosial. Sebagai makhluk so-sial, manusia selalu hidup bersama dalam suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, para ahli juga sering menyebut manusia sebagai social ani- mal (hewan sosial). Manusia adalah “hewan” yang mempunyai naluri untuk hidup bersama. Naluri atau dorongan untuk hidup bersama itu disebut

gregariousness.

Orang tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia lainnya. Orang tidak dapat mencapai suatu kehi- dupan yang wajar tanpa pertolongan orang lain. Manusia satu dan yang lainnya mutlak untuk sa- ling membantu. Oleh karena itu, manusia hidup bermasyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keharusan hidup bermasyarakat memang meru- pakan tuntutan kodrat manusia. Hal ini karena manusia memiliki sifat-sifat kodrat yang melekat kepada sifatnya sebagai manusia. Dengan kodrat- nya manusia mempunyai naluri untuk bergaul de- ngan manusia lain di dalam kelompoknya. Tanpa berada di kelompok sosial, manusia secara indivi- dual tidak mempunyai arti, bahkan tidak dapat hidup layak.

Dalam kisah di atas, keputusaan Andi untuk menganggap karyawan sebagai mitra dan tidak semena-mena kepada karyawan menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Ada tujuh (7) faktor berikut yang mendorong manusia hidup bersama.

1. Faktor sosial

Manusia memiliki keinginan untuk menghu- bungkan diri atau bergabung dengan individu atau kelompok lainnya.

2. Faktor untuk memberitahu

Manusia mempunyai dorongan dalam dirinya untuk mengekspresikan pikiran, pendapat, dan perasaan. Dorongan itu diwujudkan dengan memberitahukan perasannya pada orang lain. Hal itu dilakukannya supaya terjadi hubungan dengan orang lain.

3. Faktor berjuang

Manusia memiliki keinginan mengadakan per- saingan dengan lawannya dan ingin memper- tahankan kelompoknya.

4. Faktor seksual

Manusia mempunyai keinginan untuk mengem- bangkan keturunannya sebagai penerus atau pengganti dirinya.

5. Faktor untuk mendapatkan kebebasan dan perasaan senasib

Manusia memiliki perasaan senasib, seperju- angan, dan sependeritaan dengan yang lain. Oleh karena itu mereka bersatu serta berkelom- pok untuk mencari kebebasan.

6. Faktor untuk bersatu

Manusia menyadari bahwa ia makhluk yang lemah. Agar tidak menjadi korban makhluk yang kuat maka ia harus bersatu.

7. Faktor adanya kesamaan ras, keturunan, dan keya- kinan beragama

Adanya kesadaran pada diri manusia, bahwa mereka mempunyai kesamaan ciri-ciri lahir-iah, satu darah, dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar 3.1.1

Manusia tergantung pada sesamanya untuk hidup wajar.

Sumber: h

t

p://www

3.1.2 Manusia sebagai Makhluk