• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Udara Ambien Menurut Lokasi serta Perbandingan

Maninjau, Meningkatnya jumlah timbulan sampah serta belum terkelolanya limbah B3 dan limbah cair sebagian rumah sakit

2. Muara Sunga

2.4.1 Kualitas Udara Ambien Menurut Lokasi serta Perbandingan

Menurut Lokasi dan Baku Mutu

Dari hasil pemantauan kondisi udara di Provinsi Sumatera Barat terutama untuk parameter SO΍, CO, NO΍ dan OΎ masih tergolong baik karena hasil analisa laboratorium untuk masing-masing parameter masih berada dibawah baku mutu. Namun untuk titik pantau Terminal Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, Simpang Lubuk Begalung Kota Padang dan Lapangan Cindua Mato Kabupaten Tanah Datar, konsentrasi TSP pada udara telah melewati batas baku mutu yang ditetapkan PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu sebesar 387,8 µg/Nm³, 430,72 µg/Nm³ dan 236 µg/Nm³ dengan baku mutu 230 µg/Nm³. Untuk titik pantau depan UKM Center Kota Payakumbuh juga mendapat perhatian

karena nilai TSP pada lokasi sudah mendekati batas baku mutu yaitu sebesar

229 µg/Nm³.

Gambar 2.83Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Parameter TSP

Sumber : Olahan Tabel SD-18 Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

Tingginya nilai TSP disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor yang padat pada lokasi. Disamping kurangnya pohon peneduh, Simpang Lubeg Padang dan Terminal Lubuk Alung merupakan jalur padat lalu lintas yang ramai dilewati angkutan dalam kota, angkutan antar kota dalam provinsi, kendaraan pribadi dan truk- truk pengangkut, sehingga debu yang muncul akibat dari aktivitas kendaraan tersebut berkontribusi besar meningkatkan nilai TSP pada udara ambien di lokasi. Untuk Lapangan Cindua Mato Batu Sangkar, selain aktivitas kendaraan bermotor yang ramai pada lokasi, tingginya nilai TSP

kemungkinan juga disebabkan oleh imbas dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di provinsi tetangga. Kondisi cuaca yang kering diduga juga turut memicu tingginya kadar TSP di udara.

Untuk Parameter PMΌ΋, dari dua lokasi yang dipantau yaitu Siteba dan Ulu Gadut, keduanya memiliki konsentrasi PMΌ΋ yang telah melewati batas baku mutu. Kondisi ini dimungkinkan karena untuk titik pantau Siteba, lokasi merupakan jalur yang dilewati angkutan kota, disamping itu cuaca yang kering serta masih adanya imbas dari kabut asap yang dialami saat itu, turut menyumbangkan PMΌ΋ di udara. Sama

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-61

halnya dengan titik pantau di ulu Gadut, selain cuaca yang kering serta imbas kabut asap, sumbangan PMΌ΋ di udara juga dimungkinkan berasal dari emisi pabrik semen karena titik pantau terletak dekat dengan pabrik PT Semen Padang.

Secara umum kadar CO pada seluruh titik pantau masih berada di bawah batas baku mutu, nilai tertinggi diperoleh

pada titik Simpang Rumbio Kota Solok yaitu sebesar 9.600 µg/Nm³ diikuti dengan titik Terminal Aur Kuning, Bukittinggi sebesar 9.162 µg/Nm³. Hal ini patut mendapat perhatian karena nilai tersebut hampir mendekati batas baku mutu yaitu sebesar 10.000 µg/Nm³. Kadar CO terendah terdapat pada titik Siteba.

Gambar 2.84Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Parameter PM10

Sumber : Olahan Tabel SD-18, Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO.

Konsentrasi OΎ (Ozon) pada masing-masing titik pantau juga masih berada dibawah batas baku mutu. Nilai OΎ tertinggi ditemui pada titik pantau di Simpang Padang Luar Kabupaten Agam sebesar 145 µg/Nm³, diikuti oleh Kabupaten Pasaman Barat dengan nilai 94,59 µg/Nm³, dan titik pantau depan Lapangan Merdeka, Pariaman sebesar 68,7 µg/Nm³. Sementara itu konsentrasi OΎ terendah diperoleh pada titik pantau Sungai Rumbai, Dharmasraya dengan nilai 4,74 µg/Nm³.

Gambar 2.85Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Parameter CO

Sumber : Olahan Tabel SD-18 Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

OΎ termasuk pencemar sekunder yang terbentuk dari reaksi NOx dan HC

dengan bantuan sinar matahari. Zat ini berbahaya di lapisan atmosfer rendah dan merupakan pembentuk kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan dan menimbulkan efek panas. Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang dilakukan oleh WHO task group

menyatakan pemajanan oksidan fotokimia pada kadar 200-500 μg/m³ dalam waktu singkat dapat merusak fungsi paru-paru anak, meningkatkan frekwensi serangan asma dan iritasi mata.

Kadar SO2 pada masing-masing titik

pantau masih berada di bawah batas baku mutu. Kadar SO2 tertinggi diperoleh pada

titik Depan PDAM Painan Kabupaten Pesisir

Selatan dengan nilai 33,29 µg/Nm3 diikuti

dengan titik pantau depan puskesmas Ulu Gadut, Padang, sedangkan kadar SO2

terendah terdapat pada titik di Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya

Sumber SO2 pada lokasi berasal

dari emisi gas buang kendaraan bermotor terutama kendaraan dengan minyak solar sulfur tinggi. Sumber SO2 lainnya juga bisa

berasal dari pembakaran bahan bakar arang, gas, minyak dan kayu.

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-63

Gambar 2.86Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Parameter O3

Sumber : Olahan Tabel SD-18 Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

Gambar 2.87Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 Parameter SO2

Sumber : Olahan Tabel SD-18 Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

Untuk parameter NO2, nilainya

masih berada di bawah baku mutu, nilai tertinggi ditemui pada titik pantau di Siteba, Padang yaitu sebesar 22,94 µg/Nm3, diikuti

dengan titik Lubeg, Padang sebesar 22 µg/Nm3 dan nilai terendah pada titik pantau

Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya dengan nilai 4,38 µg/Nm3 (Gambar 2.86)

2.4.2 Analisis Kualitas Udara Ambien

Perbandingan Antar Lokasi dan Antar waktu

Parameter PMΌ΋

Dibandingkan dengan data tahun 2012 dan 2013, nilai PM10 pada kedua titik

yang dipantau cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Bahkan untuk tahun 2014 ini nilai PM10 pada kedua

Gambar 2.88 Udara Ambien Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Barat Parameter PM10Tahun 2012 – 2014

Sumber : Olahan Tabel SD-18D Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

Nilai PM10 di tahun 2014 mengalami

peningkatan rata-rata sebesar lebih dari dua kali lipat dibandingkan data dua tahun terakhir, yaitu dari rata 44,405 µg/Nm3 di

tahun 2012 dan 48,23 µg/Nm3 di tahun 2013

menjadi rata-rata 185,475 µg/Nm3 di tahun

2014.

Parameter Debu (TSP)

Rata-rata konsentrasi TSP udara ambien Sumatera Barat tidak jauh berbeda dari tahun 2013 yang lalu dan mengalami penurunan dari tahun 2012. Untuk nilai TSP pada tahun 2012 rata-rata sebesar 182,4 µg/Nm3 dan mengalami penurunan pada

tahun 2013 menjadi rata-rata 150,6 µg/Nm3,

sementara untuk tahun 2014 rata-rata sebesar 150,3 µg/Nm3.

Dari Gambar 2.89 dapat dilihat jelas untuk titik pantau pada Kota Sawahlunto, Kab. Pasaman Barat, Kota Padang Panjang,

Kota Pariaman, Kab. Agam dan Kab. Dharmasraya mengalami penurunan TSP dari tahun sebelumnya. Namun untuk titik Simp. Lubuk Begalung Padang, Kab. Pesisir Selatan, Kota Bukittinggi, Kab. Padang Pariaman, Kota Payakumbuh dan Kota Solok terjadi peningkatan TSP jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang lalu. Penurunan nilai TSP tertinggi terjadi pada titik di Kota Sawahlunto sebesar 190 µg/Nm3

diikuti dengan titik di Kab. Pasaman Barat sebesar 155,58 µg/Nm3. Peningkatan nilai

TSP tertinggi terdapat pada titik Terminal Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman yaitu sebesar 224,3 µg/Nm3 diikuti dengan titik

Simpang Lubeg Padang dengan kenaikan sebesar 215,72 µg/Nm3.

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-65

Gambar 2.89 Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Parameter TSP Tahun 2012 – 2014

Sumber : Olahan Tabel SD-18D Buku SLHD Provinsi Sumatera Barat, 2014

Parameter CO

Secara umum dibandingkan tahun 2013, nilai rata-rata CO Sumatera Barat meningkat sebesar 733,09 µg/Nm3, namun

dibandingkan tahun 2012 rata-rata CO turun dari 5.239,9 µg/Nm3 menjadi 4.134,9

µg/Nm3.

Dibandingkan tahun 2013, kenaikan nilai CO tertinggi ditemui pada titik depan PDAM Painan Kabupaten Pesisir Selatan yaitu sebesar 6.548 µg/Nm3, diikuti dengan

titik Sungai Rumbai Kab. Dharmasraya dan

depan UKM Center Kota Payakumbuh masing-masing dengan kenaikan sebesar 4.552 µg/Nm3 dan 3.063,3 µg/Nm3.

Penurunan kadar CO terjadi pada 3 (tiga) titik yaitu Simpang Lubuk Begalung Padang, Siteba Padang dan Term. Lb. Alung Padang Pariaman dengan penurunan masing-masing sebesar 7.726 µg/Nm3,

3.098,5 µg/Nm3 dan 5.278 µg/Nm3.

Gambar 2.90Perbandingan Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Parameter COTahun 2012 – 2014

Parameter OΎ

Secara umum, nilai rata-rata OΎ pada beberapa titik pantau di Prov. Sumatera Barat mengalami penurunan jika dibandingkan data yang diperoleh pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 rata- rata nilai O3 Sumatera Barat sebesar 68,7

µg/Nm3 dan meningkat menjadi rata-rata

sebesar 76,9 µg/Nm3 di tahun 2013,

kemudian di tahun 2014 kembali turun menjadi 40,8 µg/Nm3. Hasil pemantauan

kualitas udara ambien parameter OΎ terhadap 14 (empat belas) titik pantau di Prov. Sumatera Barat menunjukkan bahwa di tahun 2014 nilai O3 pada 12 (dua belas)

titik pantau cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan data yang diperoleh tahun 2013.

Penurunan nilai OΎ tertinggi diperoleh di Padang Panjang yaitu sebesar 92,37 µg/Nm³, diikuti titik di Ulu Gadut Padang dan

Terminal Lb. Alung Kab. Padang Pariaman dengan nilai kenaikan masing-masing sebesar 69,35 µg/Nm dan 66,2 µg/Nm³.

Kenaikan nilai OΎ terjadi pada 2 (dua) titik yaitu pada titik pantau di Kab. Pasaman Barat dan Padang Luar, Kab. Agam dengan kenaikan masing-masing sebesar 35,98 µg/Nm³ dan 51,97 µg/Nm³.

Penurunan kadar CO tertinggi diperoleh pada titik Simpang Kota Padang Panjang yaitu sebesar 12.577,1 µg/Nm³ dan menjadikan kandungan CO pada titik ini yang sebelumnya berada diatas baku mutu menjadi dibawah batas baku mutu yang telah ditetapkan. Sementara itu kenaikan nilai CO terjadi pada titik depan Mesjid Al Munawarah Siteba Padang, Lapangan Merdeka Pariaman, Terminal Lubuk Alung Kabupaten.Padang Pariaman dan Simpang Padang Luar Kabupaten Agam.

Gambar 2.91Perbandingan Kualitas Udara Ambien Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera BaratParameter O3 Tahun 2012 – 2014

Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Barat II-67

Kenaikan tertinggi terjadi pada titik Terminal Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman yaitu sebesar 3.797 µg/Nm³, namun nilainya masih berada dibawah batas baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 10.000 µg/Nm³ sebagiamana gambar 2.90.