• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)

Kurikulum secara sederhana dapat diartikan sebagai pedoman perencanaan pembelajaran dan pedoman implementasi pembelajaran. Oleh karena itu, antara pedoman perencanaan dengan pedoman implementasi merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain. Terkait dengan hal ini, apakah kurikulum hanya menyangkut hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya? Bagaimana dengan kegiatan-kegiatan ataupun aktivitas-aktivitas yang tidak direncanakan, namun memberikan dampak atau pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik? Apakah hal tersebut tidak termasuk bagian dari kurikulum?

Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses pembelajaran di bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Sehingga kurikulum tidak hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga seluruh peristiwa-peristiwa yang terjadi selama berada di bawah pengawasan sekolah.30

Nasution31 membagi kurikulum menjadi dua bagian yaitu kurikulum formal dan kurikulum nonformal (co-curriculum atau extra-curriculum).

Kurikulum formal meliputi: 1) tujuan pembelajaran, umum dan spesifik, 2) bahan pembelajaran yang tersusun secara sistematis, 3) strategi pembelajaran serta kegiatan-kegiatannya, 4) sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan kurikulum nonformal yang berfungsi sebagai pelengkap kurikulum formal meliputi kegiatan-kegiatan yang juga terencana akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu, seperti pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas atau antar sekolah, perkumpulan berbagai hobi, pramuka, dsb.

Menurut Nasution32, kurikulum tersembunyi (Hidden Curriculum) merupakan aturan tidak tertulis di kalangan peserta didik seperti misalnya “harus kompak terhadap guru”, dll. yang turut mempengaruhi proses pembelajaran.

30 S. Nasution, Kurikulum & Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara, 2012, hlm. 5.

31 S. Nasution, Kurikulum &..., hlm. 5.

32 S. Nasution, Kurikulum &..., hlm. 6.

Sesuai dengan pengistilahannya sebagai kurikulum tersembunyi atau hidden curriculum, secara sederhana dapat dimaknai sebagai bagian yang pada kenyataannya merupakan bagian dari proses pembelajaran tetapi bersifat tersembunyi (tidak direncanakan). Para ahli memiliki pendapat yang berbeda antara apakah ini merupakan bagian dari kurikulum atau tidak. Bagi yang tidak setuju hal ini sebagai bagian dari kurikulum, dasarnya adalah disebabkan hal ini tidak direncanakan sebelumnya, sementara kurikulum sifatnya haruslah terencana.

Bagi yang setuju dasarnya karena hal ini turut serta mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran, meskipun tidak direncanakan sebelumnya.

Glatthorn dalam Yamin33 mengungkapkan bahwa kurikulum tidak hanya terbatas pada hal-hal yang tampak, tetapi juga meliputi hal-hal lain yang disebut kurikulum tersembunyi yang juga memberikan dampak yang signifikan terhadap proses pendidikan peserta didik yang meliputi lingkungan, kultur, kebijakan sekolah, dsb. Dengan demikian, apa yang diistilahkan sebagai kurikulum implisit ini juga menjadi perangkat penting dalam melahirkan pendidikan yang mencerdaskan peserta didik.

Lebih lanjut, Ornstein & Hunkins dalam Ansyar34 mengungkapkan bahwa pembelajaran sebagai hasil interaksi antara guru, peserta didik, dan materi, seringkali tanpa disadari “dipelajari” atau “diperhatikan” oleh peserta didik, meskipun tidak direncanakan sebelumnya. Hal ini tentunya sering terabaikan dan luput dari perhatian guru. Hal inilah yang biasa diistilahkan dengan hidden curriculum, yaitu kurikulum tersembunyi yang muncul sebagai hasil sampingan (side effects) dari interaksi antar peserta didik, guru dan materi serta lingkungan belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, kurikulum tidak hanya dimaknai sebatas aktivitas atau kegiatan yang terencana, tetapi juga mencakup hal-hal yang tidak direncanakan namun memberikan dampak atau pengaruh terhadap pencapaian tujuan dari kurikulum tersebut. Pengertian ini tentu merupakan hasil perkembangan terakhir dari kurikulum itu sendiri.

33 Moh. Yamin, Manajemen Mutu..., hlm. 27.

34 Mohamad Ansyar, Kurikulum..., hlm. 33.

Terkait dengan hal ini, Sanjaya35 mengungkapkan bahwa ada dua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku sebagai hidden curriculum tersebut, yaitu aspek yang relatif tetap dan aspek yang dapat berubah. Aspek yang relatif tetap dalam hal ini adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya masyarakat yang mempengaruhi sekolah termasuk di dalamnya menentukan budaya apa yang patut dan tidak patut diwariskan kepada generasi bangsa. Sistem sosial ini meliputi pola hubungan sosial antar sesama guru, guru dengan peserta didik, guru dengan staf sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi sistem sosial dan kebudayaan, meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, dan bagaimana kenaikan kelas dilakukan.

Oleh karena itu, Bellack & Kiebard dalam Sanjaya36 lebih lanjut mengungkapkan bahwa hidden curriculum memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Dapat menunjukkan suatu hubungan sekolah yang meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola pengaturan peserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai sosial.

2. Dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki nilai tambah, sosialisasi, pemeliharaan struktur kelas.

3. Mencakup perbedaan tingkat kesengajaan (intensionalitas) seperti tingkat yang berhubungan dengan hasil yang bersifat insidental. Bahkan hal ini kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial pendidikan.

Ornstein & Hunkins dalam Ansyar37 mengungkapkan bahwa kurikulum tersembunyi memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk karakter peserta didik, karena bisa berkontribusi penting terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian peserta didik, termasuk dalam pembentukan nilai-nilai, sikap dan persepsi peserta didik.

35 Wina Sanjaya, Kurikulum dan..., hlm. 26.

36 Wina Sanjaya, Kurikulum dan..., hlm. 26.

37 Mohamad Ansyar, Kurikulum..., hlm. 34.

Secara lebih terperinci, Glatthorn dalam Yamin38 menjelaskan tiga hal penting yang menjadi bagian integral dari hidden curriculum, yaitu:

1. Organisasi

Organisasi merupakan penugasan guru atau pendidik dan pengelompokan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini mencakup empat hal penting yaitu team teaching, promosi (kenaikan kelas), pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan, dan fokus kurikulum.

Team teaching merupakan salah satu kebijakan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik sehingga guru mengajar sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Promosi berkenaan dengan pencapaian individu peserta didik (prestasi akademik dan sikap). Pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan akademik dan kemampuan-kemampuan lainnya serta fokus kurikulum penting untuk diperhatikan, sebab akan mempermudah proses pembelajaran.

2. Sistem Sosial

Sistem sosial yaitu suasana sekolah yang digambarkan berdasarkan pola-pola hubungan semua komponen. Pola tersebut mencakup hubungan antara guru dan tenaga administrasi, keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru dalam proses pengambilan keputusan, hubungan yang baik antar sesama guru, kepala sekolah, hubungan guru dan peserta didik, staff tata usaha, petugas kebersihan sekolah, warga masyarakat sekitar sekolah, serta hubungan kelompok-kelompok lain yang juga mendukung dinamika pendidikan dalam sekolah. Sistem sosial ini sangat mempengaruhi keberhasilan proses penyelenggaraan pendidikan.

3. Budaya

Budaya merupakan dimensi sosial yang berhubungan dengan sistem keyakinan, nilai-nilai, dan struktur kognitif. Berikut beberapa bagian yang terkait dengan hal ini, yaitu:

38 Moh. Yamin, Manajemen Mutu..., hlm. 28-29.

a. Rumusan tujuan sekolah yang jelas dan dapat dipahami semua unsur sebagai hasil kesepakatan antara pengelola adminstrasi dan guru;

b. Pengelola administrasi mempunyai harapan yang tinggi pada guru begitu pula dengan tenaga administrasi;

c. Pengelola administrasi dan guru mempunyai harapan yang baik pada peserta didik yang diartikulasikan dengan penguatan pelayanan akademik;

d. Pemberian hadiah pada mereka yang mencapai prestasi terbaik serta hukuman yang dilakukan secara fair dan konsisten kepada para peserta didik.

Penelitian tentang kurikulum tersembunyi oleh Print dalam Ansyar39 mengungkapkan bahwa kurikulum tersembunyi ini bisa menghasilkan pembelajaran yang bersifat positif dan juga negatif. Salah satu contoh kurikulum tersembunyi negatif ialah proses pembelajaran untuk mengajarkan cara membaca dengan baik untuk peserta didik. Metode yang tidak tepat bisa saja tanpa disadari akan menghasilkan peserta didik yang justru menjadi tidak senang membaca.

Contoh lain misalnya proses pembelajaran yang lebih fokus pada penjelasan verbal (ekspose verbal) tentang materi, yang ternyata “memaksa” peserta didik untuk menghafal materi pembelajaran dari pada memahami atau merekonstruksi materi tersebut menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik.

Contoh kurikulum tersembunyi positif yaitu proses pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan sebelum ia datang ke sekolah dan guru memulai pertemuan di kelas dengan memotivasi peserta didik untuk mengemukakan pendapat masing-masing peserta didik sebagai hasil yang diperolehnya dari mempelajari sendiri materi tersebut sebelum ke sekolah, sehingga ruang kelas didesain menjadi ruang untuk berdiskusi daripada penjelasan verbal (expose verbal). Strategi yang mungkin dilakukan ialah dengan menjadikan sesi pembelajaran menjadi sesi tanya-jawab tentang pokok bahasan tertentu. Metode ini mengharuskan peserta didik untuk

39 Mohamad Ansyar, Kurikulum..., hlm. 35.

memberdayakan nalarnya atas apa yang telah dipelajarinya di rumah, bukan yang diperolehnya dari guru di kelas.