PENGEMBANGAN KURIKULUM
G. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Guru memiliki peran sentral dalam proses pengembangan kurikulum, mulai dari perencanaan kurikulum, penyusunan kurikulum, mengimplementasikan kurikulum, evaluasi kurikulum, hingga pengawasan kurikulum. Kalau pada bab sebelumnya telah dibahas tentang peran guru dalam mengimplementasikan kurikulum, maka pada pembahasan ini akan diuraikan tentang bagaimana peran guru dalam proses pengembangan kurikulum.
63 Oemar Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009, hlm. 227.
64 Oemar Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan..., hlm. 228.
Ditinjau dari segi sifat pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: sentralisasi, desentralisasi, dan sentral-desentral. Pertama, sentralisasi. Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak memiliki peran vital dalam aspek perancangan dan evaluasi kurikulum dalam skala makro, guru lebih berperan dalam aspek kurikulum skala mikro.
Kurikulum skala makro disusun oleh tim atau komisi khusus, yang terdiri atas para ahli dalam bidang kurikulum dan pendidikan. Sementara penyusunan kurikulum skala mikro dijabarkan dari kurikulum skala makro. Guru menyusun kurikulum yang sesuai bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atau satu catur wulan disebut juga program tahunan, semesteran, catur wulanan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu atau hari disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Program tahunan, semesteran, catur wulanan, ataupun satuan pelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan ajar, metode dan media pembelajaran, dan evaluasi, hanya memiliki keluasan dan kedalaman yang berbeda-beda.
Guru bertugas untuk menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, memilih dan menyusun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan peserta didik, memiliki metode dan media pembelajaran yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan terperinci akan sangat memudahkan guru dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, meskipun kurikulum telah tersusun secara terstruktur, guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Keberhasilan pengimplementasian kurikulum sangat bergantung pada kreativitas, kecakapan, kegigihan, dan kesungguhan guru. Guru hendaknya mampu menciptakan proses pembelajaran yang menggairahkan peserta didik, memilih dan melaksanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, bahan pembelajaran dan keaktifkan peserta didik. Guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi, baik untuk mengevaluasi
perkembangan atau hasil belajar peserta didik untuk menilai efisiensi pelaksanaan proses pembelajaran.
Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para peserta didik tentang apa yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif, memberikan pengarahan dan bimbingan. Guru memberikan tugas-tugas individual atau kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam penguasaan peserta didik. Dalam kondisi ideal guru juga berperan sebagai pembimbing yang berusaha memahami secara seksama potensi dan kelemahan peserta didik, serta membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Kedua, desentralisasi. Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu.
Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan pada karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Dengan demikian kurikulum terutama isinya sangat beragam, di mana setiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri.
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Di antara beberapa kelebihannya ialah: (1) kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. (2) kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesional, finansial maupun manajerial, (3) disusun oleh guru-guru sendiri sehingga memudahkan proses pelaksanaannya, (4) menimbulkan motivasi pada kepala sekolah dan guru untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum dengan sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi sehat dalam pengembangan kurikulum.
Beberapa kelemahan bentuk kurikulum ini, adalah: (1) tidak adanya keseragaman, sehingga untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini dirasa kurang tepat, (2) tidak adanya standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk membandingkan antar keadaan
dan kemajuan suatu sekolah (wilayah) dengan sekolah (wilayah) lainnya, (3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan peserta didik ke sekolah (wilayah) lain dikarenakan perbedaan kurikulum (4) sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional, (5) belum semua sekolah (wilayah) mempunyai kesiapan sumber daya manusia dan sarana penunjang untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
Ketiga, untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan, yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan sampai batas-batas tertentu juga yang sentralisasi-desentralisasi, peran guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru berperan serta tidak hanya dalam hal penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunan/semester/rencana pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya.
Guru turut memberi andil dalam merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan seperti ini, mereka mempunyai perasaan turut memiliki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya terutama dalam hal pengembangan kurikulum.
Dikarenakan guru sejak awal telah diikutsertakan dalam proses penyusunan kurikulum, mereka tentu akan lebih memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya beserta implementasinya. Dengan demikian, pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru tidak hanya berperan sebagai pelaksana, akan tetapi juga sebagai perencana, pemikir, penyusun, pengembang, dan juga pelaksana serta evaluator kurikulum.65
65 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum..., hlm. 200-202.
BAB IV