PENGEMBANGAN KURIKULUM
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip secara sederhana dapat diartikan sebagai kebenaran yang menjadi pokok dasar untuk berpikir, bertindak, dsb.49 Pengembangan kurikulum memiliki prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai salah satu pemandu arah, agar kurikulum dapat terdesain dengan baik demi terlaksananya proses pendidikan yang bermutu
49 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 1012.
dan berkualitas. Hamalik50 dan Sukmadinata51 mengungkapkan bahwa pengembangan kurikulum harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan berlandaskan pada tujuan pendidikan nasional.
Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku pada peserta didik.
2. Relevansi (Kesesuaian)
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, serta keserasiannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum yaitu relevan ke luar dan relevan di dalam kurikulum itu sendiri. Relevan ke luar maksudnya adalah relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Selain itu, kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Dengan kata lain, relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
3. Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan sisi efisiensi dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia agar mencapai hasil yang optimal. Dana yang tersedia harus digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, dan waktu yang tersedia harus dimanfaatkan secara tepat, serta tenaga di sekolah harus dimanfaatkan secara efisien dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebaik dan sebagus apapun sebuah kurikulum, jika menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sulit ditemukan dan dilaksanakan, maka kurikulum tersebut
50 Oemar Hamalik. Kurikulum dan..., hlm. 30-32.
51 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2010, hlm. 150-155.
tidak efisien. Oleh karena itu, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam berbagai keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Selain itu, fasilitas ruangan, sarana dan prasarana harus digunakan secara tepat untuk meningkatkan efektivitas keberhasilan pembelajaran. Sehingga meskipun kurikulum tersebut murah dan sederhana namun tetap harus memperhatikan efektivitas keberhasilan pembelajaran.
4. Fleksibilitas (Keluwesan)
Kurikulum yang fleksibel (luwes) ialah mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi (direvisi) atau dikurangi sesuai dengan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, sehingga tidak bersifat statis dan kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan keterampilan industri dan pertanian. Jika pelaksanaannya di kota, atas pertimbangan sulit atau tidak tersedianya fasilitas untuk pertanian, maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.
Dengan demikian, suatu kurikulum yang baik ialah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang peserta didik.
5. Kontinuitas (Berkesinambungan)
Kurikulum hendaknya disusun secara berkesinambungan, mulai dari bagian-bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara sistematis, tersusun rapi, memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur satuan pendidikan dan tingkat perkembangan peserta didik. Dengan demikian, kurikulum hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, dan juga antara jenjang pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Sehingga, dalam pengembangan kurikulum perlu dilakukan komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI) dengan SMP/MTs, SMA/MA, hingga perguruan tinggi (PTN/PTKIN).
6. Keseimbangan
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan antara berbagai program dan sub program, antara semua mata pelajaran dengan aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan secara proporsional dan fungsional. Keseimbangan juga diperlukan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan psikologi. Dengan keseimbangan tersebut diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh antara satu sama lainnya serta saling memberikan sumbangsih terhadap pengembangan pribadi peserta didik.
7. Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan.
Keterpaduan pelaksanaan dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang utuh. Di samping itu juga keterpaduan dalam proses pembelajaran, baik interaksi antara peserta didik dan guru, juga secara teori dan praktik.
8. Mutu
Pengembangan kurikulum harus berorientasi pada pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Jaminan mutu (Quality Assurance) menjadi salah satu prinsip dalam upaya penyelenggaraan pendidikan, demi tercapainya hasil yang bermutu dan berkualitas.
Tilaar52 menambahkan bahwa terdapat lima prinsip dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum secara nasional, yaitu:
1. Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sehingga isi kurikulum harus mengandung nilai-nilai yang dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila dan tujuan pendidikan nasional.
52 H.A.R. Tilaar. Pedagogik Teoretis..., hlm. 157-159.
2. Peluncuran kurikulum baru dilaksanakan setelah kurikulum tersebut dievaluasi (uji publik). Oleh karena itu, peserta didik tidak dapat dijadikan sebagai kelinci percobaan dalam pelaksanaan kurikulum. Setelah dievaluasi dan diperbaiki barulah dapat diimplementasikan ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
3. Kurikulum berdasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Tugas ini merupakan kegiatan LPTK dan lembaga-lembaga penelitian psikologi untuk melakukan kajian yang berkenaan dengan perkembangan berpikir peserta didik.
4. Guru yang profesional memiliki peran penting dan strategis dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum. Sebaik-baik suatu kurikulum, jika tidak didukung dengan guru profesional maka kurikulum tersebut tidak akan bermanfaat dan berpengaruh secara signifikan.
5. Kurikulum berpusat kepada peserta didik (Student Centered Curriculum) yaitu dengan menghormati kebebasan peserta didik dalam mencari dan mengumpulkan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangannya di bawah arahan dan bimbingan guru.