• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASING DI BIDANG PARIWISATA DI INDONESIA oleh

1. Latar Belakang

Penanaman modal secara tepat guna menjadi prasyarat kompulsif dalam mendukung pembangunan ekonomi di Indonesia menuju kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Argumentasi ini dikarenakan penanaman modal memberikan stimulus dalam mendukung dana dan teknologi untuk menjaga konsistensi dan keberlanjutan pembangunan. Salah satu bidang penanaman modal yang dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia ialah bidang pariwisata. Faktor keanekaragaman hayati dan kekhasan budaya serta keindahan alam merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia. Realitas ini tentu menarik minat investor baik asing maupun dalam negeri untuk menanamkan modalnya di bidang pariwisata.

Salah satu permasalahan dunia dengan adanya globalisasi dan liberalisasi ekonomi terkait dengan iklim penanaman modal adalah adanya jurang perbedaan yang cukup lebar antar negara- negara di dunia. Negara yang mempunyai iklim penanaman modal yang baik dan kondisi yang stabil bagi kegiatan usaha yang sehat serta program penyelesaian sengketa yang adil akan berhasil dalam menarik investor. Sebaliknya negara yang memberlakukan berbagai hambatan

dalam penanaman modal dapat mengurangi arus modal itu sendiri. Hal ini merupakan efek dari globalisasi yang tidak seimbang, dengan ketidaksetaraan distribusi dari kerugian dan manfaat. Kesenjangan ini menyebabkan polarisasi antara negara satu dengan lainnya, antara suatu kelompok satu dengan lainnya,juga antara individu satu dengan lainnya. Satu pihak bisa maju pesat, pihak lain semakin termajinalisasi.

Guna mengatasi kesenjangan itulah dalam putaran Uruguay ditetapkan suatu aturan main di dalam bidang perdagangan jasa. Perjanjian di bidang perdagangan jasa-jasa yang dihasilkan dalam perundingan Putaran Uruguay terdapat dalam General Agreement On Trade In Services

yang dalam penulisan selanjutnya disebut GATS. GATS merupakan salah satu isu baru yang dikembangkan dalam perundingan Putaran Uruguay yang sebelumnya tidak pernah menyentuh masalah ini. 1

Dokumen utama GATS merupakan kerangka kerja (framework agreement) yang mencakup aturan permainan yang berlaku secara umum bagi semua sektor-sektor di bidang jasa seperti: perbankan, telekomunikasi, konsultasi, pariwisata, dan pengangkutan. Prinsip-prinsip umum utama yang terurai dalam perjanjian ini adalah prinsip non diskriminasi meliputi: Most Favoured Nation (MFN) dan National Treatment, Transparansi, Progresive Liberalization atau liberalisasi secara bertahap, di samping aturan umum lainnya yang tercantum dalam perjanjian.2

Prinsip non-diskriminasi dalam GATS meliputi prinsip most favoured nation (MFN) dan National Treatment. Prinsip most favoured nation yang selanjutnya disebut MFN (pasal II GATS) adalah suatu Perjanjian dimana setiap negara anggota harus dengan segera dan tanpa syarat memberikan perlakuan yang tidak berbeda (no less favourable) kepada jasa dan pemasok jasa dari negara lain dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan kepada pemasok jasa dari negara lainnya. Dengan demikian maka semua negara harus turut menikmati peluang yang tercapai dalam liberalisasi perdagangan jasa internasional dan memikul jawaban yang sama3.

Kaidah lain mengenai prinsip non-diskriminasi adalah kaidah perlakuan nasional atau

national treatment (pasal XVII GATS), klausul ini mensyaratkan suatu negara anggota harus memberikan perlakuan kepada jasa dan pemasok dari negara lain yang tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan terhadap jasa dan pemasok jasa yang berasal dari negara itu sendiri, sesuai dengan jadwal komitmen yang telah disepakati.4

Diterbitkannya Undang-Undang no 7 Tahun 1994 tanggal 2 November 1994 tentang pengesahan (ratifi kasi)” Agreement Establishing the World Trade Organization” menjadikan

Indonesia secara resmi telah menjadi anggota WTO dan semua Perjanjian yang ada didalamnya telah sah dan menjadi legislasi nasional termasuk Perjanjian GATS ini. Inilah yang pada tataran selanjutnya akan menimbulkan sejumlah permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaannya di lapangan.

Guna mengatasi keadaan tersebut di atas, dibutuhkan ketentuan hukum yang telah mengadopsi dan menyesuaikan diri terhadap Perjanjian GATS yang memuat prinsip non diskriminasi. Hal ini harus disertai pula dengan kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia yang mampu mengakomodiir adanya prinsip non diskriminasi Perjanjian GATS tersebut.

1 GATS merupakan hasil kesepakatan putaran Uruguay yang khusus mengatur bidang-bidang perdagangan jasa. Putaran Uruguay sendiri merupakan salah satu agenda rutin GATT/WTO yang menghasilkan adanya suatu persetujuan baru yang memperluas lingkup perdagangan meliputi : perdagangan jasa (GATS), investasi (TRIMs) dan HaKI (TRIPs)

2 H.S Kartadjomena,1996. GATT dan WTO, Sistem Forum dan Lembaga Internasional Di Bidang Perdagangan, Jakarta : UI-Press, h. 77.

3 ibid , h.109. 4 ibid

Prinsip Non Diskriminasi Perjanjian General Agreement on Trade in Services (Gats) pada Pengaturan Penanaman Modal Asing di Bidang Pariwisata di Indonesia

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi berharga dalam penanaman modal di Indonesia. Jasa pariwisata menyangkut jasa perhotelan, jasa transportasi (udara maupun laut), dan berbagai jasa lainnya yang tumbuh seiring dengan perkembangan pariwisata. Pada tahun 2001, industri jasa pariwisata menyumbang sekitar USD 5,4 milliar, dan Bali memberikan kontribusi sebesar 40%.5 Kemudian pada tahun 2004 industri pariwisata

menyumbang 534.290.000 USD untuk penanaman modal asing dan 312.625.000 USD untuk penanaman modal dalam negeri.6 Kontribusi pariwisata lainnya dapat dilihat dalam Peraturan

Presiden No 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2002 pariwisata merupakan penyumbang devisa kedua terbesar setelah ekspor migas. Oleh karenanya, sektor ini mampu berperan penting dalam penyerapan kesempatan kerja serta menopang pertumbuhan ekonomi yang sampai saat itu masih lambat

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengetengahkan judul “ Prinsip Non Diskriminasi Perjanjian General Agreement on Trade in Services (GATS) Pada Pengaturan Penanaman Modal Asing di Bidang Pariwisata Di Indonesia” yang akan diulas tentang pengaturan penanaman modal asing di bidang pariwisata di Indonesia, kesesuaian prinsip non diskriminasi Perjanjian GATS pada pengaturan hukum mengenai penanaman modal asing di bidang pariwisata yang ada di Indonesia, dan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan prinsip non diskriminasi dalam Perjanjian GATS yang diambil oleh pemerintah Indonesia.