• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI KABUPATEN BADUNG Oleh:

2.1 Pengertian Hukum Lingkungan

Pengelolaan lingkungan sudah dilaksanakan dengan hati-hati dengan menerapkan beberapa peraturan dan kebijaksaan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan rusaknya lingkungan dan makin berkurang sumber daya alam sehingga tidak dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Selain itu permasalahan lingkungan bukan merupakan masalah negara yang bersangkutan saja, melainkan pihak-pihak negara luar pun turut campur dalam permasalah tersebut. Hal ini menunjukan kepedulian dunai terhadap lingkungan sangat besar, lebih-lebih lagi dalam era pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Deploment) yang memang memerlukan perhitungan yang cermat akan adanya daya dukung dan kesinambungan 2 Gatot, P, R.M Soemartono. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta : Sinar Grafi ka, hal. 199.

ketersediaan sumber alam.

Pembangunan dan permasalahan lingkungan merupakan dua hal yang selalu berimpitan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, terkadang sangat sulit menentukan pilihan antara pembangunan dan pelestariaan lingkungan seperti yang dinyatakan oleh Pangeran Hamlet dari Denmark; “to grow or not grow that is the question”3

Hal ini tidak dapat disangkal, bahwa bangsa-bangsa di dunia dihadapkan pada suatu pilihan antara dua alternatif yaitu membangun dan berkembang terus dengan menghadapi kemungkinan menjadi punah atau berhenti ditempat (Stagnant) dengan segala kemiskinan yang disebabkan oleh tidak adanya perkembangan (pembangunan).

Permasalahan lingkungan justru hadir dan bermunculan dalam era pembangunan yang disebabkan oleh penggunaan sumber daya alam yang sebakin besar dengan intensitas tinggi.

Selain itu permasalah lingkungan bukan semata-mata persoalan lingkungan ansich, melainkan telah merambah ke sisi lain yang lebih luas yaitu; politik, di mana Indonesia pernah dituduh oleh negara-negara maju serta organisasi internasional yang bergerak di bidang lingkungan sebagai negara yang tidak peduli akan kelestarian lingkungan hutan tropis atau telah merusak lingkungan hutan tropis yang sebenarnya mereka tidak mengetahui secara persis tentang kebijakan pemerintah yang cukup berhati-hati dalam pemberian ijin HAK Pengusaha Hutan (HPH) dengan ketentuan tebang pilih. Hal ini dilakukan oleh negara-negara maju sebagai pertimbangan dalam pemberian bantuan kepada negara berkembang4.

Kebijakan pembangunan sejak Orde baru berwatak kapitalis dengan kemasan pembangunan 25 tahun sangat menguasai alam pikiran penggagas pembangunan Indonesia. Akibanya penguasaan Negara terhadap bumi air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang menjadi amanat konstitusi mengalami distorsi dalam pemaknaannya5. Selain itu pengelolaan atas

bumi erat diartikan adanya hak penuh dari Negara mengizin kan kapitalis mengeksploitasi semua sumber alam dan lingkungan yang ada di Indonesia. Hal ini tidak lenyap begitu saja namun masih mempengaruhi pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan tanah dalam pembangunan sarana pariwisata banyak yang dimiliki oleh non pribumi yang mendapat perlakuan lebih tidak terkecuali di Bali.

Untuk memberikan defi nisi hukum lingkungan ternyata tidak mudah, seperti yang

dinyatakan oleh Mac Andrews dan Chia Lin Sien “The Nature of environmental law is such that the subyect defies precise detitation. As simple working definition. We might say that environmental law is the set of legal rules addressed specically to activities wichpotentally affect the quality of the environment, whether natural or man made. But it will immediately apparent that even such general definition raises wich insome cases, call for the drawing of essientially abrittatary lines”6

Luasnya cakupan materi hukum lingkungan menimbulkan pembidangan seperti bidang hukum lingkungan administrativ, hukum lingkungan keperdataan, dan hukum lingkungan kepidanaan. Hukum lingkungan yang dikemukakan oleh Drupsteen terdiri dari Hukum Lingkungan Pemerintahan, (Bestuursrechtelijk milierech), hukum lingkungan Ketetanegaraan

(Staatrechtelijk milierecht), hukum lingkungan kepidanaan (Strafrechtelijk milierecht), dan hukum lingkungan keperdataan (Privaatrechtelijk milierecht). Sedangkan hukum lingkungan 3 Zeni, M.T, 1985 Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup, Jakarta: Gramedia 1985, hal. 1

4 Wairocana. 1994. Peranan Hukum Lingkungan dan Kebijakan Dalam Pengelolaan Lingkungan, hal. 146

5 Wiyasa Putra, Ida Bagus dkk. 2003. Hukum Bisnis Pariwisata. Bandung : P.T Refi ka Aditama, Cetakan I, hal. 50.

6 Siti, Sundari Rangkuti. 2005. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Surabaya : Airlangga University Press, Edisi Ketiga, hal. 286

Pelanggaran Terhadap Peraturan tentang Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali pada Pembangunan Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung

pemerintahan dibagi menjadi hukum kesehatan lingkungan, hukum perlindungan lingkungan dan hukum tata ruang7. Namun dalam kenyataan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan oleh

pemerintah. Oleh karena itu pengaturan masalah lingkungan bagian terbesar merupakan hukum pemerintah.

Secara nasional Tata Ruang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dengan Peraturan Pelaksanaannya yakni Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Tata Ruang Wilayah Nasional. Sesuai dengan hakekat negara kesatuan hanya ada satu pemerintah Pusat. Menurut pasal 18 Undang-Undang –Undang Dasar Tahun 1945 negara dibagi menjadi daerah besar dan kecil dengan bentuk pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Pemerintah daerah sebagai pelaksanaan asas desentralisasi yang kemudian dikenal dengan istilah daerah otonomi.Oleh karena itu penyebutan pemerintah daerah selalu Propinsi Tingkat I dan Kabupaten Tingkat II. Ini berarti Gubernur mempunyai dua fungsi yakni sebagai kepala wilayah pemerintah pusat di daerah dan sebagai kepala daerah Tingkat I. Kedua fungsi ini memberikan kedudukan dan peranan masing-masing dalam pelaksanaan pemerintah di daerah. Sebagai kepala Wilayah memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan umum yang menjadi tugas pemerintah di daerah, sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Oleh karena itu prakarsa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah yang menyangkut segi-segi pembiayaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengaturan tata ruang dan pembinaannya diatur dengan peraturan daerah, maka secara teknis penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Bali mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang diintegrasikan dengan nilai-nilai kearifan lokal Bali terkait dengan penataan ruang.yang sekurang-kurangnya harus memuat :

a. Tujuan, kebijakan, dan straregi penataan ruang wilaya propinsi;

b. Rencana struktur ruang wilayah propinsi, meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan pedesaan dalam wilayah pelayanannya;

c. Rencana tata ruang wilayah propinsi Bali meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis.

Tata Ruang Bali mencakup keterkaitan dan keserasian tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara serta alokasi sumber daya melalui koordinasi dan upaya penyelesaian konfl ik antar

kepentingan. Oleh karena itu RTRW Bali merupakan penjabaran tata ruang nasional dan sebagai payung terhadap tata ruang kabupaten dan kota.

Badung sebagai salah satu kabupaten di Bali sampai saat ini masih mengacu pada peraturan tata ruang seblumnya yakni Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1974 dan Peraturan Daerah Kabupaten nomor 29 tahun 1995, karena Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 belum dapat diterapkan karena belum ada peraturan pelaksanaannya, sehingga belum dapat diterapkan dalam pengelolaan lingkungan khususnya tata ruang dalam pembangunan hotel dan restoran.

2.2. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Pelanggaran Terhadap Tata Ruang