• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATA PELAJARAN RENCANA PELAJARAN SMP GAYA BARU

Dalam dokumen PERKEMBANGAN KURIKULUM SMP (Halaman 92-98)

Lager Onderwijs

D. MATA PELAJARAN RENCANA PELAJARAN SMP GAYA BARU

C. TUJUAN PENDIDIKAN SMP

Dalam Dokumen Rentjana Pelajaran SMP Gaya Baru, 1964 disebutkan tujuan pendidikan SMP adalah sebagai berikut:

Pendidikan di SMP harus menyiapkan anak-didik menjadi warganegara patriotik, manusia susila, bertanggungjawab, supaya menjadi potensi pembangunan masyarakat Sosialis Indonesia, masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dasar idiologis tujuan pendidikan di atas adalah bahwa “pendidikan harus berazaskan Pancasila dengan pelengkapnya Manipol” (Dokumen Rentjana Pelajaran SMP Gaya Baru, 1964). Revolusi masih dianggap belum selesai dan dalam suasana yang demikian maka tujuan pendidikan sebagaimana yang dirumuskan di atas merupakan suatu yang sangat beralasan.

D. MATA PELAJARAN RENCANA PELAJARAN SMP GAYA BARU

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, mata pelajaran dalam kurikulum SMP Gaya Baru dikelompokkan berdasarkan kelompok ranah wardhana yang terdapat pada Panca Wardhana kecuali kesehatan jasmani yang disatukan dalam kelompok Dasar atau cinta bangsa tanah air, moral nasional/internasional/keagamaan. Sesuai dengan Panca Wardhana, selain kelompok Dasar dikenal adanya kelompok

Cipta dan kelompok Krida. Kelompok Cipta merupakan kelompok paling besar baik dalam pengertian jumlah mata pelajaran mau pun dalam beban belajar. Kelompok Dasar adalah kelompok kedua terbesar sedangkan kelompok krida adalah kelompok yang memiliki mata pelajaran tunggal.

Selengkapnya, struktur dan pesebaran mata pelajaran serta beban belajar kurikulum SMP Gaya Baru adalah sebagai berikut:

Tabel 6.1: Struktur dan Mata Pelajaran Rencana Pelajaran SMP Gaya Baru

Kelas dan JamPelajaran

Kelompok Mata Pelajaran

I II III

Civics 2 2 2

Bahasa Indonesia 5 5 5

Sejarah Kebangsaan 1 1 1

Ilmu Bumi Indonesia 1 1 1

Pendidikan Agama/Budi Pekerti 2 2 2

Pendidikan Jasmani/Kesehatan 2 2 2 A Kelompok Dasar Sub Jumlah 13 13 12 Bahasa Daerah 2 2 2 Bahasa Inggeris 4 4 4 Ilmu Aljabar 3 3 3 Ilmu Ukur 3 3 3 Ilmu Alam 2 2 2 Ilmu Hayat 2 2 2

Ilmu Bumi Dunia 1 1 1

Sejarah Dunia 1 1 1 Ilmu Administrasi 1 1 1 Sub Jumlah 19 19 19 B Kelompok Cipta C Kelompok Menggambar 2 2 2

Kelas dan JamPelajaran

Kelompok Mata Pelajaran

I II III Kesenian 1 1 1 Prakarya 2 2 2 Kesejahteraan Keluarga 1 1 1 Rasa/Karya Sub Jumlah 6 6 6 D Krida Krida 2 2 2 Jumlah 40 40 40

Orientasi kurikulum yang kuat pada kepentingan politik telah menyebabkan kurikulum tidak mampu mengembangkan berbagai prinsip pendidikan yang dasar dan telah diggunakan serta dikembangkan dalam kurikulum sebelumnya (Rencana Pelajaran SMP 1954). Keterkaitan antar materi pelajaran, terutama materi kelompok ketrampilan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain sudah tidak lagi menjadi pendekatan yang digunakan dalam kurikulum SMP 1962. Materi suatu mata pelajaran dirancang hanya untuk mata kuliah tersebut dan tidak dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya.

Pendekatan konten kurikulum suatu mata pelajaran yang khusus dan terpisah dari mata pelajaran lainnya yang dilakukan kurikulum SMP 1962 menjadi awal dalam sejarah pengembangan kurikulum SMP. Pendekatan yang demikian dianggap sebagai pendekatan terbaik oleh banyak para akhli ilmu pengetahuan (Tanner dan Tanner, 1980; Unruh dan Unruh, 1984). Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir intelektual dan kemampuan berpikir rasional. Kedua kemampuan ini hanya dapat dikembangkan melalui pendidikan disiplin ilmu karena disiplin ilmu memiliki cara berpikir intelektual yang rasional dan sistematis. Disiplin ilmu pula yang dapat membebaskan orang dari cara berpikir dan orientasi berpikir yang tidak logis.

Filosofi esensialisme yang menyatakan bahwa pendidikan disiplin ilmu dalam dunia pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan hakekat ilmu itu sendiri. Nama mata pelajaran pun harus disesuaikan dengan nama disiplin ilmu. Penggabungan beberapa disiplin ilmu menjadi nama satu mata pelajaran sangat ditentang oleh filosofi esensialisme walau pun diperkenankan oleh filosofi perenialisme. Nama-nama mata pelajaran yang terdapat dalam Kurikulum SMP 1962 sseperti sejarah, ilmu bumi, ilmu aljabar, ilmu alam, ilmu hayat dan sebagainya jelas menunjukkan orientasi kurikulum pada filosofi esensialisme. Pengaruh politik yang kuat terlihat pada mata pelajaran kelompok dasar terutama mata pelajaran civics, sejarah, ilmu bumi. Untuk mata pelajaran Civics peserta didik mempelajari berbagai pidato Presiden, manusia sosialisme Indonesia, Manipol, revolusi Indonesia termasuk musuh-musuh revolusi. Materi mata pelajaran sejarah berkewajiban untuk “mewujudkan dan memperteguh cita-cita revolusi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pengajaran Sejarah Kebangsaan haruslah (a) Proklamasi- sentris dan (b) ber-eskatologi masyarakat sosialis Indonesia. Dalam kewajiban untuk mewujudkan dan memperteguh cita-cita revolusi Indonesia, materi pelajaran ilmu bumi Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat sosialisme Indonesia.

KURIKULUM SMP PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU (1967 – 1994)

A. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Masa Pemerintahan Orde Baru adalah masa yang ditandai oleh berbagai kebijakan pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan politik Orde Baru yang anti komunisme, perkembangaan dalam teori belajar yang menekankan pada kegiatan ssiwa yaang aktif dalam belajar, pendekatan kurikulum yaang digabungkan dengan model desain instruksional. Perkembangan politik dan akademik yang demikian menghasilkan berbagai kurikulum selama masa hampir 30 tahun tersebut. Dimulai dengan kurikulum 1968 sebagai kurikulum yang dirancang untuk mengikis pengaruh komunisme dalam dunia pendidikan dan merupakan awal penggunaan istilah kurikulum dalam dunia pendidikan Indonesia, dilanjutkan dengan kurikulum 1975 yang merupakan kurikulum pertama di Indonesia yang secara resmi memperkenalkan istilah pendekatan “integrated curriculum” yang melahirkan mata pelajaran IPA sebagai pengganti kelompok Ilmu Alam dan mata pelajaran IPS yang menggantikan mata pelajaran Pengetahuan Sosial dalam Rencana Pelajaran 1954.

Pada kurun waktu hampir 10 tahun Kurikulum 1975 digantikan oleh Kurikulum 1984 yang menggunakan model kurikulum yang sama dengan kurikulum SMP sebelumnya tetapi mengalami perubahan pada kurikulum SMA dimana pendekatan “discrete disciplinary approach diperkenalkan kembali. Sepuluh tahun kemudian yakni pada tahun 1994, kurikulum SMP diganti dengan kurikulum baru yang dinamakan Kurikulum 1994. Beberapa perubahan dalam pendekatan kurikulum terjadi tetapi masih menyesisakan berbagai masalah terkait jika dilihat dari organisasi konten kurikulum yang menggunakan pendekatan integrated dan posisi pendidikan ketrampilan (skills) masih belum mendapatkan tempat yang sesuai dengan karakteristik materi ketrampilan yang bersifat “developmental”. Demikian pula halnya dengan materi yang termasuk kategori nilai/sikap masih belum berhasil dikembangkan sesuai dengan hakekat nilai/sikap yang juga termasuk kelompok “developmental content”.

Dalam kurun waktu kurang lebih 30 tahun, Pemerintahan Orde Baru telah berhasil mengembangkan 4 kurikulum untuk SMP dan sekolah lainnya. Keempat kurikulum yaitu Kurikulum 1968, 1975, 1984 dan 1994. Hampir menjadi tradisi bahwa setiap 10 tahun terjadi perubahan kurikulum. Kenyataan semacam itu dapat dikatakan sebagai suatu kejadian yang berlangsung sampai akhir Pemerintahan Orde Baru. Upaya untuk menjadikan kurikulum responsi terhadap perkembangan kehidupan mayarakat di bidang sosial-budaya-politik-ilmu-teknologi-seni-ekonomi menyebabkan masa sepuluh tahun merupakan masa yang cukup panjang untuk menjawab tantangan perkembangan kehidupan masyarakat.

Dilihat dari ruang lingkup pengembangan kurikulum (curriculum development) yang meliputi pengembangan ide dan rancangan pembelajaran (curriculum construction) yang terwujud dalam bentuk dokumen kurikulum, sosialisasi dan implementasi kurikulum (curriculum implementation) serta evaluasi kurikulum (curriculum evaluation) maka sangat adekuat untuk dikatakan bahwa tidak keseluruhan pekerjaan pengembangan kurikulum tersebut terlaksana. Implementasi kurikulum yang merupakan pekerjaan yang rumit dan memerlukan strategi implementasi yang harus meliputi keragaman kualitas dan kesiapan sekolah merupakan aspek pengembangan yang sangat terabaikan. Sama halnya dengan implementasi adalah pekerjaan evaluasi kurikulum yang sistematis dan terus-menerus (kontinyu) memberikan informasi baik kepada pengembangan kurikulum ketika dokumen disiapkan apalagi pada waktu implementasi merupakan dimensi pekerjaan pengembangan kurikulum yang tidak terlaksana sebagaimana seharusnya maka waaktu sepuluh tahun untuk perubahan kurikulum terasa amat singkat. Berdasarkan laporan yang tersedia terjadi suatu kenyataan yang cukup memperihatinkan karena belum lagi suatu rancangan kurikulum (dokumen) terlaksana maka sekolah sudah harus melaksanakan kurikulum baru yang nota bene tidak juga mampu mereka laksanakan. Kelemahan dalam sosialisasi dan pelatihan yang harus diterima guru dalam pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan melaksanakan kurikulum menyebabkan mereka berada dalam posisi yang tidak siap melaksanakan kurikulum baru.

Selain faktor politik, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap perubahan kurikulum pada masa ini adalah perkembangan dalam berbagai teori belajar, model dan orientasi kurikulum, serta kemajuan dalam teknologi yang berdampak pada aplikasinya dalam dunia pendidikan membawa berbagai pemikiran baru dalam kurikulum. Inovasi berbagai aspek kurikulum dilakukan dalam setiap perubahan kurikulum tersebut terutama sejak Kurikulum 1975. Oleh karena itu masa Pemerintahan Orde Baru merupakan masa yang sangat penting dalam sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia bukan saja dilihat dari banyaknya kurikulum yang dihasilkan pada masa ini tetapi terlebih dari pemikiran-pemikiran baru pendidikan yang diperkenalkan dalam setiap kurikulum. Pada masa ini dapat dikatakan Indonesia mengalami dinamika pengembangan kurikulum yang cukup signifikan dalam menjawab perkembangan masyarakat walau pun ada jurang yang cukup luas antara pemikiran kependidikan yang dikembangkan para pengembangan kurikulum dengan pengelola dan pelaksana kurikulum. Kesenjangan yang demikian memang disayangkan dan menyebabkan pengurangan nilai responsif para pemikir kurikulum.

Dalam dokumen PERKEMBANGAN KURIKULUM SMP (Halaman 92-98)