• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Landasan Teori

3. Menceritakan Kembali

Cerita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai : sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa secarapanjang lebar, karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa, suatu lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara film dan sebagainya.

Berdasarkan uraian pengertian tersebut, dapat dimengerti bahwa cerita itu merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau gambaran atau deskripsi dari suatu peristiwa atau kejadian.

Cerita juga dipandang sebagai suatu karangan, hal ini menunjukkan bahwa cerita disusun atau dibuat oleh seseorang. Karangan tersebut bisa disajikan secara tertulis ataupun secara lisan.

28

Menurut Majid (2001:8) cerita merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa menimbulkan kesenangan baik padaanak-anak maupun orang dewasa. Cerita merupakan tuturan, yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya suatu peristiwa.

Bercerita hampir sama pengertiannya dengan menceritakan kembali.

Bercerita dan menceritakan kembali sama-sama mempunyai arti menuturkan cerita. Bercerita menurut Hidayat dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi ataupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.

Menurut Abdul Majid (dalam Harjasujana 1988:9), bercerita berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka.

Dari batasan yang dikemukakan ini menunjukkan paling tidak ada tiga komponen dalam bercerita, yaitu:

1. pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat disampaikan secara tertulis atau lisan,

2. cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita,

29

3. penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak ceritra yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis.

a. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menceritakan Kembali

Menceritakan kembali adalah sebuah skill. Tidak semua orang memiliki keterampilan menceritakan sebuah peristiwa dengan runtut dan detail. Sebagian di antara peserta didik menceritakan dengan alur yang melompat atau kadangkala peserta didik sering menggunakan kata “pokoknya”. Kegiatan menceritakan kembali bukan hanya mengasah keterampilan berbahasa peserta didik, tetapi juga mengasah peserta didik untuk fokus “menyadari” apa yang dilihat/dialami peserta didik. Disamping itu, menceritakan kembali juga melatih peserta didik untuk berlogika: membangun urutan kejadian dan korelasi antar kejadian. Menurut Majid (2001: 30-62), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pencerita atau pendongeng adalah seperti berikut ini.

1. Pemilihan cerita

Pencerita hendaknya memilih cerita yang sangat ia kuasai dan suasana audiens.

2. Tempat penyampaian cerita

Bercerita tidak harus dilakukan di ruang belajar. Bisa saja dilakukan di luar ruangan atau tempat lain yang dipandang pantas.

3. Posisi duduk dalam bercerita

30

Sebelum cerita dimulai, pendengar harus dalam posisi duduk santai tetapi terkendali. Posisi duduk pencerita juga harus diperhatikan agar tidak terkesan monoton dan dapat menarik perhatian pendengar.

4. Bahasa cerita

Bahasa cerita yang digunakan seorang pencerita hendaknya menggunakan bahasa yang dekat dengan bahasa pendengar.

5. Suara dalam membawakan cerita

Tinggi rendahnya nada suara yang digunakan pencerita disesuaikan pada situasi dan kondisi yang ada pada alur cerita dan menyesuaikan plot yang terjadi dalam cerita. Intonasinya pun harus diperhatikan agar cerita enak didengarkan. Kenyaringan suara harus bisa terdengar oleh seluruh pendengar dari segala penjuru 6. Membuat tokoh cerita berperan sesuai aslinya.

Pencerita dalam memerankan cerita perlu memperhatikan tokoh yang diceritakan

7. Memperhatikan reaksi sikap emosional

Dalam penceritaan, pencerita diharapkan mampu membawa emosi pendengar ke dalam cerita, misalnya saat peristiwa yang memilukan pendengar dapat meneteskan air mata.

8. Menirukan suara

Menirukan suara merupakan salah satu keahlian pencerita. Di sini pencerita diharapkan mampu membedakan suara masing-masing

31

tokoh, misalnya orang baik biasanya bersuara halus dan lembut begiu juga sebaliknya.

9. Mendengarkan emosi pendengar

Apabila ada pendengar yang kurang memperhatikan hendaknya didekati dan dapat dijadikan sebagai contoh dalam ceritanya.

b. Pengertian Menceritakan Kembali

Menceritakan kembali atau melanjutkan cerita terkandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran melanjutkan cerita maka akan meningkat ke pembelajaran menceritakan kembali. Di dalam pembelajaran ini peserta didik mulai belajar mandiri merangkai kata-kata sendiri meskipun sederhana. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 210), dinyatakan bahwa menmenceritakan kembali berarti menuturkan cerita kembali.

Menceritakan kembali merupakan kegiatan mengujarkan kembali cerita yang telah dibaca. Kegiatan bercerita merupakan umpan balik akan memberikan gambaran tentang segala sesuatu yang telah diterima atau direspon anak setelah mendengar cerita. Maksud dari umpan balik tersebut yaitu segala sesuatu yang menggambarkan perilaku yang diperoleh melalui proses yang telah dilaluinya.

Penceritaan yang disajikan oleh anak bertujuan untuk mengungkapkan keterampilan dan keterampilan anak bercerita. Menceritakan kembali merupakan kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita. Ada tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu anak mampu menyusun kembali cerita yang disimak dari proses penceritaan, anak terampil menggunakan bahasa

32

lisan melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak terampil mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif. Hal tersebut diungkapkan pula oleh Keraf (1994, hlm. 136), menceritakan kembali bertujuan untuk mengunggah pikiran para pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Menceritakan kembali merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Runtutan kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa menceritakan kembali yaitu kegiatan menyusun kembali cerita yang telah disimak dari proses penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan. Ketika guru meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar, peran guru memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik.

c. Langkah-Langkah Menceritakan Kembali

Bahasa merupakan lambang untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan sikap manusia dengan cara menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, ekspresi muka, dan seni. Cerita juga merupakan sarana menyampaikan ide atau pesan melalui serangkaian penataan yang baik diterima dan memberi dampak yang lebih luas dan banyak pada sasaran. Menceritakan kembali sebuah cerita tentunya ada beberapa langkah yang harus diperhatikan.

33

Ada beberapa petunjuk untuk menceritakan kembali sebuah cerita, yaitu diantaranya:

a) Pilihlah topik cerita yang punya nilai.

b) Tulislah peristiwa dalam urutan dan kaitan yang jelas.

c) Selipkan dialog jika mungkin perlu.

d) Pilihlah detail cerita secara teliti.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan menceritakan kembali, pembaca harus benar-benar memperhatikan detail cerita dengan baik.

Hal ini dilakukan agar memudahkan seseorang menangkap isi dan hal-hal apa saja yang terdapat dalam sebuah cerita. Dikemukakan bahwa ada beberapa teknik menceritakan kembali sebuah teks, yaitu sebagai berikut:

1. Menghilangkan informasi yang berlebihan.

2. Mengkombinasikan informasi.

3. Menyeleksi topik kalimat.

4. Membuat ikhtisar.

5. Mengingat hal menarik dari bacaan.

Kegiatan menceritakan kembali membantu anak menciptkan struktur ingatan narasi yang akan memungkinkan anak untuk mengganti, menggunakan, dan mengelaborasikan elemen narasi utama cerita lagi dan lagi untuk kehidupan

34

mereka. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam menceritakan kembali yang harus diperhatikan:

Bedahlah teks terlebih dahulu, langkah ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memahami unsur pembangun cerita yang harus sampai kepada pendengar atau pembaca.

1. Mengetahui unsur instrinsik yang terdapat pada cerita, seperti tema, amanat, alur, perwatakan, latar belakang dan sudut pandang.

2. Berpedoman pada catatan gagasan pokok atau mencatat gagasan pokok cerita.

3. Mengetahui kerangka cerita atau kerangka teks.

4. Menceritakan kembali isi teks dengan menggunakan bahasa sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah-langkah menceritakan kembali merupakan kegiatan yang memungkinkan anak untuk menciptakan dan membangun cerita sesuai dengan kaidahnya. Sehingga, akan dengan mudah mengembangkan pokok cerita menjadi sebuah informasi yang menarik.