• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.3. Metode Analisis

4.3.1. Metode Analisis Dayasaing Pertanian

Analisis komparasi dayasaing komoditi, khususnya komoditi pertanian diantara negara-negara anggota ACFTA akan dianalisis berdasarkan konsep dayasaing dari sisi Supply. Konsep dayasaing dari sisi Supply dalam studi ini merujuk pada konsep keunggulan komparatif (comparative adventage) dalam teori-teori perdagangan internasional, yakni konsep yang menekankan pentingnya berspesialisasi pada komoditi yang memiliki efisiensi paling tinggi, di mana efisiensi ini dicerminkan dari ukuran produktivitas faktor. Nicholson (1994) menyebutkan bahwa produktivitas faktor adalah ukuran efisiensi karena secara teknis mengacu pada perbandingan output dan input. Wilayah yang memiliki limpahan faktor tertentu seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam atau teknologi, akan memiliki produktivitas faktor yang relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lain dalam menghasilkan komoditi tertentu. Dengan demikian ukuran produktivitas faktor dapat dijadikan sebagai indikator dayasaing komoditi dari sisi Supply.

Keragaman limpahan faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan teknologi diantara negara negara yang tergabung dalam ACFTA memungkinkan perbedaan produktivitas faktor dalam menghasilkan komoditi tertentu dan sekaligus berimplikasi pada keragaman dayasaing komoditi yang dihasilkan masing-masing negara. Ukuran produktivitas yang digunakan dalam studi ini yang sekaligus mencerminkan indikator dayasaing komoditi dari sisi

supply di masing-masing negara anggota ACFTA adalah ukuran total factor productivity (TFP). Nilai TFP dapat diperoleh dengan melakukan transformasi pada fungsi produksi Cobb-Douglas yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut. 1 H K L A Y ………. (4A-1) Dimana

Y

= Nilai produksi (Output) tanaman pertanian (Crops) menurut harga konstan 2004-2006 dalam US Int $ Ribu

K

= Indeks nilai Persediaan Modal Bersih dari mesin-mesin pertanian

(Machinery and equipment) dan penanaman tanaman (plantation crops)

(2005 =100)

H

= Lahan tanaman pertanian (Arable Land + Permanent Cropland) dalam Ribu Ha.

A

= Pergeseran fungsi produksi

Untuk keperluan perhitungan TFP, maka dilakukan transformasi terhadap fungsi produksi Cobb-Douglas, dan menghasilkan

H K L Y TFP G G G G G (1 ) ... (4A-2) Dimana G merepresentasikan pertumbuhan variabel dan , merepresentasikan proporsi biaya (cost share) dari masing-masing faktor produksi L dan K.

TFP adalah perubahan dalam output yang tidak dapat dijelaskan oleh perubahan dalam input dengan kata lain merupakan jumlah pertumbuhan yang tersisa (residu) setelah dikurangkan dengan kontribusi pertumbuhan masing-masing input (faktor produksi) yang terukur. TFP ini seringkali digunakan sebagai ukuran kemajuan teknologi atau peningkatan efisiensi tenaga kerja. Banyak hal yang dapat mempengaruhi TFP ini, misalnya meningkatnya pengetahuan tentang metode produksi yang lebih baik, peningkatan keterampilan pekerja, peningkatan modal fisik seperti mesin, infrastruktur dan lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, pokoknya TFP mencakup apa pun yang dapat mengubah hubungan diantara input dan output (Mankiw,2003).

Komparasi dayasaing komoditi pertanian antar negara-negara ASEAN-5 dan China, selain menggunakan pendekatan TFP, studi ini juga menganalisis dayasaing komoditi pertanian berdasarkan pendekatan dayasaing ekspor. Komparasi dayasaing komoditi masing-masing negara ASEAN-5 dan China pada pasar ekspor didasarkan pada beberapa indikator utama yakni (1) indikator pangsa pasar; (2) indikator indeks RCA (Revealed Comparatif Advetages), (3) Indikator indeks spesialisasi perdagangan dan indikator berdasarkan indeks komplementer perdagangan antara negara-negara ASEAN-5 dengan China.

Indikator pangsa pasar dimaksudkan untuk mengukur porsi pangsa pasar dunia yang dikuasai oleh setiap komoditi ekspor masing-masing negara-negara

ASEAN-5 dan China. Komiditi ekspor dari negara trtentu yang memiliki pangsa pasar paling besar mengindikasikan bahwa komoditi di ngara tersebut memiliki dayasaing yang lebih tinggi dalam mengakses pasar global. Secara matematis indeks pangsa pasar komoditi ekspor dirumuskan sebagai berikut.

100 Pasar Pangsa Indeks x W X i ij ...(4A-3) Selanjutnya, untuk mengetahui jenis komoditi apa di masing-masing negara yang memiliki dayasaing tinggi untuk mengakses pasar global, maka indikatornya didasarkan pada indeks revealed comparative adventage (RCA) . Semakin tinggi nilai RCA dari suatu komoditi yang berasal dari negara tertentu, maka semakin tinggi pula daya saing komoditi tersebut dalam persaingan di pasar global. Secara matematis indeks RCA dirumuskan sebagai berikut.

t i j ij W W X X RCA ... (4A-4)

Keterangan: Xij = nilai ekspor komoditas i dari negara j Xj = nilai ekspor total dari negara j

Wi = nilai ekspor komoditas i di pasar global/China

Wt = nilai ekspor total ke pasar global/China

Untuk melengkapi analisa daya saing komoditi di pasar global antara negara-negara ASEA-5 dan China, maka selain indikator pangsa pasar dan indikator RCA, studi ini juga menggunakan dua indikator lain yakni masing-masing indeks spesialisasi perdagangan dan indeks komplementer perdagangan. Indeks spesialisasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah komoditi pertanian yang dimiliki masing-masing negara ASEAN-5 dan China cenderung dieskpor atau cenderung diimpor. Mengacu pada pada model yang digunakan oleh Yoo dan

Kim (2006) dan Safriansyah (2010), maka indeks spesialisasi perdagangan dalam

studi ini dirumuskan sebagai berikut.

i i i i M X M X / ISP ... (4A-5) Keterangan: Xi = nilai ekspor komoditi i

Mi = nilai impor komoditi i

Nilai ISP berkisar antara -1 hingga +1, Jika nilai ISP -1 berarti negara tersbut hanya sebagai pengimpor komoditi i. Sedangkan ISP = +1 berarti negara tersebut

hanya sebagai pengekspor komoditi i. Dengan kata lain nilai ISP yang semakin mendekati nilai +1 berarti komodit i di negara tersebut cenderung diekspor.

Selanjutnya indeks komplementer perdagangan dimaksudkan untuk melihat kecocokan antara struktur permintaan impor suatu negara (pasar) dengan sruktur ekspor dari negara tertentu. Dalam studi ini indeks komplementer yang dianalisis adalah indeks komplementer perdagangan antara negara-negara ASEAN-5 dengan China. Negara ASEAN-5 yang memiliki struktur ekspor yang paling cocok dengan struktur kebutuhan impor di pasar domestik China akan memiliki indeks komplementer paling tinggi. Mengacu pada formula indeks komplementer yang digunakan oleh Mikic dan Gilbert (2009), Andriamananjara,

et., al (2010), dan Castro (2012), maka indeks komplemener perdagangan (IKP) antara negara-negara ASEAN-5 dengan China dirumuskan sebagai berikut.

100 2 / 1 IKP m x x i B i A i ... (4A-6) Keterangan: A i

m = proporsi impor komoditi i dari total impor negara A

B i

x = proporsi ekspor komoditi i dari total ekspor negara B

Nilai indeks komplementer perdagangan antara negara A dan negara B berkisar pada nilai 0 – 1. Nilai IKP yang mendekati nilai satu, berarti kedua nagara memiliki kecocokan dalam perdagangan. Nilai IKP yang mendekata nilai satu juga mengisyaratkan bahwa negara B memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan nilai ekspornya kepasar domestik negara A.