• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUARA TEWEH, KALIMANTAN TENGAH

MERAJUT MIMPI MEMBATIK

SLBN 1 MUARA TEWEH, KALIMANTAN TENGAH

Istiqomah, - SLBN 1 Muara Teweh, Kalimantan Tengah

Nama saya Istiqomah. Saya seorang guru honorer di SLBN 1 Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. Saya mengajar mulai dari tahun 2015 sampai sekarang. Di sekolah saya dipercaya sebagai guru keterampilan dalam bidang membatik. Pada tahun 2016 saya ditunjuk oleh kepala sekolah untuk melatih dan mendampingi peserrta didik mengikuti gebyar PKLK dan FIKSI di Bandung. Awalnya saya bingung karena saya belum mengetahui tentang ilmu membatik. Saya mulai mencari pengetahuan tentang membatik serta cara pengolahan kain batik melalui internet dan saya belajar secara otodidak.

Di daerah Kalimantan belum ada orang yang menjual alat dan bahan batik, oleh karena itu kami memesan ke Jawa alat dan bahan batik untuk praktik di sekolah. Pengadaan barang ini merupakan kendala yang kami alami karena ketika

bahan yang digunakan sudah habis kami harus memesan lagi dan itu membutuhkan waktu dan biaya pengiriman.

Dengan ilmu seadanya yang saya ketahui saya dan peserta didik mulai praktik membuat kain batik seperti sapu tangan, taplak meja, hiasan dinding dan sprei yang nantinya akan di jual pada saat mengikuti kegiatan FIKSI di Bandung. Peserta didik yang mengikuti kegiatan hanya 1 orang tetapi saya mengajak peserta didik yang termasuk kategori mampu seperti anak tunarungu dan tunagrahita ringan untuk ikut bersama-sama belajar membatik. Saya mulai mengajarkan peserta didik dari cara memotong kain, membuat pola, mencanting, pewarnaan, sampai tahap pelorotan lilin. Peserta didik saya ajarkan membatik dengan 2 cara yaitu batik tulis dan batik cap. Alat batik cap dipesan langsung dari Jawa.

Pada saat mengerjakan batik tulis proses

penyantingan banyak malam/lilin yang sering menetes ke kain. Selain itu pada saat pengerjaan batik cap juga malam/lilin sering bleber sehingga motif dari batik cap tersebut ada yang kurang jelas terlihat.

Pada tahap pewarnaan kain juga mengalami kendala. Warna yang di hasilkan kain ada yang berbeda-beda padahal takaran pencampuran warna sudah sesuai, mungkin dalam tahap pewarnaan kain ada teknik-teknik yang perlu di perhatikan. Warna kain ada yang terlihat cerah tetapi ada juga yanng terllihat kusam.

Selama 3 bulan saya melatih anak didik dengan pengetahuan yang terbatas. Terkadang ada beberapa guru

yang ikut serta membantu dalam memberikan ide atau pendapat, ada juga yang membantu dalam pengerjaan. Sebagian guru ada yang mendukung kegiatan tersebut namun ada juga sebagian guru yang tidak peduli dengan kegiatan tersebut. Terkadang banyak suara-suara negatif yang saya dengar namun saya tidak memperdulikannya karena saya hanya ingin fokus mengajar anak didik.

Setelah pengerjaan membatik selesai sampai pada tahap finishing, kain batik kami kemas dan siap untuk di jual serta dipamerkan pada kegiatan FIKSI. Alhamdulllah hasil karya batik peserta didik ada beberapa yang terjual walaupun dengan hasil yang kurang maksimal tetapi bisa membuat peserda didik merasa senang karena hasil karya mereka mempunyai nilai jual dan dihargai.

Sejak itu saya ingin mengembangkan keterampilan membatik di sekolah. Namun dengan keterbatasan ilmu yang saya dan guru-guru lainnya kurang maka keterampilan membatikpun macet/ tidak berjalan dengan baik.

Sewaktu kemarin kepala sekolah bicara

menyampaikan ada pelatihan keterampilan membatik dan menunjuk saya untuk mengikuti pelatihan tersebut saya merasa senang karena ini merupakan kesempatan bagi saya untuk mendapatkan ilmu yang benar-benar dari orang yang ahli dalam bidang membatik. Dengan membawa pola motif khas daerah saya pergi ke Jogja mengikuti pelatihan. Ketika sampai di sana saya senang bisa bertemu teman-teman dari seluruh provinsi serta mengenal dan mendengarkan

kisah-biasa yang sudah maju. Setelah itu, kami dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan bidang keterampilan masing-masing. Ada 12 peserta yang mengikuti pelatihan membatik, ada yang dari Kalteng, Kalsel, Makasar, Gorontalo, Jakarta, Riau, dan beberapa kota dari pulau Jawa.

Saya dan teman-teman yang lainnya praktik magang membatik di Sentra Batik Tulis Giriloyo, Imogiri, Bantul selama 5 hari. Saya dan teman-teman menginap di sebuah Homestay karena disekitar tempat kami magang tidak ada hotel dan jarak untuk ke kota cukup jauh juga. Pada saat mulai praktik membatik, benar-benar saya perhatikan setiap langkah-langkah yang dilakukan dalam proses membatik. Dengan sedikit modal ilmu dan keterampilan yang pernah saya ajarkan ke peserta didik, saya tidak begitu mengalami kesulitan pada saat proses membatik. Yang ingin saya benar-benar ketahui dan membuat saya masih bingung yaitu pada saat proses pewarnaan kain. Pada saat proses pewarnaan kain, kami ditawarkan dengan menggunakan 2 teknik pewarnaan yaitu teknik colet dan teknik celup.

Saat itu saya ingin mengetahui dan mencoba menggunakan kedua teknik tersebut agar pada saat sampai di sekolah saya bisa mengajarkan peserta didik tentang cara mewarna dengan menggunakan 2 teknik pewarnaan tersebut. Pada proses pewarnaan yang pertama saya menggunakan teknik colet agar menghasilkan berbagai macam warna. Setelah pewarnaan tahap pertama selesai dilanjutkan dengan nembok menggunakan malam/lilin agar menjaga warna yang sudah di colet tadi biar warna tidak

tercampur pada saat tahap pewarnaan kedua. Tahap pewarnaan kain yang kedua saya menggunakan teknik celup untuk mewarnai warna dasar kain. Setelah pewarnaan selesai

dilanjutkan dengan pelorotan atau menghilangkan

malam/lilin pada kain.

Pada saat mencampurkan bahan racikan pewarna, saya dan teman-teman masih belum baegitu memahami tentang takaran, cara mencampurkan pewarna ke dalam air. Karena pada saat itu yang mencampurkan racikan pewarna yaitu pelatihnya. Setelah kagiatan praktik selesai saya meminta penjelasan kepada pelatih tentang tata cara mencampurkan bahan pewarna, dan pelatihnya memberi fotocopy an makalah pewarna saja. Ya mungkin makalah yang diberikan bisa cukup membantu pada saat praktik di sekolah. Kalau ada yang belum dipahami tentang pewarnaan saya bisa menghubungi pelatih karena saat itu saya minta nomor handphonenya.

Sepulangnya saya dari kegiatan pelatihan

keterampilan, saya membuat sebuah RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang dimana kegiatan membatik akan saya lanjutkan dan saya ajarkan kepada peserta didik. Membatik bisa menjadi salah satu keterampilan yang akan diajarkan pada tahun ajaran baru. Hasil dari kain batik yang sudah jadi bisa digunakan untuk keperluan sekolah terlebih dahulu misalnya untuk taplak meja. Jika keterampilan membatik sudah maju dan menghasilkan kain batik yang mempunyai nilai jual, rencananya pihak sekolah akan membeli kain batik yang dihasilkan anak untuk dibuat seragam sekolah yang di pakai

untuk guru dan peserta didik lainnya. Jadi sekolah mempunyai seragam khas batik sendiri.

Pada saat mengikuti kegiatan workshop di hotel, saya mendengarkan narasumber tentang sekolah luar biasa yang dalam bidang keterampilannya sudah berkembang di masyarakat. Saat itu saya berangan-angan andaikan sekolahan di daerah saya bisa berkembang dan maju seperti

sekolah-sekolah yang ditampilkan narasumber. Bisa

membuka sebuah lapangan pekerjaan untuk anak-anak peserta didik yang sudah lulus sehingga anak-anak bisa mandiri dalam menjalani hidup yang lebih baik lagi. Karena di daerah Kalteng khusunya di daerah Barito Utara belum ada pengrajin batik. Di daerah saya Barito Utara sudah memiliki motif khas daerah yaitu motif Saluang Tewei dan motif Pisang Bangkaran. Kedua motif khas daerah ini masih belum merakyat karena masyarakat masih belum mengetahui tentang motif ini. Seandainya ada pengrajin batik di daerah saya mungkin bisa mengembangkan kedua motif batik khas daerah.

Di sekolah kami rencananya akan mengadakan pelatihan membatik untuk guru-guru SLB yang berada di daerah sekitaran Barito, dengan jumlah peserta maksimal 15 orang. Dengan adanya pelatihan membatik kemarin sangat membantu dalam mengembangkan ilmu yang saya miliki. Rencana kegiatan ini masih dalam proses pengurusan dan semoga bisa segera terlaksana. Tujuan dari kegiatan ini yaitu agar guru-guru SLB dapat mengetahui tentang cara

mengembangkan batik Kalteng. Selain itu bersama-sama kedepannya bisa membuat suatu lapangan pekerjaan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Dengan adanya pelatihan tentang membatik ini saya berharap dapat memperkenalkan dan mengembangkan batik khas daerah Barito Utara kepada masyarakat sekitar ataupun masyarakat luar daerah serta dapat membuka peluang kerja dan usaha untuk anak-anak berkebutuhan khusus setelah lulus sekolah. Sehingga anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai keahlian dan bisa hidup mandiri ketika berada di lingkungan masyarakat.

Demikian merajut mimpi yang bisa saya sampaikan setelah mengikuti dan mendapatkan ilmu dari pelatihan keterampilan. Semoga apa yang saya harapkan dapat terwujud seiring berjalannya waktu dan usaha yang saya lakukan.