• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Asma Tuhan

II. Nama YHWH

Nama YHWH (6.828 kali dalam PL) tak disebut pada kitab Pengkhotbah, Ester, Kidung Agung,14 dan rangkaian dialog Ayub 3-27 dengan ketiga sahabatnya. Berikut akan dibahas lafal, etimologi, epitet YHWH yang paling sering.

A. Lafal

Dalam bahasa Ibrani, tanda vokal untuk nama

hw"hy>

(YHWH)

diambil dari tanda vokal

yn"doa]

’adonay dan lafal paling harfiah untuk nama itu adalah

hw"hoy>

yĕhowa (Jer. Jehovah), lafal yang diperkenalkan Petrus Galatinus (±1520). Lafal produk Reformasi itu tak mengakui konvensi tradisi Masora yang menyebutnya ADONAY

14 Sufiks -ya (tanpa mappiq) pada TM šalhebetya (Kid. 8:6) merupakan bagian integral kata, sesuai dengan tradisi Ben Asyer (bdk. LXX phloges autes “nyala apinya”; Vg. atque flammarum “dan dari nyala api”). Tradisi Ben Naftali membacanya sebagai sufiks -yah (dengan mappiq), kependekan nama YHWH (TB “nyala api TUHAN”; juga NASB, NJB), seperti halӗlu-yah (Mzm. 146:1

“pujilah TUHAN”). Cara lain membaca šalhebetyah adalah -yah dalam kedudukan genitif sebagai epitet yang menyangatkan (GBH, §141 n “a frightful flame”), bukan api biasa (BIMK “api yang berkobar dengan dahsyat”;

N/KJV, RSV “a most vehement flame”; NRSV “a raging flame”; TNK “a blazing flame”; NIV “a mighty flame”).

38 dan populer sampai akhir abad ke-19,15 mungkin Kristen Jerman pada masa itu sudah memiliki sikap antisemit (Freedman, V.501).

Lafal yĕhowa masih dipakai KJV beberapa kali, ASV konsisten, Alkitab Batak, Nias, dan Mandarin, dan aliran Saksi-saksi Yehuwa, tetapi tak dipakai orang Yahudi sebab memang bukan begitu cara menyebut nama Tuhan mereka (Mettinger, 16).

Jauh sebelum Reformasi, para bapak gereja sudah mengenal lafal yahwe (Anderson, II.409, 817). Menurut Theodoret dari Kiros (393-466 M), orang Samaria juga melafalkan iabe. Klemen dari Aleksandria (150–215 M) melafalkan iaoue. Papirus Mantra Mesir (akhir abad ke-3) menegaskan lafal para bapak gereja, terutama Theodoret. Lafal seperti ini didukung langsung dari PL dengan yah (25 kali) sebagai kependekan nama YHWH (Mzm. 68:19 yah ’elohim

“TUHAN Allah”). Sebagai objek imperatif halĕlu, yang mengajak umat memuji YHWH (terutama pada awal dan akhir pujian bagi Tuhan dalam Mzm. 146-150), yah membentuk kata baru halĕlu-yah (Mzm. 150:6 “haleluyah”; bdk. Mzm. 148:1, 7 halĕlu ’et-yhwh

“pujilah TUHAN”). Ada juga -ya dan -yahu sebagai suku akhir nama Ibrani (Yer. 40:14 nĕtanya “Netanya”; 41:9 nĕtanyahu) atau yo- atau yĕho- sebagai suku pertamanya (Yeh. 1:2 yoyakin “Yoyakhin”; bdk.

2Raj. 24:6 yĕhoyakin).

Pascapembuangan, pemahaman Israel tentang keunikan dan transendensi YHWH menguat. Nama YHWH semakin tak dipakai baik lisan maupun tulisan, kecuali dalam ibadah di Bait Suci dan pengambilan sumpah. Ada indikasi nama YHWH selama abad ke-5 SM tak lagi diucapkan Yahudi Palestina dilatari keyakinan bahwa nama itu memiliki kekuatan gaib (Bickerman, 41f) dan tidak boleh disalahgunakan (Mettinger, 15f), mungkin ada hubungannya dengan perintah ketiga Dekalog (Kel. 20:7//Ul. 5:11 “jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan”). Mungkin karena orang yang tahu nama Tuhan merasa bisa mengontrol suatu efek gaib,16 YHWH enggan memberitahukan nama-Nya kepada Yakub (Kej. 32:29), Musa (Kel. 3:13-14 ), dan Manoah (Hak. 13:17-18). Meski demikian, Alkitab menolak gagasan bahwa ada kekuatan

15 BDB, 218; Anderson, II.817; Kelley, § 16.6.

16 Yesus pernah menanyakan nama dari roh jahat yang sedang merasuk seseorang (Mrk. 5:9). Ada yang mengira nama Yesus bisa dimanipulasi seperti dalam praktik magis (Kis. 19:13-17).

39 gaib di balik nama YHWH atau mantra manusia dapat mengontrol YHWH sebagai pemilik kekuatan gaib tersebut (bdk. Bil. 22-24).

Nama YHWH tidak untuk dirahasiakan atau diketahui sekelompok orang tertentu (Preuss, I.140).

Memang nama di Timur Tengah kuno bukan hanya identitas tetapi juga orangnya seperti apa (1Sam. 25:25 “Nabal/nabal namanya dan bebal/nĕbala orangnya”).17 Nama YHWH menyatakan siapa sesungguhnya Tuhan bangsa Israel. Oleh nama-Nya, YHWH menuntun umat di jalan yang benar (Mzm. 23:3) dan menahan diri untuk tidak marah (Yes. 48:9). Dengan nama YHWH, umat memohon berkat (Bil. 6:27; Ul. 10:8; 2Sam. 6:18), pengampunan (Mzm. 25:11), keselamatan (Mzm. 143:11), juga pembelaan meski mereka telah berdosa (Yer. 14:7). Ada kekuatan dalam nama YHWH.18 Nama YHWH juga kudus (Mzm. 30:5). Kekudusan itu berimplikasi pada larangan bersumpah palsu (Im. 19:12; Mzm.

24:4).19 Sembarangan menyebut nama YHWH menurunkan derajat-Nya dari Tuhan ke makhluk. Bagaimana orang Yahudi bisa kudus jika tidak menguduskan yang menguduskan mereka (bdk. Im.

22:32)?20 Tampaknya dalam konteks ini, salah satu jilid dari Kitab Mazmur didominasi kata ’elohim (Mzm. 42-83). Dalam dua mazmur paralel, pemakaian ’elohim (Mzm. 53:3, 5-7) ditukar dengan yhwh (Mzm. 14:2, 4, 6-7). Juga frasa ’elohe haššamayim sering dipakai (2Taw. 36:23; Ezr. 1:2; Neh. 1:4; Mzm. 136:26 “Allah semesta langit”; Dan. 2:18, 19, 37, 44 Aram ’ela šӗmayya; bdk. 2Taw. 32:19

17 Perubahan nama seseorang dalam PL menyatakan perubahan diri yang bersangkutan secara substansial dan pihak yang mengubah nama selalu lebih tinggi dari pemilik nama itu.

18 Semua orang yang percaya dalam nama Yesus memperoleh kuasa jadi “anak-anak Allah” (Yoh. 1:12).

19 Sumpah bisa dalam rangka janji melakukan sesuatu atau meneguhkan kebenaran perkataan seseorang. Tuhan (yang tahu isi hati manusia) diminta sebagai saksi, lebih jauh lagi, sebagai hakim yang akan menghukum apabila tak sesuai. Nama Tuhan tidak boleh dipakai hanya untuk meyakinkan pihak lain, padahal sudah ada niat untuk ingkar atau membohongi. Proses pengadilan dalam PL tak didahului dengan angkat sumpah menurut agama.

Pengambilan sumpah dilakukan jika kesaksian dan bukti materiel tidak cukup, guna menghindari proses pengadilan yang berlarut-larut. Pada dasarnya Perintah Ketiga tak berlaku untuk pengambilan sumpah menurut agama masing-masing seperti dalam pengadilan atau sumpah jabatan di Indonesia.

20 “Dikuduskanlah nama-Mu” (Mat. 6:9) bukan hanya menyebut nama Tuhan, tetapi juga sikap hormat (Morris 1992, 144f).

40

’elohe yӗrušalaim “Allah Yerusalem”; Ezr. 7:19 Aram ’ela yӗrušlem

“Allah di Yerusalem”), sebuah cara Persia dan Aram menyebut dewa tertinggi. Sebutan lain adalah Surga (Dan. 4:26/23) dan Yang Lanjut Usianya (Dan. 7:9). Yahudi Rabinik membedakan nama YHWH dari sebutan generik Tuhan, atribut (Yang Mahakudus, Yang Maha Pemurah, Yang Mahatinggi) atau epitet-Nya (Raja, Tuhan, Bapa), yang sebagian terdapat dalam PL dan sebagian lagi kreasi para rabi untuk menghindari penyebutan YHWH.

Malah, tulisan-tulisan Yahudi berbahasa Aram pada periode Bait Suci Kedua tak mencantumkan Tetragrammaton, kecuali mungkin versi Aram Kitab Tobit sebagai peningkatan sebutan ’lh’

atau ’lwhym untuk Allah (bdk. Machiela). Pada abad ke-3 SM, orang Yahudi yang berbahasa Yunani di Palestina mulai menyebut Allah sebagai Hupsistos (Bil. 24:16 “Yang Mahatinggi”; bdk. Mat. 21:9;

Luk. 1:35; Kis. 7:48). Bentuk Tetragrammaton di dalam Naskah-naskah Laut Mati sengaja ditulis kurang jelas (bukan bentuk inskripsi dari masa lebih kuno, juga bukan bentuk huruf empat persegi yang lazim waktu itu), malah tempat yang seharusnya untuk Tetragrammaton hanya diwakili dengan empat titik (Lat.

tetrapuncta).

Tidak jelas apakah sakralisasi nama YHWH berlangsung spontan atau disengaja. Mishnah (Sanh. 10:1) menegaskan,21 dosa-dosa yang membuat orang kehilangan hak sebagai waris zaman yang akan datang adalah menyangkal kebangkitan orang mati, menyatakan hukum Taurat tidak datang dari surga, dan menyebut nama YHWH. Yang jelas, karena efek sakralisasi itu, orang Yahudi lambat laun berhenti mengucapkan nama itu, lafalnya semakin tak jelas dan jadi misteri, bahkan sudah tak diucapkan lagi sebelum agama Kristen hadir. Tidak lama sesudah kehancuran Bait Suci untuk kedua kalinya (70 M), memori kolektif untuk lafal YHWH mungkin juga lenyap sehingga Tetragrammaton benar-benar hanya penanda untuk Tuhan bangsa Israel tidak untuk diucapkan (Kuhn, III.92-94).22 Untuk mengucapkan nama YHWH, dipakai kata lain seperti ’adonay atau haššem.

21 Mishnah adalah tradisi tua-tua dan hukum lisan Yahudi yang jadi tertulis pada akhir abad ke-2.

22 Seorang ibu dari jemaat GPIB di Jakarta pernah membandingkan nama YHWH dengan tokoh paling ditakuti dalam novel Harry Potter: Lord

41 Kata Ibrani ’adonay (dengan qameṣ) semasa prapembuangan sudah dipakai sebagai panggilan untuk Tuhan (Kej. 18:27; 20:4 dari mulut Raja Abimelekh) memiliki arti sendiri dan untuk YHWH dipakai terutama saat berdoa (Fohrer, 373f).23 Sakralisasi nama YHWH semasa intertestamental membuat sebutan ’adonay (Qr paling terkenal dan terpenting) dibakukan untuk YHWH sebagai penguasa alam semesta. Menjadi penting bahwa LXX memakai kata Yunani kurios baik untuk YHWH maupun Tuhan,24 termasuk vokatif kurie.25 Kitab suci Ibrani dalam bahasa Inggris (N/JPSV) cukup dengan “the LORD” dan itu konvensi internasional untuk penulisan (bukan terjemah) nama YHWH.

Sebutan lain untuk YHWH yang masih populer hingga kini adalah haššem juga memiliki akar alkitabiah. Ketika seorang Israel (bapaknya Mesir) berkelahi dengan seorang Israel lain, ia menghujat haššem (“nama itu”; LXX to onoma). Karena sanksinya hukuman mati, haššem pun merujuk nama YHWH (BDB, 1028).

Demikian TB “nama TUHAN” (KJV “the name of the LORD”; NAB

“the LORD’s name”).26 B. Etimologi dan Ehye

Sejak 1947, ada hipotesis bahwa nama YHWH berasal dari sumber-sumber Mesir setua abad ke-15 SM, semasa Kerajaan Baru, bukan nama yang unik Israel. Hipotesis lain mengaitkan nama itu dengan wilayah bernama sa-‘r-ir yang dihuni kaum nomad Shasu (bdk. Seir di Alkitab), wilayah pegunungan di Voldemort. Nama sebenarnya Tom Marvolo Riddle, tetapi tokoh-tokoh dalam novel itu sering menyebutnya “Kau-Tahu-Siapa” atau “Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut”.

23 Apabila untuk manusia, ’adonay “tuanku” (dengan pataḥ atau ’adoni) sebutan hormat untuk sosok yang superioritasnya diakui (Kel. 21:5 majikan; 1Sam.

22:12 raja; 2Sam. 11:11 panglima perang; 1Raj. 18:7 nabi; Yos. 5:14 malaikat teofani; Kej. 18:12 suami; 31:35 ayah).

24 Bdk. yhwh ... ’adonay (Am. 7:8 kurios ... kurios “TUHAN ... Tuhan”), ’adonay ...

wayhwh (Yes. 3:17 ho theos ... kai kurios “Tuhan ... TUHAN”), ’adonay yhwh ...

’adonay (Mi. 1:2 kurios ... kurios “Tuhan ALLAH ... Tuhan”).

25 Bdk. yhwh ... ’adonay (Kel. 15:17 kurie ... kurie “ya TUHAN ... ya TUHAN”), yhwh ... ’el-’adonay (Mzm. 30:9 kurie ... pros ton theon “ya TUHAN ... kepada Tuhanku”).

26 Dalam PB, formula baptisan “nama (to onoma) Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19), dengan kata Yunani untuk nama (bukan nama-nama) dalam bentuk tunggal merefleksikan keesaan Trinitas (Morris 1992, 748).

Juga to onoma untuk Yesus Kristus (Kis. 3:16; 5:28 “Nama itu”).

42 selatan seberang Sungai Yordan (dekat Edom) dan dikaitkan dengan tempat asal penyembahan YHWH. Hipotesis lain lagi mengasalkan nama itu dari tradisi suku Keni (memiliki hubungan erat dengan Musa) atau dari tradisi orang Het.

Yang paling sering adalah mengaitkan pemakaian nama YHWH dalam konteks teofani semak duri yang terbakar tetapi tak hangus, ketika YHWH untuk pertama kalinya menyatakan nama itu kepada Musa. Musa yang besar di istana Mesir sadar dirinya sedang berada di hadapan Tuhan nenek moyangnya, “Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub” (Kel. 3:6). Ketika ia mendapat pengutusan (boleh dikatakan secara manusiawi mission impossible), ia pun bertanya tentang nama Tuhan yang mengutusnya (Kel. 3:13 ma-šěmo “bagaimana tentang nama-Nya?”). Berbeda dari pertanyaan mi šěmeka (Hak. 13:17

“siapakah nama-Mu?”) yang ingin tahu nama sebagai identititas, ma-šěmo lebih pada signifikansi nama Tuhan, sebab Musa (juga orang Israel) tidak sedang ingin tahu nama Tuhan (IBHS, 320n11). Nama Tuhan sebagaimana dikenal nenek moyang Israel tak memadai untuk situasi Israel yang sedang diperbudak di Mesir, memperlihatkan Tuhan tak berdaya (Anderson, II.409).

Orang Mesir sendiri terkenal dengan panteonnya (korps para dewa), masing-masing dewanya punya nama, berkuasa, dan kerja sama di antara mereka amat baik.27 Panteon Mesir mendominasi tiap aspek kehidupan orang Mesir dan membuat bangsa itu berjaya di antara bangsa-bangsa, bahkan Firaun mengeklaim dirinya keturunan dewa. Bagaimana bisa Tuhan nenek moyang Israel membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir?

Pertanyaan ma-šěmo tidak hanya menanyakan nama Tuhan, tersirat juga “memangnya Dia bisa apa?” (Durham, 37f).

Lalu, YHWH memperkenalkan diri kepada Musa (Kel. 3:14-15).

’ehye ’ašer ’ehye ... ’ehye šĕlaḥani ’alekem ...

yhwh ’elohe ’abotekem ’elohe ’abraham ’elohe yiṣḥaq we’lohe yiṣḥaq we’lohe ya‘aqob šĕlaḥani ’alekem ze-ššĕmi lĕ‘olam wĕze zikri lĕdor dor

27 (Childs 1974, 69f, 74f.

43 AKU ADALAH AKU ... AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu ...

YHWH, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun

Biasanya penjelasan untuk sebuah nama datang sesudah nama itu disebut, tetapi penjelasan nama YHWH justru datang sebelumnya (Coats 1999, 37). Karena nama YHWH dihubungkan dengan ungkapan ’ehye ’ašer ’ehye, ada hipotesis membaca yod dari YHWH sebagai tinggalan prefiks imperfektum yhyh.28 Secara gramatikal, ’ehye imperfektum bisa “I am” atau “I will be”. Frasa unik ’ehye ’ašer ’ehye pun diterjemahkan menurut kala mendatang (future tense) oleh terjemahan kuno Yunani (Aq, Th esomai hos esomai). Total ’ehye dalam PL 64 kali (Bernhardt dll, 380), mungkin tiga kali dalam kala kini (Ayb. 7:20; 12:4; Rut 2:13), satu kali dalam kala lampau (Ayb. 3:16; TNK “why was I not like a buried stillbirth”), selebihnya dalam kala mendatang atau sekurang-kurangnya modus optatif (*Mzm. 50:21 “kaupikir Aku seperti engkau”). Apabila 22 waw-konsekutif ’ehye diabaikan, ada ’ehye (29 kali) dalam bentuk penyataan YHWH tentang diri-Nya dan ’ehye (22 kali) dalam konteks perjanjian.

Maka, ’ehye ’ašer ’ehye dibaca dalam konteks perjanjian YHWH-Israel (kurang lebih sebagai nama perjanjian) dan diterjemahkan

“I will be who I will be” (Bernhardt dll, 381).

Namun, ’ehye ’ašer ’ehye bukan dalam konteks perjanjian (bdk.

Kel. 19, 24), bukan perjanjian YHWH-Musa.

Hipotesis lain mengasalkan nama YHWH dari Hifil hyh (menyebabkan sesuatu ada), tetapi sayang tak ada satu pun contoh kausatif dari 3561 kali pemakaian akar hyh. Namun, sulit mengaitkan nama YHWH dengan penciptaan apabila diterima bahwa tema penciptaan baru menjadi penting semasa pascapembuangan (Terrien 1978, 116-19).29 Sebagai alternatif akar hyh, nama YHWH dikaitkan dengan akar hwh (bdk. Kej.

27:29; Yes. 16:4 “jadilah”), yang kemudian diasumsikan

28 Cross 1973, 60-75; Blommendaal, 44; Andersen and Freedman, 199; Sarna 1991, 17f.

29 Yang dimaksud adalah pembuangan orang Yehuda ke Babilonia (abad ke-6 SM).

44 berkembang menjadi bentuk standar hyh seperti perkembangan di dalam bahasa Akkadia,30 Amori, dan Aram.31

Pendekatan etimologis untuk nama YHWH tampaknya spekulatif (Vriezen, 128f). Ungkapan ’ehye ’ašer ’ehye pun bukan etimologinya, melainkan permainan bunyi yang mirip (Speiser, 38), seperti ’iš ... ’išša (Kej. 2:23 “perempuan ... laki-laki”), qayin ... qaniti (Kej. 4:1 “Kain ... aku telah mendapat”), babel ... balal (*Kej. 11:9

“Babel ... mengacaukan”). Bagi orang Israel, YHWH bukan “Allah yang tidak dikenal” (Kis. 17:23), dikenal lewat penampakan (teofani) tetapi nama-Nya tetap misteri, mengelak untuk didefinisikan (elusif) “untuk selama-lamanya ... turun-temurun”, Deus revelatus atque absconditus (Terrien 1978, 119).

Konstruksi ’ehye ’ašer ’ehye (pengulangan ’ehye disela pronomina relatif ’ašer) adalah unik dan janggal (lebih wajar ’ani ’ašer ’ani), sehingga unik dan janggal pula terjemahannya. Kendati demikian, konstruksi dalam bahasa Inggris “I am he who is” (NJB) lebih wajar daripada “I AM WHO I AM” (NASB, NIV, N/RSV). Menurut Maimonides (h. 94f), padanan ’ašer dalam bahasa Arab adalah illadi atau illati dan itu harus disempurnakan oleh nomina lain sehingga ’ehye ’ašer wajar dilanjutkan dengan ’ehye. Pronomina ’ašer merujuk ’ehye pertama dengan subjek YHWH dan ’ehye kedua berfungsi predikatif mengidentifikasi ’ehye pertama. Karena subjek dan predikat ini identik, ’ehye pertama menjadi subjek yang diterangkan oleh ’ehye kedua sebagai predikat. Tampaknya ada permainan kata dalam ’ehye ’ašer ’ehye merujuk kodrat YHWH yang ada bukan secara konseptual, ada sebagai hasil olah akal atau proyeksi pikiran manusia, juga bukan sebagai bagian dari alam seperti Dewa Matahari atau Dewa Bulan (Knight, 10), melainkan Ada yang selalu mengaktivasi diri, Ada yang selalu ada, Tuhan yang dinamis dan berkarya dalam sejarah. Maka, tak tepat ’ehye dalam kala lampau atau kala mendatang (Durham, 39). Dengan pengulangan gagasan ada, ’ehye ’ašer ’ehye menegaskan kemutlakan adanya YHWH, ada yang tak pernah tiada, diikuti

30 Orang Akkadia adalah gelombang migrasi paling awal orang Semit di Mesopotamia. Bahasa Akkadia kemudian menjadi dialek yang dipakai orang Asyur dan Babilonia.

31 Mettinger, 31f; Terrien 1978, 116; Sarna 1991, 17.

45 sebuah penjelasan bahwa ’ehye ’ašer ’ehye adalah ’ehye yang mengutus Musa kepada bangsa Israel. Sebelum nama YHWH dinyatakan, empat kali ’ehye mewakili nama itu sebagai yang sedang berfirman kepada Musa (Kel. 3:12, 14, 15).

’ehye menyertai engkau

’ehye ’ašer ’ehye ... ’ehye mengutus aku kepadamu (’ehye šĕlaḥani ’alekem)

YHWH ... telah mengutus aku kepadamu (yhwh ... šĕlaḥani ’alekem) Tuhan berjanji menyertai Musa dalam dua formula pengutusan sejajar: ’ehye yang mengutus Musa juga ’ehye yang menyertainya.

Demikian penyataan nama YHWH dalam konteks misi besar yang diemban Musa dan janji penyertaan untuknya.

Bukan hanya sejajar nama YHWH, ’ehye juga sebuah bentuk lain nama yhwh32, menegaskan Tuhan yang menyatakan diri melalui nama YHWH secara substansial berbeda dari ilah lain.

Membaca ’ehye sebagai nama YHWH mendapat dukungan Kitab Hosea yang memiliki kesejajaran tematis dengan Kitab Keluaran.

Pertama, penekanan Musa sebagai nabi (Hos. 12:14  Kel. 4:12-16;

Ul. 18:15). Kedua, situasi Mesir sebagai awal pengalaman iman Ibrani (Hos. 12:10). Ketiga, Israel sebagai anak sulung YHWH (Kel.

4:22) menjauhi Tuhan mereka dengan mempersembahkan kurban kepada ilah lain (Hos. 11:1-2).

Lebih lanjut, perhatikan kesejajaran antara ’attem (kamu) dan ’anoki (aku) serta lo’-‘ammi dan lo’-’ehye lakem pada Hosea 1:9.

qĕra’ šĕmo lo’ ‘ammi ki ’attem lo’ ‘ammi wě’anoki lo’-’ehye lakem berilah nama Lo-Ami kepada anak itu, sebab kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu. (TB)

Jelas lo’ ‘ammi (har. “bukan umatku”) pertama adalah nama yang bunyinya diambil dari lo’ ‘ammi kedua, merujuk Israel yang tidak hidup sebagai umat Tuhan dan tidak memperlakukan YHWH

32 IBHS, 93; Cross 1973, 68; Sarna 1991, 17f. Perubahan konsonan lazim dalam pembentukan kata Ibrani dengan salah satu polanya yod jadi alef, juga fenomena linguistik dalam bahasa Amori (Freedman, V.513).

46 sebagai Tuhan. Secara harfiah, wě’anoki lo’-’ehye lakem dapat diterjemahkan “and I do not exist for you” (NJB; bdk. TOB), tetapi kurang bermakna. Ada juga usulan perbaikan teks Ibrani sehingga lakem dibaca ’elohehem (bdk. Hos. 1:7 ’elohehem “Allah mereka”; *“dan Aku bukan Allah mereka”). Yang paling populer adalah usulan perbaikan teks dari editor BHS yang membaca lakem sebagai ’elohekem (TB, NIV, N/RSV; N/KJV, TNK, NAB “and I will not be your God”). Usulan perbaikan teks disebabkan ’ehye di sini tak dibaca sebagai nama untuk YHWH, sementara ‘ammi sudah dibaca sebagai nama untuk Israel.

Perbaikan teks Ibrani tak perlu apabila merujuk LXX kai ego ouk eimi humon “dan aku bukan eimi kalian”.33 TNK memperlakukan ’ehye dalam Kitab Keluaran sebagai nama YHWH (Kel. 3:14 “Ehyeh-Asher-Ehyeh ... Ehyeh sent me to you”). Kitab Hosea membuat sejajar sekaligus kontras antara lo’-‘ammi dan lo’-’ehye (Hos. 1:9). Ada kesejajaran tema di antara kedua kitab itu. Kata ’ehye pada Kitab Hosea merupakan alusi teofani YHWH di Gunung Sinai (de Vaux 1978, 356f): ’ehye (Kel. 3:14)  lo’-’ehye (Hos. 1:9) dan ‘ammi (Kel. 3:10 “umat-Ku”)  lo’-‘ammi (Hos. 1:9;

2:22/25 “Lo-Ami”). Karena Israel tak setia, YHWH tak mau disebut sebagai mereka lagi (fungsi posesif diambil lakem) dan lo’-’ehye lakem bisa berarti “bukan Ehye kalian”.34 Maka, ’attem lo’

‘ammi wě’anoki lo’-’ehye lakem bisa dibaca “kalian bukan Ami dan Aku bukan Ehye kalian”.35 Ketika perjanjian dengan Israel diperbarui, mereka tak lagi disebut Lo-Ami dan kembali disebut Ami (‘ammi “umat-Ku”) dan TUHAN disebut dengan sebutan personal ’elohay (Hos. 2:23/25 “Allahku”).

C. Epitet ṣĕba’ot

Keunikan YHWH ditegaskan dengan epitet ṣĕba’ot (285 kali), termasuk untuk atau ’elohim sebagai ganti YHWH, epitet yang paling sering dan eksklusif.36 Beberapa versi terjemahan Alkitab mempertahankan eksklusivitas itu dengan membiarkan saja dan tak

33 Andersen and Freedman, 198f; Mettinger, 30.

34 Terrien 1978, 117; Andersen and Freedman, 198.

35 JPSV “and I will not be yours”; L45 “so will ich auch nicht der Eure sein.”

36 van der Woude, 1043; Zobel, XII.216.

47 menerjemahkan epitet ṣĕba’ot (L45 “HErr Zebaoth”; N/KJV “the Lord of Sabaoth”).

Ada sepuluh varian pemakaian epitet ṣĕba’ot (Mzm. 80:8

’elohim ṣĕba’ot “Allah semesta alam”; Am. 5:27 ’elohe ṣĕba’ot “Allah semesta alam”;37 2Sam. 5:10 yhwh ’elohe ṣĕba’ot “TUHAN, Allah semesta alam”; Mzm. 59:6 yhwh ’elohim ṣĕba’ot “TUHAN, Allah semesta alam”; Hos. 12:6/5 yhwh ’elohe haṣṣĕba’ot “TUHAN, Allah semesta alam”; Am. 5:16 yhwh ’elohe ṣĕba’ot ’adonāy “TUHAN, Allah semesta alam, Tuhanku”; Am. 3:13 ’adonay yhwh ’elohe haṣṣĕba’ot

“Tuhan ALLAH, Allah semesta alam”; Yer. 2:19 ’adonay yhwh ṣĕba’ot

“Tuhan ALLAH semesta alam”; Yes. 1:24 ha’adon yhwh ṣĕba’ot

“Tuhan, TUHAN semesta alam”; Am. 9:5 ’adonay yhwh haṣṣĕba’ot

“Tuhan ALLAH semesta alam”).

Epitet ṣĕba’ot dibedakan dari epitet etiologis seperti yhwh yera’e nama tempat untuk mengurbankan Ishak (*Kej. 22:14

“TUHAN menyediakan”), yhwh nissi nama mezbah yang didirikan Musa (*Kel. 17:15 “TUHAN adalah Panjiku”; N/JPSV “Adonai-nissi”), yhwh šamma (Yeh. 48:35 “TUHAN HADIR DI SITU”). Epitet ṣĕba’ot juga dibedakan dari karakteristik yhwh seperti yhwh ro‘i untuk jaminan pemeliharaan (Mzm. 23:1 “TUHAN adalah gembalaku”), yhwh šalom (*Hak. 6:24 “TUHAN Sumber Sejahtera”; N/JPSV

“Adonai-shalom”), yhwh ṣidqenu (Yer. 23:6; 33:16 “TUHAN keadilan kita”).

Nomina ṣĕba’ot (jm.) dari kata ṣaba’ (tg.) yang memiliki tiga arti.38 Pertama, pekerjaan (Bil. 4:3; 8:24 “wajib tugas”; Yes. 40:2

“perhambaan”). Kedua, pasukan atau kelompok besar (host), bisa tentara manusia (Hak. 8:6), bala tentara surga (*1Raj. 22:19 ṣĕba’

haššamayim “malaikat”), benda-benda langit (selalu tg.) seperti matahari, bulan, dan bintang (Ul. 4:19 ṣĕba’ haššamayim). Ketiga, perang (2Taw. 28:12 haṣṣaba’; Bil. 31:14 ṣĕba’ hammilḥama

“peperangan”).

Bentuk ṣĕba’ot mungkin jamak intensif untuk suatu pengertian abstrak (van der Woude, 1045). Tiga padanan yhwh ṣĕba’ot di dalam LXX untuk Tuhan, paling banyak kurios

37 Frasa ’elohe ṣĕba’ot (bukan nama) merupakan salah satu sebutan YHWH.

38 Hanya dua contoh akhiran -im untuk plural ṣaba’, merujuk semua bala tentara surga (*Mzm. 103:21; 148:2 kol-ṣĕba’aw, Qr).

48 pantokrator “Tuhan, Penguasa segala sesuatu” (± 120 kali), lalu kurios sabaoth cukup sering (sama sekali tak terdapat pada 1 Samuel dan Yesaya), paling jarang kurios ton dynameon (Tuhan yang kuat) pada Mazmur dan 2 Raja-raja. Selain itu, yhwh ṣĕba’ot merupakan sebutan khusus untuk Tuhan yang bertakhta di atas kerubim, sehingga ṣĕba’ot merujuk raja yang memerintah.39 Pada kitab Samuel dan Yesaya, epitet ṣĕba’ot merujuk Tuhan sebagai Raja Agung.

Apakah yhwh ṣĕba’ot (“The LORD of hosts”) merujuk pasukan

Apakah yhwh ṣĕba’ot (“The LORD of hosts”) merujuk pasukan