• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ERSYARATAN P ROCESS S AFETY M ANAGEMENT (PSM)

BAB 2 PERSYARATAN PERATURAN PERUNDANGAN DAN STANDAR TERKAIT

2.7 P ERSYARATAN P ROCESS S AFETY M ANAGEMENT (PSM)

Process Safety Management adalah sistem yang merupakan proses dan pendekatan yang digunakan untuk melakukan pencegahan kecelakaan yang mungkin terjadi pada industri kimia yang menangani bahan kimia yang sangat berbahaya. Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration) sebuah badan pemerintah di bawah Department of Labour Amerika Serikat yang bertanggung jawab mengenai keselamatan dan kesehatan kerja mempersyaratkan process safety management untuk industri kimia yang menangani bahan kimia yang sangat berbahaya (highly hazardous materials) dalam jumlah lebih dari 10.000 lb. dalam prosesnya.

Di samping OSHA, badan lain yang mengeluarkan persyaratan dan standar PSM adalah American Petroleum Institute (API) melalui API Recommneded Practices (RP) 750, Environmental Protection Agency (EPA) dan Center for Chemical Process Safety (CCPS) yang merupakan unit di bawah American Istitute of Chemical Engineering (AIChE). PSM terdiri dari beberapa elemen bervariasi dari 13 sampai 16 elemen. Salah satu elemen dari process safety management (PSM) adalah rencana dan penanggulangan keadaan darurat (emergency planning and response). Berikut ini adalah beberapa persyaratan process safety management untuk rencana dan penanggulangan keadaan darurat. Harus ada arahan yang jelas terhadap karyawan mengenai apa yang diharapkan terhadap rencana dan penanggulangan keadaan darurat. Sistem penanggulangan keadaan darurat harus dilaksanakan sesuai dengan rencana dan prosedur yang dibuat. Orang yang terlibat dalam proses rencana dan penanggulangan keadaan darurat harus memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Secara umum harus ada rencana tindakan darurat untuk keseluruhan pabrik/perusahaan, dengan tanggung jawab yang jelas dan dalam keadaan siap untuk dilaksanakan.

Rencana penanggulangan keadaan darurat harus mencakup :

Prosedur dan jalur penyelamatan

Prosedur untuk menghitung karyawan setelah evakuasi

Pelaporan keadaan darurat yang tepat

Nama dan lokasi orang yang dapat dihubungi untuk informasi rencana tindakan lebih lanjut

Koordinasi dengan pihak luar

Tugas, wewenang, pelatihan dan komunikasi personil penanggulangan keadaan darurat

Identifikasi potensi keadaan darurat dan pencegahannya

Jarak dan tempat berlindung yang aman

Pengendalian dan keamanan lokasi

Prosedur dan jalur evakuasi

Dekontaminasi

Perawatan medis darurat dan pertolongan pertama

Prosedur peringatan dan penanggulangan keadaan darurat

Kritik terhadap usaha penanggulangan dan tindak lanjutnya

Alat pelindung diri (APD) dan peralatan penanggulangan keadaan darurat

Sistem alarm untuk karyawan

Tugas dan prosedur untuk karyawan yang bertanggung jawab untuk tetap mengoperasikan peralatan yang penting, dan melakukan tugas penyelamatan dan pertolongan medis.

Rencana tindakan darurat harus mencakup prosedur untuk penanganan kebocoran dalam jumlah kecil.

Sistem alarm harus ada dan dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Organisasi penanggulangan keadaan darurat harus terdokumentasi dan tugas serta tanggung jawab sudah dipahami oleh semua karyawan dalam organisasi tersebut.

Untuk persyaratan kompetensi, karyawan harus dilatih atau mendapatkan pelatihan sesuai dengan tugas yang mereka harus lakukan dalam rencana penanggulangan keadaan darurat. Pelatihan tersebut mencakup;

Pelatihan untuk manajemen

Pelatihan untuk karyawan yang mungkin menemukan keadaan darurat atau pekerjaan darurat lainnya berdasarkan tugas yang harus mereka lakukan

Pelatihan untuk sejumlah orang yang akan membantu dalam mengevakuasi karyawan secara baik dan aman.

Pelatihan untuk orang-orang yang bertanggung jawab untuk penanggulangan awal keadaan darurat.

Latihan dan gladi (drill) penanggulangan keadaan darurat secara berkala

Rencana penanggulangan keadaan darurat harus dikaji ulang dengan karyawan pada saat rencana pertama kali dibuat, ada perubahan tanggung jawab dan penunjukan karyawan, dan pada saat rencana diubah.

Karyawan harus dimotivasi untuk melaksanakan persyaratan rencana dan penanggulangan keadaan darurat dengan baik. Hal ini dilakukan dengan dukungan nyata yang diperlihatkan oleh manajemen, melaporkan ke manajemen tentang pemantauan efektifitas sistem pengelolaan penanggulangan keadaan darurat, memberikan konsekuensi terhadap pentaatan pada sistem pengelolaan keadaan darurat, dan melakukan audit.

BAB 3

PENGEMBANGAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT Dari uraian mengenai persyaratan peraturan perundangan dan standar terkait dengan rencana penanggulangan keadaan darurat pada bab 2, kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa elemen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan rencana penanggulangan keadaan darurat. Berikut ini diuraikan satu persatu lebih detil mengenai elemen-elemen tersebut.

3.1 Identifikasi dan Analisa Potensi Keadaan Darurat

Langkah pertama dalam mengembangkan rencana penanggulangan keadaan darurat adalah melakukan identifikasi terhadap semua potensi kecelakaan atau keadaan darurat yang mungkin terjadi. Potensi keadaan darurat yang terjadi dapat berupa kejadian akibat kecelakaan pada industri, bencana alam, ataupun akibat aktivitas orang yang sengaja menimbulkan kondisi keadaan darurat sebagai bentuk ketidakpuasan ataupun karena maksud tertentu. Keadaan darurat akibat kecelakaan di industri dapat berupa sakit atau cidera pada orang atau karyawan, kebakaran dan ledakan, kerusakan atau kegagalan pada peralatan, mesin atau infrastruktur lainnya, tumpahan minyak atau bahan kimia, putusnya aliran listrik, terganggunya hubungan komunikasi data/komputer dan aktivitas pemogokan karyawan yang tidak puas dengan kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Keadaan darurat akibat bencana alam dapat berupa gempa bumi dan tsunami, kebakaran hutan, angin topan, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor dan sebagainya. Adapun potensi keadaan darurat akibat aktivitas manusia dapat berupa kerusuhan dan huru hara, pemogokan massa, ancaman bom dan pengeboman, dan sebagainya.

Setiap potensi keadaan darurat yang mungkin terjadi ini lalu dianalisa untuk menentukan peluang terjadinya dan dampak yang ditimbulkannya atau lebih dikenal dengan risiko dari potensi keadaan darurat tersebut. Potensi keadaan darurat yang memiliki risiko besar akan menjadi perioritas utama dalam usaha-usaha pencegahan dan pengurangan dampak dari keadaan darurat tersebut. Analisa penentuan risiko dari potensi keadaan darurat ini dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun dengan pendekatan kuantitatif sesuai dengan sifat dan jenis keadaan daruratnya.

Peluang terjadinya potensi keadaan darurat dapat ditentukan berdasarkan pengalaman untuk jenis industri yang sama maupun untuk industri secara umum untuk kondisi, fasilitas, dan sifat operasi yang sama maupun pengalaman sendiri. Untuk peluang terjadinya bencana alam, disamping didasarkan atas pengalaman, juga bisa didasarkan atas perkiraan dari gejala-gejala alam ataupun perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Dampak yang ditimbulkan oleh suatu potensi keadaan darurat dapat ditentukan dari jumlah orang yang terkena dampak (sakit, cidera dan bahkan meninggal dunia), kerusakan dan kerugian yang dapat dikalkulasi dalam bentuk kerugian secara finansial.

Disamping kerusakan dan kerugian yang nyata, kerugian ini juga bisa berupa hilangnya peluang untuk berproduksi akibat tidak berfungsi dan hancurnya fasilitas produksi, jalur distribusi, dan sebagainya.

Identifikasi potensi keadaan darurat dan analisa terhadap risikonya tidak hanya dilakukan terhadap fasilitas dan lokasi perusahaan saja, tetapi juga terhadap potensi keadaan darurat yang dapat terjadi di luar fasilitas perusahaan seperti pada jalur distribusi atau di lokasi lain dimana ada aktivitas atau personil perusahaan. Peralatan dan sistem serta prosedur untuk penanggulangan keadaan darurat yang mungkin terjadi di luar fasilitas perusahaan ini juga perlu dipertimbangkan dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana tanggap darurat perusahaan.

Kejadian keadaan darurat karena bencana alam juga perlu dipertimbangkan dalam melakukan identifikasi terhadap potensi keadaan darurat oleh perusahaan atau organisasi karena dapat berdampak dan mengganggu operasi perusahaan atau organisasi seperti yang pernah kita alami sehubungan dengan gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias serta Jogyakarta dan Jawa Tengah, Sumatra Barat, serta daerah lainnya.

3.2 Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat

Rencana penanggulangan keadaan darurat merupakan elemen kunci untuk keberhasilan suatu usaha penanggulangan keadaan darurat. Rencana ini harus dipersiapkan dan dipahami oleh semua personil yang terlibat dalam tim penanggulangan keadaan darurat sebelum terjadinya suatu keadaan darurat. Rencana ini dibuat berdasarkan potensi keadaan darurat yang telah diidentifikasi dan harus sesuai dengan sifat dan skala dari potensi keadaan darurat yang dapat terjadi. Rencana penanggulangan keadaan darurat mencakup:

 Sistem pelaporan dan nomor telepon penting yang harus dihubungi baik di internal maupun ekternal perusahaan,

 Struktur organisasi dan tanggung jawab setiap orang yang menempati posisi dalam organisasi keadaan darurat,

 Daftar peralatan dan fasilitas pendukung yang diperlukan,

 Prosedur untuk penanganan setiap potensi keadaan darurat yang dapat terjadi,

 Prosedur komunikasi dan peralatan serta saluran atau frekuensi radio khusus yang akan digunakan untuk keadaan darurat,

 Tata letak fasilitas lengkap dengan jalur evakuasi,

 Lokasi tempat berkumpul (assembly point),

 Ttaging area dan lokasi peralatan penanggulangan keadaan darurat.

Penting juga disediakan dalam rencana penanggulangan keadaan darurat ini adalah berbagai formulir untuk pencatatan dan pelaporan yang terkait dengan kegiatan operasi penanggulangan keadaan darurat.

Rencana penanggulangan keadaan darurat sebaiknya dibuat oleh tim dari berbagai latar belakang bidang pekerjaan, disiplin ilmu dan pengalaman kerja. Tim ini dipimpin oleh seorang koordinator yang menjamin proses pembuatan dokumen rencana tanggap darurat ini dapat berjalan secara efektif dan efisien. Koordinator tim dipilih dari mereka yang sudah memiliki pengalaman atau sudah mengikuti pelatihan terkait dengan rencana penanggulangan keadaan darurat.

3.3 Pelaporan Keadaan Darurat dan Nomor yang Dapat Dihubungi dalam Keadaan Darurat

Bila terjadi suatu keadaan darurat, maka orang yang pertama melihat kejadian harus segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang terkait agar dapat dilakukan tindakan awal untuk menanggulangi keadaan darurat tersebut dan meminimalkan dampak yang ditimbulkannya. Kecepatan dan ketepatan langkah yang diambil dalam penanggulangan awal ini akan berpengaruh banyak pada usaha-usaha operasi penanggulangan lebih lanjut. Dalam banyak hal untuk kasus seperti kebakaran bila penanggulangan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, kebakaran dapat dipadamkan dan penyebaran kebakaran menjadi lebih luas dapat dicegah. Untuk itu, alur pelaporan keadaan darurat dan nomor telepon penting dan nama orang yang harus dihubungi dalam keadaan darurat harus tersedia di semua tempat kerja dan tempat-tempat umum yang mudah dikenali dan dihafalkan oleh semua orang. Di beberapa perusahaan, mereka sudah menerapkan satu nomor darurat yang dapat dihubungi dari semua saluran telepon internal untuk melaporkan semua jenis keadaan darurat. Nomor telepon tersebut biasanya beberapa angka yang mudah diingat untuk dihubungi seperti 111, 222, 333, 123, 911, 119, 118, dan sebagainya.

Pada saat terjadi kecelakaan atau keadaan darurat, maka si pelapor harus memberikan informasi sebagai berikut;

Nama dan tanda pengenal diri serta jabatan

Keadaan darurat yang terjadi (kebakaran, kecelakaan kerja, pemogokan, dsb.)

Lokasi tepat kejadian

Waktu atau jam kejadian

Korban kalau ada

Bantuan yang diperlukan (pemadam kebakaran, ambulance, dsb.)

Tindakan yang sudah dilakukan

Informasi lain yang dirasa perlu

Penting juga untuk membuatkan daftar pihak-pihak lain di luar perusahaan atau instansi untuk melaporkan keadaan darurat tersebut atau untuk dimintai bantuan untuk operasi penanggulangan keadaan darurat. Pihak-pihak tersebut dapat merupakan instansi pemerintahan ataupun pihak swasta atau perusahaan lain yang dapat memberikan bantuan untuk penanggulangan keadaan darurat.

Daftar nomor telepon penting, orang dan jabatannya ini harus selalu diperbaharui secara berkala atau begitu ada perubahaan dan dikomunikasikan kesemua pihak yang terkait untuk menjamin setiap keadaan darurat dapat dilaporkan ke nomor telepon dan orang yang tepat setiap saat.

3.4 Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat

Potensi keadaan darurat yang mungkin terjadi dapat bervariasi tergantung dengan operasi sebuah perusahaan atau kondisi alam dan lingkungan sekitarnya. Setiap jenis dan skala kecelakaan atau keadaan darurat memerlukan teknik dan prosedur untuk operasi penanggulangan yang khusus. Memadamkan kebakaran tentu akan berbeda dengan menanggulangi tumpahan minyak di perairan. Penanggulangan tumpahan

minyak di darat dan di perairan juga memiliki teknik dan cara yang berbeda meskipun tujuannya adalah untuk mengumpulkan kembali minyak yang tumpah dan meminimalkan dampaknya pada lingkungan. Begitu pula halnya dengan penanganan kecelakaan pesawat udara, aksi pengeboman, bencana alam seperti gempa, banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan organisasi untuk mengelola dan menanggulangi keadaan darurat dengan personil yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan semua potensi keadaan darurat yang dapat terjadi tersebut. Kebanyakan perusahaan hanya memiliki organisasi penanggulangan keadaan darurat untuk penanggulangan awal saja yang biasanya terdiri dari tim penanggulangan taktis seperti tim pemadaman kebakaran, tim evakuasi dan tim pertolongan pertama (first aid). Tim ini biasanya tidak memiliki kemampuan untuk penanggulangan keadaan darurat lebih lanjut jika skala keadaan darurat meluas dan memerlukan peralatan yang lebih lengkap dan memadai. Sementara itu mereka tidak memiliki personil dan organisasi untuk mengelola kejadian keadaan darurat secara menyeluruh yang dapat mengatur dan memberikan komando mengenai strategi penanggulangan keadaan darurat dan mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia dengan rencana tindakan yang lebih proaktif untuk mengantisipasi keadaan yang dapat terjadi dan menstabilkan insiden. Operasi penanggulangan keadaan darurat harus memiliki organisasi yang jelas, dengan sistem komando, dan rencana tindakan penanggulangan insiden yang komprehensif sesuai dengan tujuan operasi peanggulangan keadaan darurat. Degan begitu operasi peanggulangan insiden dapat berlangsung dengan efektif dan optimal dalam mencapai tujuan untuk meminimalkan korban jiwa, kerusakan harta benda dan menghindari kerusakan lingkungan sekitarnya.

Organisasi penanggulangan keadaan darurat harus dirancang sesuai dengan kondisi keadaan darurat yang mungkin terjadi dan anggota tim organisasi tersebut harus mendapatkan pelatihan sesuai dengan posisinya dalam organisasi. Mereka juga harus paham mengenai tujuan dan prinsip-prinsip operasi penanggulangan keadaan darurat yang sudah baku. Keberhasilan dari suatu operasi penanggulangan keadaan darurat sangat bergantung pada kemampuan dan tersedianya personil yang memadai dan terlatih dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

Lebih jauh bagaimana organisasi penanggulangan keadaan darurat yang baik dan efektif akan dijelaskan dalam Bab 5 buku ini, tentang organisasi incident command system.

3.5 Peralatan Penanggulangan Keadaan Darurat

Berbagai mancam peralatan diperlukan untuk penanggulangan keadaan darurat yang berbeda jenis dan skalanya. Peralatan tersebut dapat berupa peralatan untuk peringatan awal kejadian, peralatan penanggulangan awal dan peralatan penanggulangan lebih lanjut. Untuk keadaan darurat kebakaran peralatan untuk peringatan awal dapat berupa alat deteksi asap atau panas untuk mengidentifikasi terjadinya kebakaran. Alat penanggulangan awal dapat berupa alarm kebakaran sebagai tanda untuk mengevakuasi semua orang dari dalam bangunan dan alat pemadam api ringan (APAR) serta sprinkler air atomatis. Sedangkan alat untuk penanggulangan keadaan darurat lebih lanjut dapat berupa hidran dan kelengkapannya seperti selang, nozzle serta kunci pembuka hidran. Alat pemadam kebakaran lebih lanjut lainnya dapat berupa truk pemadam kebakaran dengan segala

kelengkapannya seperti larutan busa (foam) untuk pemadaman kebakaran bahan cair mudah terbakar, alat pelindung diri (APD) untuk tenaga pemadam kebakaran dan peralatan penyelamatan korban seperti udara gendong (SCBA: Self Contain Breathing Aparatus), dan sebagainya.

Untuk keadaan darurat berkenaan dengan bocornya gas Chlorine pada unit pengolahan air minum, alat deteksi awal kebocoran dapat berupa alarm yang juga sekaligus untuk perintah evakuasi semua operator atau orang yang berada pada unit pengolahan air tersebut. Sementara itu peralatan penanggulangan awal dapat berupa water shower untuk melarutkan gas Chlorine yang keluar dari bejana penyimpanannya. Sedangkan peralatan lainnya adalah peralatan untuk perbaikan atau menghentikan kebocoran serta alat pelindung diri dan penyelamatan seperti SCBA.

Untuk penanggulangan tumpahan minyak di perairan, beberapa peralatan perlu tersedia mulai dari peralatan untuk penanggulangan tumpahan skala kecil sampai untuk tumpahan skala besar yang memerlukan kapal-kapal serta pesawat terbang dan helikopter. Secara umum peralatan penanggulangan tumpahan minyak di perairan adalah oil boom untuk mengurung dan melokalisasi tumpahan minyak, oil skimmer untuk mengambil kembali minyak yang tumpah, tempat penyimpanan minyak sementara, kapal motor untuk menggelar oil boom dan membawa anggota tim penanggulangan. Pesawat dan helikopter biasanya disamping untuk membawa peralatan dan tim penanggulangan tumpahan minyak juga digunakan untuk menyebarkan dispersan yaitu senyawa kimia untuk membentuk gumpalan kecil minyak sehingga dapat tenggelam ke dasar laut dan terbawa oleh arus laut.

Penggunaan dispersan ini harus mengikuti ketentuan yang berlaku untuk menghindari dampak samping dari penggunaannya. Peralatan lainnya untuk penanggulangan tumpahan minyak di perairan adalah peralatan untuk pembersihan garis pantai, penyelamatan hewan yang terkena minyak, alat pelindung diri untuk tim penanggulangan seperti pelampung, sarung tangan karet, dan sebagainya. Sementara itu untuk penanggulangan tumpahan minyak di darat dapat berupa mobil tangki dengan pompa vakum untuk menyedot minyak yang tumpah, bulldozer dan excavator untuk melokalisasi tumpahan, dan drum-drum untuk penampungan sementara minyak yang dikumpulkan baik secara manual maupun dengan menggunakan oil skimmer.

Peralatan penanggulangan keadaan darurat yang terkait dengan bencana alam dapat sangat bervariasi sesuai dengan jenis bencana alamnya, apakah berupa banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin topan, dan sebagainya. Peralatan-peralatan berat seperti yang biasanya digunakan untuk pekerjaan umum seperti bulldozer dan excavator mungkin akan banyak digunakan. Sementara untuk penyelamatan korban banjir tentunya akan banyak digunakan perahu motor termasuk perahu karet. Untuk pertolongan medis bagi korban kecelakaan dan bencana alam diperlukan berbagai peralatan medis dan obat-obatan. Helikopter juga banyak digunakan dalam pencarian dan penyelamatan korban seperti dalam kasus kecelakaan pesawat terbang di hutan belantara yang sulit dijangkau dengan alat transportasi lainnya. Anjing pelacak juga sering digunakan dalam operasi pencarian dan penyelamatan (SAR).

Banyak lagi peralatan penanggulangan keadaan darurat yang mungkin diperlukan sesuai dengan jenis dan skala keadaan darurat yang terjadi. Peralatan tersebut harus

dipelihara, dirawat, diperiksa dan dilakukan pengujian sehingga selalu siap untuk digunakan setiap saat.

Untuk industri atau perusahaan, ketersediaan peralatan untuk penanggulangan keadaan darurat harus disesuaikan dengan potensi keadaan darurat yang dapat terjadi sesuai dengan hasil identifikasi yang dilakukan. Paling tidak, peralatan yang harus disediakan adalah peralatan untuk penanggulangan awal kecelakaan atau keadaan darurat sampai bantuan peralatan yang lebih lengkap datang di lokasi.

Apakah peralatan yang disediakan sudah memadai atau belum, sesuai dengan tujuan operasi penanggulangan keadaan darurat, dapat diketahui dari hasil evaluasi terhadap kegiatan latihan penanggulangan keadaan darurat yang dilakukan dengan menggelar peralatan tersebut sesuai dengan skenario latihan yang dibuat. Penentuan jumlah dan jenis peralatan penanggulangan keadaan darurat yang harus disediakan dapat disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dan pertimbangan efisiensi dan analisi rasio keuntungan yang didapat dan biaya yang harus dikeluarkan (benefit cost ratio).

Peralatan penanggulangan keadaan darurat yang lengkap dan canggih mungkin tidak akan mendatangkan banyak manfaat bila tidak dilengkapi dengan tenaga terampil dan terlatih untuk mengoperasikan dan menggunakannya.

3.6 Pelatihan dan Latihan Penanggulangan Keadaan Darurat

Pelatihan merupakan elemen yang penting dalam rencana penanggulangan keadaan darurat. Dengan mendapatkan pelatihan, setiap orang yang terkena dampak dan bertanggung jawab terhadap penanganan keadaan darurat dapat memahami dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan yang diharapkan. Dari segi peruntukannya pelatihan ini pada dasarnya dapat dikelompokan pada dua macam, yaitu pelatihan untuk orang atau karyawan yang tidak terlibat dalam kegiatan penanggulangan keadaan darurat dan pelatihan untuk mereka yang terlibat dalam usaha dan kegiatan penanggulangan keadaan darurat lebih lanjut. Untuk yang pertama, materi pelatihan yang harus diberikan adalah bagaimana melaporkan keadaan darurat yang terjadi, dan melakukan penyelamatan serta evakuasi ke tempat yang aman sesuai dengan petunjuk dan arahan dari koordinator evakuasi yang sudah ditunjuk. Nama dan nomor telepon penting yang harus dihubungi, apa saja yang harus dilaporkan, jalur-jalur dan pintu keluar saat darurat serta tempat berkumpul yang aman sebelum dilakukan penghitungan harus disampaikan dalam pelatihan dan dipahami oleh semua peserta pelatihan.

Bagi mereka yang terlibat dalam usaha-usaha dan kegiatan penanggulangan keadaan darurat lebih lanjut, tentunya harus mendapatkan pelatihan sesuai dengan fungsi dan penugasannya saat keadaan darurat. Beberapa fungsi yang ada dalam operasi penanggulangan keadaan darurat diantaranya adalah penanggulangan dan pemadaman kebakaran, penanganan dan pengumpulan tumpahan minyak atau bahan kimia, penyelamatan dan pertolongan medis bagi korban kecelakaan, pengamanan tempat kejadian, humas dan komunikasi ke pihak-pihak yang terkait, keselamatan operasi penanggulangan keadaan darurat, logistik dan bantuan pengadaan peralatan, dan jasa pendukung lainnya, perencanaan operasi penanggulangan keadaan darurat, pengaturan sumber daya yang diperlukan, hubungan pemerintahan dan pihak yang terkait, keuangan, klaim asuransi, administrasi, dan sebagainya.

Pelatihan diberikan pada saat awal karyawan bergabung dengan perusahaan atau bagi mereka yang ditunjuk dan diberikan tanggung jawab dalam operasi penanggulangan keadaan darurat pelatihan diberikan setelah penunjukan tersebut. Selanjutnya pelatihan penyegaran diberikan secara berkala pada rentang waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan dan prioritas yang ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi yang terkait.

Untuk menguji apakah rencana penanggulangan keadaan darurat sudah sesuai dengan sifat dan skala dari potensi keadaan darurat yang dapat terjadi, perlu pula dilakukan latihan dan gladi (exercise and drill) penanggulangan keadaan darurat secara berkala.

Latihan dan gladi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan atau

Latihan dan gladi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan atau