• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ROSEDUR P ENANGGULANGAN K EADAAN D ARURAT

BAB 3 PENGEMBANGAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

3.9 P ROSEDUR P ENANGGULANGAN K EADAAN D ARURAT

Setiap keadaan darurat memerlukan tindakan penanggulangan khusus sesuai dengan jenis dan skalanya. Pada saat terjadi keadaan darurat, tidak tersedia cukup waktu untuk berfikir dan mempelajari tentang usaha apa yang harus dilakukan untuk menstabilkan insiden dan meminimalkan dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu harus tersedia prosedur untuk penanggulangan keadaan darurat yang sesuai dengan

potensi keadaan darurat yang mungkin terjadi. Prosedur keadaan darurat ini harus jelas, singkat dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Prosedur ini harus dipahami oleh setiap orang sebelum keadaan darurat terjadi karena tidak tersedia cukup waktu untuk mencari dan membacanya pada saat keadaan darurat sudah terjadi.

Beberapa prosedur yang perlu dibuat diantaranya adalah sebagai berikut:

 Prosedur pelaporan keadaan darurat dan meminta bantuan yang diperlukan.

 Prosedur untuk evakuasi ke tempat yang aman dan penghitungan orang di tempat berkumpul yang sudah ditetapkan.

 Prosedur untuk memadamkan kebakaran dan cara penggunaan alat pemadam kebakaran.

 Prosedur untuk mematikan peralatan atau mesin dalam keadaan darurat (emergency shutdown).

 Prosedur untuk membatasi aksess bagi orang yang tidak terlibat dalam kegiatan penanggulangan keadaan darurat.

 Prosedur untuk penanggulangan tumpahan minyak atau kebocoran bahan kimia berbahaya.

 Prosedur terkait dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, angin topan, tanah longsor, dan letusan gunung berapi.

 Prosedur untuk menangani ancaman bom dan ledakan bom.

 Prosedur tanggap darurat lainnya yang spesifik untuk operasi dan potensi keadaan darurat di perusahaan yang mungkin terjadi.

BAB 4

KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP ICS

Sistem untuk pengelolaan keadaan darurat diperlukan agar operasi penanggulangan insiden atau keadaan darurat dapat berjalan dengan baik, cepat dan efektif. ICS merupakan sebuah sistem yang sudah dikembangkan dan terbukti efektif dalam operasi penanggulangan berbagai jenis, risiko, skala dan kompleksitas dari insiden yang terjadi.

Ada beberapa komponen utama yang membangun struktur ICS yang dapat memastikan penggunaan sumberdaya secara cepat dan efektif serta meminimalkan gangguan pada kebijakan dan prosedur operasional normal dalam organisasi penanggulangan keadaan darurat. Konsep dan prinsip-prinsip yang merupakan karakteristik dari ICS sudah teruji dan terbukti dari waktu ke waktu baik di industri maupun di instansi penanggulangan keadaan darurat pada semua level pemerintahan di Amerika Serikat. Karakteristik ICS tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Penggunaan istilah-istilah yang baku (common terminology)

 Organisasi bersifat modular (a modular organization)

 Pengelolaan insiden sesuai tujuan (management by objectives)

 Rencana tindakan penanggulangan insiden gabungan (consolidated incident action plans/IAP)

 Rentang kendali yang dapat dikelola (a manageable span of control)

 Penetapan lokasi dan fasilitas penanggulangan insiden (designated incident facilities and location)

 Pengelolaan sumberdaya yang komprehensif (comprehensive resource management)

 Sistem komunikasi yang terintegrasi (integrated communication)

 Pembentukan dan peralihan komando

 Struktur komando yang disatukan (a unified command structure)

 Rantai komando dan satu komando (chain of command and unity of command)

 Akuntabilitas (accountability)

 Penugasan/pengerahan (dispatch/deployment)

 Pengelolaan informasi dan intelijen (information and intelligence management) Semua prinsip-prinsip tersebut di atas harus digunakan untuk semua jenis dan skala insiden, baik insiden skala kecil maupun besar. Penggunaan pendekatan ICS ini sangat penting bagi semua personil yang terlibat dalam operasi penanggulangan insiden.

Penjelasan lebih detil untuk setiap karakteristik dari ICS tersebut dijelaskan pada uraian berikut ini.

4.1 Penggunaan Istilah yang Baku (Common Terminology)

Penggunaan istilah-istilah yang sudah baku dan dikenal luas dalam pengelolaan suatu keadaan darurat merupakan hal yang sangat penting, terutama pada saat operasi penanggulangan keadaan darurat yang melibatkan berbagai instansi atau fungsi yang berbeda. Bila suatu fungsi menggunakan suatu istilah yang tidak dipahami oleh fungsi yang lain atau salah diartikan maka akan terjadi kebingungan yang berdampak pada tidak efektifnya usaha penanggulangan keadaan darurat. ICS

menggunakan istilah-istilah yang sudah baku dan ditetapkan sebelumnya. Istilah-istilah tersebut diantaranya mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Nama untuk insiden atau keadaan darurat yang sedang ditangani, umpamanya Gempa dan Tsunami Aceh dan Sumatera Utara, Kebakaran di Jalan A, dsb.

 Fasilitas penanggulangan keadaan darurat (Incident facilities) seperti: Incident Command Post (ICP), Staging Area, Base, Camp, dsb.

 Jabatan dalam organisasi penanggulangan keadaan darurat seperti Incident Commander, Section Chief, Branch Director, Unit Leader, Supervisor, dan lain-lain.

 Fungsi dalam organisasi penanggulangan keadaan darurat seperti Command Staff, General Staff, Planning Section, Operations Section, Logistic Section, Finance/Administration Section, Task Force, dsb.

4.2 Organisasi Bersifat Modular (A Modular Organization)

Organisasi penanggulangan keadaan darurat dikembangkan dari atas ke bawah (top-down) pada semua insiden. Top-down artinya fungsi komando dikembangkan oleh orang yang pertama datang di tempat kejadian dan menjadi Incident Commander.

Dengan berkembangnya insiden dan meluasnya operasi penanggulangan keadaan darurat, Incident Commander akan mengaktifkan fungsi-fungsi lainnya yang diperlukan. Struktur organisasi bisa terdiri dari beberapa lapis seperti yang akan dijelaskan dalam Bab 5, Organisasi ICS. Sebaliknya dengan berhasilnya usaha penanggulangan insiden, beberapa fungsi dapat dikurangi dan dibebaskan dari tugas operasi penanggulangan insiden, sehingga organisasi diciutkan kembali dan akhirnya dibubarkan sama sekali.

4.3 Pengelolaan Insiden sesuai Tujuan (Management by Objectives)

Organisasi penanggulangan keadaan darurat dikembangkan dari atas ke bawah (top-down) pada semua insiden. Top-down artinya fungsi komando dikembangkan oleh orang yang pertama datang di tempat kejadian dan menjadi Incident Commander.

Dengan berkembangnya insiden dan meluasnya operasi penanggulangan keadaan darurat, Incident Commander akan mengaktifkan

4.4 Pengelolaan Sumberdaya yang Komprehensif (Comprehensive Resource Management)

Prinsip ini mencakup hal-hal sebagai berikut :

Memaksimalkan penggunaan sumberdaya yang ditugaskan (assigned resources)

Menggabungkan pengendalian terhadap sumberdaya tunggal (single resources)

Mengurangi beban komunikasi (communication load)

Menciptakan tanggung jawab

Mengurangi tenaga lepas (freelancing)

Memastikan keselamatan personil yang terlibat dalam penanggulangan insiden Semua sumberdaya yang ada dikelompokkan dalam status kondisi sebagai berikut:

Assigned resources, yaitu sumberdaya yang sedang melakukan fungsi-fungsi yang aktif.

Available resources, yaitu sumberdaya yang siap untuk ditugaskan

Out-of-service resources, yaitu sumberdaya yang tidak siap untuk ditugaskan.

Setiap perubahan pada lokasi dan status sumberdaya harus dilaporkan segera pada Resource Unit oleh orang yang melakukan perubahan tersebut. Setiap personil harus melapor (chek in) segera begitu mereka sampai di lokasi kejadian/insiden. Mereka akan dimasukkan dalam daftar sumberdaya (resource list) untuk pendataan. Bila personil tidak diperlukan lagi untuk operasi penanggulangan insiden, mereka harus melapor kembali (check out) sehingga mereka akan dikeluarkan dari daftar sumberdaya. Penjelasan lebih detil mengenai pengelolaan sumberdaya penanggulangan insiden diberikan pada Bab 8.

4.5 Rencana Tindakan Penanggulangan Insiden Gabungan (Consolidated IAPs) Incident Action Plan (IAPs) gabungan menggambarkan tujuan penanggulangan, objektif operasional, dan aktivitas-aktivitas pendukungnya. Keputusan untuk membuat IAP yang tertulis dilakukan oleh Incident Commander.

ICS memerlukan IAP bila:

 Sumberdaya yang digunakan berasal dari beberapa instansi/fungsi

 Melibatkan beberapa wilayah kekuasaan

 Insiden cukup komplek (sebagai contoh diperlukan pergantian shift terhadap personil dan peralatan)

IAP harus mencakup beberapa objektif dan aktivitas-aktivitas pendukung yang diperlukan selama jangka waktu (periode) operasi penanggulangan (operational period). IAP dapat tertulis dan dapat pula tidak tertulis. Namun demikian rencana yang tertulis lebih disukai karena dapat menggambarkan tanggung jawab yang jelas dan dapat didokumentasikan.

IAP yang juga memuat pengukuran terhadap tujuan dan objektif yang harus dicapai, biasanya dibuat untuk jangka waktu operasi penanggulangan tertentu (operational period). Operational period bisa bervariasi lamanya dan sebaiknya tidak boleh lebih dari 24 jam. Biasanya operational period untuk insiden berskala besar adalah 12 jam.

Incident Commander menetapkan operational period berdasarkan pada kompleksitas dan skala dari insiden.

4.6 Rentang Kendali yang Dapat Dikelola (A Manageable Span of Control)

A Manageable Span of Control didefinisikan sebagai jumlah personil untuk satu supervisor yang dapat dikelola dengan efektif. Dalam ICS, span of control untuk setiap supervisor adalah antara 3 dan 7 orang, dengan jumlah optimum 5 orang.

Organisasi menjadi tidak efektif jika seorang supervisor membawahi kurang dari 3 orang, sementara bila lebih dari 7 orang, organisasi menjadi sulit untuk dikelola dengan baik. Bila dalam prakteknya jumlah yang harus dibawahi lebih dari tujuh atau kurang dari 3 maka Incident Commander akan melakukan pengkajian ulang terhadap struktur organisasi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

4.7 Penetapan Lokasi dan Fasilitas Penanggulangan Insiden (Designated Incident Facilities and Locations)

Dalam ICS, pada umumnya ada dua designated incident facilities yang utama dan ada beberapa tambahan bila diperlukan. Incident facilities tersebut adalah sebagai berikut:

 Pos Komando Penanggulangan Insiden (Incident Command Post/ICP), dimana Incident Commander, Command Staffs dan General Staffs mengawasi semua operasi penanggulangan insiden.

 Staging Area, fasilitas dimana semua sumberdaya yang akan ditugaskan menanggulangi insiden menunggu sebelum ditugaskan.

Fasilitas penanggulangan insiden lainnya dapat didirikan untuk insiden-insiden yang secara geografi tersebar, memerlukan sumberdaya yang besar, atau memerlukan sumber daya dengan spesialisasi tinggi. Penjelasan lebih lengkap mengenai fasilitas penanggulangan insiden ini akan diberikan pada Bab 7.

4.8 Sistem Komunikasi yang Terintegrasi (Integrated Communication)

Sistem komunikasi yang terpadu yang dimaksudkan disini adalah suatu sistem yang menggunakan rencana komunikasi yang baku, prosedur operasi baku (SOP), frekuensi radio komunikasi yang baku, dan istilah-istilah yang juga baku. Beberapa jaringan komunikasi mungkin juga diperlukan tergantung pada skala dan kompleksitas dari insiden.

4.9 Pembentukan dan Peralihan Komando (Establishment and Transfer of Command)

Dengan prinsip ini, dimungkinkan semua instansi atau pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap insiden, baik secara geografi ataupun fungsional melakukan usaha pengelolaan insiden dengan menyusun strategi-strategi dan objektif-objektif yang sama dalam penanggulangan insiden. Dengan prinsip komando yang disatukan ini tidak berarti kehilangan atau memberikan otoritas, 4.10 Struktur Komando yang Disatukan (A Unified Command Structure)

Dengan prinsip ini, dimungkinkan semua instansi atau pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap insiden, baik secara geografi ataupun fungsional melakukan usaha pengelolaan insiden dengan menyusun strategi-strategi dan objektif-objektif yang sama dalam penanggulangan insiden. Dengan prinsip komando yang disatukan ini tidak berarti kehilangan atau memberikan otoritas, tanggung jawab, atau akuntabilitas pada pihak-pihak yang terlibat. Konsepnya adalah semua pihak yang terlibat berkontribusi terhadap proses komando dengan:

 Menentukan objektif secara menyeluruh

 Merencanakan kerjasama untuk aktivitas operasional dengan melakukan operasi yang terpadu.

 Memaksimalkan penggunaan semua sumber daya yang dikerahkan.

Dalam pelaksanaan komando yang disatukan ini, hal-hal berikut selalu diterapkan

 Penanggulangan keadaan darurat difungsikan dalam satu rencana tindakan penanggulangan insiden (Incident Action Plan/IAP) yang terkoordinasi.

 Seorang Kepala Seksi Operasional (Operations Section Chief) memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan IAP

 Ada satu Posko Penanggulangan Insiden (Incident Command Post/ICP) 4.11 Rantai Komando dan Satu Komando (Chain of Command and Unity of

Command)

Ini adalah suatu konsep dimana setiap orang dalam organisasi penanggulangan insiden hanya melapor kepada satu orang pimpinan yang ditunjuk.

4.12 Akuntabilitas (Accountability)

Dengan prinsip ini, dimungkinkan semua instansi atau pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap insiden, baik secara geografi ataupun fungsional melakukan usaha pengelolaan insiden dengan menyusun strategi-strategi dan objektif-objektif yang sama dalam penanggulangan insiden.

4.13 Penugasan/Pengerahan (Dispatch/Deployment)

Dengan prinsip ini, dimungkinkan semua instansi atau pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap insiden, baik secara geografi ataupun fungsional melakukan usaha pengelolaan insiden dengan menyusun strategi-strategi dan objektif-objektif yang sama dalam penanggulangan insiden.

4.14 Manajemen Informasi dan intelijen (Information and Intelligence Management) Dengan prinsip ini, dimungkinkan semua instansi atau pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap insiden, baik secara geografi ataupun fungsional melakukan usaha pengelolaan insiden dengan menyusun strategi-strategi dan objektif-objektif yang sama dalam penanggulangan insiden.

BAB 5 ORGANISASI ICS

5.1 Organisasi ICS

Sebagaimana kita ketahui hampir tidak ada insiden yang dapat ditangani sendiri oleh satu instansi atau fungsi saja. Setiap orang harus bekerja sama untuk mengelola suatu keadaan darurat.

Untuk mengkoordinir penggunaan sumber daya yang tersedia secara efektif, diperlukan suatu struktur manajemen formal yang membantu konsistensi, mendorong efisiensi dan memberikan arahan selama operasi penanggulangan insiden.

Struktur organisasi ICS dibangun dengan lima komponen utama sebagai berikut

Komando (Command)

Perencanaan (Planning)

Operasi (Operations)

Logistik (Logistic)

Keuangan/Administrasi (Finance/Administration)

Hubungan antar komponen-komponen tersebut digambarkan dalam bagan struktur organisasi di bawah ini.

Kelima komponen utama ini merupakan fondasi dari organisasi ICS dan digunakan dalam pengelolaan dan penanggulangan keadaan darurat. Untuk insiden skala kecil semua komponen ini mungkin hanya dikelola oleh satu orang saja yakni Incident Commander. Untuk insiden berskala besar semua fungsi (section) ini biasanya diperlukan. Organisasi ini dapat dikembangkan dan diciutkan sesuai dengan kebutuhan dalam penanggulangan insiden, tetapi semua insiden berapapun ukurannya atau kompleksitasnya akan memiliki seorang Incident Commander. Panduan dasar operasi ICS adalah orang yang pertama melihat kejadian dan paling senior di tempat kejadian akan bertindak sebagai Incident Commander dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan atau pengendalian keadaan di tempat kejadian insiden (on-scene) sampai otoritas komando diberikan kepada orang lain yang sudah ditunjuk sebelumnya menjadi Incident Commander.

Masing-masing komponen ini akan dijelaskan pada paragraf-paragraf berikut dengan lebih detil.

5.2 Fungsi Komando (The Command Function)

Fungsi komando diarahkan oleh Incident Commander, yaitu seseorang yang bertanggung jawab di tempat kejadian insiden, dan orang ini harus benar-benar ahli dalam mengelola operasi penanggulangan insiden.

Tanggung jawab utama dari Incident Commander adalah:

Melakukan aktivitas-aktivitas komando, seperti memberikan komando dan mendirikan Pos Komando Penanggulangan Insiden (Incident Command Post/ICP)

Melindungi jiwa dan harta benda

Mengendalikan sumber daya berupa personil dan peralatan

Bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan personil penanggulangan insiden, masyarakat, dan penyelesaian tugas-tugas operasi penanggulangan insiden

Menjalin dan memelihara hubungan yang efektif dengan pihak luar dan/ atau pemerintahan bila diperlukan.

Pengelolaan insiden meliputi:

Membentuk komando

Memastikan keselamatan personil yang terlibat dalam penanggulangan insiden

Menentukan prioritas penanggulangan insiden

Menetapkan objektif operasi penanggulangan insiden

Membuat dan melaksanakan rencana tindakan penanggulangan insiden (Incident Action Plan/IAP)

Membangun struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan usaha penanggulangan insiden

Memelihara rentang kendali yang dapat dikelola (manageable span of control)

Mengelola sumber daya untuk penanggulangan insiden

Mengkoordinir keseluruhan aktivitas penanggulangan insiden atau keadaan darurat

Mengkoordinir aktivitas-aktivitas dari pihak-pihak atau instansi luar

Memberikan otoritas untuk memberikan informasi kepada media

Memantau biaya penanggulangan insiden

Incident Commander yang efektif harus tegas, meyakinkan, objektif, tenang, dan cepat dalam berfikir. Untuk menangani semua tanggung jawab dalam tugas ini, Incident Commander juga harus mudah beradaptasi, fleksibel, dan realistis terhadap keterbatasannya. Incident Commander juga harus memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas-tugas tertentu pada orang lain sesuai dengan kebutuhan operasi penanggulangan insiden.

Pada tahap awal, Incident Commander akan dipegang oleh orang pertama yang paling senior yang datang dilokasi kejadian insiden. Dengan adanya tambahan orang yang datang kemudian untuk menanggulangi insiden, komando akan dipindahkan ke orang yang memiliki otoritas untuk mengendalikan insiden. Bila insiden semakin berkembang menjadi lebih besar atau lebih komplek, maka diperlukan orang yang

memiliki kualifikasi sangat tinggi untuk menjadi Incident Commander. Pada saat pengalihan komando, Incident Commander yang akan mengalihkan komandonya harus memberikan penjelasan lengkap pada Incident Commander yang baru mengenai apa saja yang sudah dilakukan dan rencana tindakan ke depan, status sumber daya dan sebagainya serta memberitahukan semua staff mengenai pergantian komando ini.

Sebagaimana dijelaskan di atas dengan berkembangnya insiden, Incident Commander dapat mendelegasikan otoritas untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu kepada yang lain sesuai keperluan. Incident Commander dapat membentuk posisi Staff Komando (Command Staff) lain seperti di bawah ini:

Information Officer menangani semua pertanyaan dari media dan mengkoordinir semua pemberian informasi kepada media.

Safety Officer memantau kondisi keselamatan dan membuat usaha-usaha untuk memastikan keselamatan semua personil yang ditugaskan.

Liaison officer adalah kontak person untuk instansi lain yang ditugaskan untuk penanggulangan insiden.

Legal officer menangani semua permasalahan hukum terkait dengan operasi penanggulangan insiden

Security officer menangani semua permasalahan security terkait dengan operasi penanggulangan insiden

Deputy Incident Commander dibentuk jika semua fungsi yang ada diaktifkan sehingga span of control untuk Incident Commander lebih dari 7. Fungsinya adalah untuk membawahi general staff (Operation Section, Planning, Logistic, dan Finance Section Chief)

Incident Commander akan memutuskan dan melakukan pengembangan dan penciutan organisasi atas dasar pertimbangan prioritas utama penanggulangan insiden sebagai berikut:

Keselamatan orang (Life safety). Prioritas utama Incident Commander adalah selalu keselamatan orang yang terlibat dalam penanggulangan insiden dan masyarakat.

Kestabilan insiden (Incident Stability). Incident Commander memiliki tanggung jawab menentukan strategi untuk:

-

Meminimalkan dampak insiden terhadap areal sekitarnya

-

Memaksimalkan usaha-usaha penanggulangan insiden dengan menggunakan sumber daya secara efisien.

Memelihara harta benda (Property concervation). Incident Commander bertanggung jawab untuk meminimalkan kerusakan harta benda dalam mencapai objektif penanggulangan insiden.

Dengan makin berkembangnya insiden, Incident Commander dapat mengaktifkan Deputy Incident Commander dan tambahan seksi-seksi General Staff (Planning, Operations, Logistic dan/atau Finance/Administration), sesuai keperluan. Setiap Kepala Seksi (Section Chief) yang ditunjuk memiliki otoritas untuk mengembangkan internal seksinya sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan penciutan organisasi penanggulangan insiden ini harus mengikuti rentang kendali yang dapat dikelola

(manageable span of control) yakni seorang pimpinan membawahi antara 3 orang sampai 7 orang.

5.3 Seksi Operasi (The Operations Section)

Seksi Operasi (Operations Section) bertanggung jawab untuk menjalankan tindakan-tindakan penanggulangan insiden yang dicantumkan dalam IAP. Kepala Seksi Operasi (Operation Section Chief) mengkoordinir aktivitas-aktivitas Operations Section dan memiliki tanggung jawab utama untuk menerima dan melaksanakan IAP.

Operations Section Chief melapor kepada Incident Commander dan menentukan jumlah sumber daya dan organisasi yang diperlukan dalam Operations Section.

Incident Commander

Information Officer Legal Officer Deputy Inc. Commander Safety Officer Security Officer Liaison Officer

Operations Section Planning Section Finance/Administration

Section Logistic Section

Staging Area Manager

Law Enforcement Branch Coordinator Fire/Rescue Branch Coordinator

Health/Welfare Branch Coordinator

Fire Operation Unit Leader Disaster Medical Unit

Leader Search & Rescue Unit

Leader

Hazmat Unit Leader

Coroner Unit Leader

Damage/Safety Assessment Unit Leader

Public Work Unit Leader

Public Health Unit Leader Care & Shelter Unit

Leader

Tanggung jawab utama Operations Section Chief adalah sbb:

 Mengarahkan dan mengkoordinir semua operasi, dan memastikan keselamatan semua personil Operations Section

 Membantu Incident Commander dalam membuat tujuan dan objektif penanggulangan insiden

 Meminta dan mengembalikan sumber daya melalui Incident Commander

 Memberikan informasi kepada Incident Commander tentang situasi dan status sumber daya dalam operasi.

Organisasi di bawah Operations Section dapat berkembang membentuk beberapa Branch, Divisi dan Group sesuai dengan kebutuhan operasi penanggulangan insiden.

Branch dibawahi oleh Branch Director, sedangkan Divisi dan Group dibawahi oleh seorang Unit Leader dan Supervisor. Beberapa posisi tertentu dibawahi oleh seorang Coordinator. Di bawah ini adalah salah satu bentuk pengembangan organisasi dibawah Operations Section.

5.4 Seksi Perencanaan (The Planning Section)

Untuk kejadian atau insiden yang lebih kecil, Incident Commander bertanggung jawab terhadap perencanaan, tetapi saat insiden menjadi lebih besar, Incident Commander akan membentuk Planning Section. Planning Section berfungsi untuk mengumpulkan, mengevaluasi, menyebarkan dan menggunakan informasi tentang perkembangan insiden dan status dari sumber daya. Tanggung jawab dari seksi ini juga termasuk pembuatan Incident Action Plan (IAP), yang menjelaskan tentang aktivitas-aktivitas penanggulangan insiden dan penggunaan sumber daya untuk periode waktu tertentu.

Organisasi di bawah Planning Section dapat berkembang lebih luas sesuai dengan kebutuhan operasi penanggulangan insiden. Tambahan posisi di bawah Planning Section Chief biasanya berupa:

 Situation Analysis Unit Leader,

 Documentation Unit Leader,

 Advance Planning Unit Leader,

 Technical Services Unit Leader,

 Resource Unit Leader, dan

 Demobilization Unit Leader.

Masing-masing unit memiliki tugas dan fungsinya sendiri-sendiri untuk membantu Planning Section Chief dalam menjalankan fungsinya sebagaimana disebutkan di atas. Di bawah ini adalah bagan struktur organisasi Planning Section yang sudah dikembangkan

5.5 Seksi Logistik (The Logistic Section)

Seksi Logistik (Logistic Section) bertanggung jawab untuk menyediakan fasilitas, pelayanan, dan material, termasuk personil untuk mengoperasikan peralatan yang diminta untuk penanggulangan insiden. Seksi ini memegang peran penting dalam mendukung operasi penanggulangan insiden untuk jangka panjang. Organisasi di bawah Logistic Section dapat dikembangkan lebih luas sesuai dengan kebutuhan operasi penanggulangan insiden yang juga berkembang dari skala maupun kompleksitasnya.

Biasanya Logistic Section berkembang menjadi dua Branch utama yaitu Services Branch dan Support Branch.

Services Branch terdiri dari:

 Communication Unit,

 Medical Unit, dan

 Food Unit,

Sementara Support Branch terdiri dari:

 Facilities Unit,

 Supply Unit,

 Transportation Unit, dan

 Maintenance Unit

5.6 Seksi Keuangan/Administrasi (The Finance/ Administration Section)

Seksi keuangan sangat penting untuk menelusuri biaya penanggulangan insiden dan penggantian biaya. Semua biaya untuk operasi penanggulangan ini akan dibukukan.

Organisasi di bawah Finance/Administration Section ini juga bisa berkembang seperti terlihat pada bagan organisasi dibawah ini sesuai dengan berkembangnya kebutuhan operasi penanggulangan insiden karena skala dan kompleksitas dari insiden itu sendiri.

5.7 Peralihan Komando

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya orang yang paling senior datang di tempat kejadian insiden untuk menanggulangi insiden bertindak sebagai Incident

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya orang yang paling senior datang di tempat kejadian insiden untuk menanggulangi insiden bertindak sebagai Incident