• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT

4.3. Panen dan Pascapanen

4.3.1. Panen

Panen merupakan kegiatan akhir dari proses budidaya tanaman dan awal dari kegiatan pascapanen untuk pemanfaatan lebih lanjut. Praktek pemanenan bahan tanaman obat tidak terlepas dari karakter umum dari tanaman obat yaitu, (1) kandungan bahan aktif sebagai nilai utama, dan (2) mudah terkontaminasi (Anonim, 2013a).

Kegiatan pemanenan tanaman obat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan bahan baku obat dengan kandungan bahan aktif yang tinggi dan berkualitas serta terhindar dari kontaminasi. Oleh karena itu tanaman obat harus dipanen pada periode waktu yang tepat untuk memastikan bahwa produksi bahan baku dan produk akhir yang dihasilkan berkualitas terbaik. Informasi rinci terkait waktu yang tepat untuk pemanenan biasanya tersedia dalam farmakope nasional, monograf atau buku-buku referensi utama. Sebagaimana sudah diketahui bahwa kandungan bahan aktif dalam tanaman bervariasi tergantung tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Begitu juga dengan senyawa-senyawa toksik yang terkandung dalam jaringan tanaman. Waktu panen terbaik ditentukan berdasarkan kualitas dan kuantitas senyawa aktif yang dikandung bukan berdasar pada total biomassa atau pertumbuhan vegetatif tanaman.

Selama proses pemanenan harus dipastikan tidak ada material asing, gulma atau tumbuhan beracun yang bercampur dengan bahan tanaman obat yang dipanen. Tanaman obat harus dipanen pada kondisi cuaca terbaik, tidak ada embun, hujan atau kelembaban ekstrim. Jika pemanenan dilakukan dalam kondisi basah, hasil panenan harus segera dibawa ke fasilitas pengeringan di dalam ruangan untuk mencegah kemungkinan pengaruh merugikan, karena tingkat kelembaban yang tinggi dapat mamacu pertumbuhan mikroba fermentatif maupun jamur yang menghasilkan aflatoksin. Untuk mengurangi kontaminasi, alat pemanenan dan mesin-mesin yang digunakan harus terjaga kebersihannya. Alat-alat tersebut harus disimpan di tempat kering yang bebas dari serangga, hewan pengerat, ternak dan hewan peliharaan lainnya.

Bahan tanaman hasil panen sedapat mungkin terhindar dari kontak dengan tanah untuk meminimalkan terbawanya mikroba kontaminan. Bila perlu disediakan alas

untuk menampung hasil panen. Jika yang dipanen adalah akar tanamannya, maka tanah yang menempel harus segera dibersihkan setelah pemanenan. Bahan mentah tanaman obat harus segera diangkut dalam keadaan bersih dan kering. Semua kontainer yang digunakan saat panen harus tetap bersih dan bebas dari kontaminasi oleh sisa-sisa tanaman obat yang dipanen sebelumnya dan benda asing lainnya. Jika menggunakan wadah plastik, maka perhatikan kemungkinan terjadinya peningkatan kelembaban yang dapat menyebabkan pertumbuhan jamur. Saat wadah tidak digunakan, wadah harus dikeringkan dan disimpan di tempat yang terlindungi dari serangga, hewan pengerat, burung dan hama lainnya, dan tidak terjangkau ternak dan hewan peliharaan.

Kerusakan mekanis atau pemadatan bahan baku tanaman obat, sebagai akibat penumpukan yang terlalu banyak yang memungkinkan terjadinya pengomposan atau penurunan kualitas harus dihindari. Oleh karena itu perlu dipastikan adanya aliran udara yang cukup untuk produk yang perlu diangin-anginkan terlebih dahulu. Bahan tanaman yang terdekomposisi selama masa panen, pascapanen dan pemrosesan harus disingkirkan untuk menghindari kontaminasi mikroba yang dapat menurunkan kualitas produk akhir.

Tanaman obat mempunyai struktur morfologi yang beragam (akar, batang, daun, bunga, buah, dan lain sebagainya), komposisi dan fisiologinya. Dengan demikian setiap komoditas mempunyai persyaratan dan rekomendasi pascapanen yang bervariasi. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adanya kontaminasi jamur dan atau bakteri.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 73/Permentan/OT.140/7/2013, penanganan panen, pascapanen, dan pengelolaan bagsal pascapanen yang baik berdasarkan prinsip:

1) Pedoman dilaksanaan dengan sukarela dan dapat diaudit

2) Mengikuti program keamanan pangan dengan melakukan penyusunan Prosedur Operasional Baku (POB)/ Standard Operasional Prosedure (SOP) dan Sanitary Standard Operational Prosedure (SSOP), melakukan pencatatan untuk kegiatan

tertentu, pencatatan secara periodik, memiliki jadwal pemeriksaan, serta terdapat petugas atau sumber daya manusia yang kompeten

3) Membuat sistem ketelusuran balik agar dapat menjamin keamanan dan mutu yang baik terhadap produk hortikultura

4) Menyediakan program kesehatan dan kebersihan bagi pekerja seperti sarana kerja yang baik, ketersediaan air bersih, dan lain-lain

5) Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tahapan dan waktu penanganan diupayakan sesingkat mungkin untuk menghantarkan produk hortikultura dari lahan produksi ke tangan konsumen dalam keadaan baik (Anonim, 2013a).

Berdasarkan Widiyastuti, dkk (2015) secara umum panen tanaman obat baik yang dari tanaman budidaya maupun tumbuhan liar harus memperhatikan faktor-faktor berikut (1) waktu panen, (2) bahan yang akan di panen, (3) teknik panen, dan (4) peralatan panen. Tanaman obat dipanen pada saat tanaman memiliki kandungan senyawa aktif pada kadar optimal yang diperoleh pada umur, bagian tanaman dan waktu tertentu, misalnya :

Tanaman yang mengandung minyak atsiri dipanen pada pagi hari karena molekul minyak atsiri masih stabil sebelum proses fotosintesis berlangsung

Daun salam yang masih muda memiliki kandungan senyawa aktif hipoglikemik lebih tinggi dibandingkan daun tua

Rimpang dipanen pada tanaman yang sudah tua pada akhir masa vegetatif Akar dipanen pada tanaman yang sudah tua pada akhir masa vegetatif

Kulit batang dipanen pada saat aktivitas kambium maksimal, sel-sel parenkim belum mengalami diferensiasi, umumnya pada musim penghujan.

Daun dan herba pada umumnya dipanen saat tanaman menjelang berbunga. Bunga dipanen saat mahkota bunga mekar sempurna, kecuali cengkeh dipanen

sebelum tunas bunga membuka.

Biji dipanen saat buah masak sempurna sebelum pecah secara alami.

Tanaman obat yang mengandung alkaloid dipanen pada musim kemarau dimana kandungannya berada pada kondisi optimal.

Merujuk pada fokus pengembangan 5 tanaman obat hingga beberapa tahun ke depan (Sutiwi, 2017) yang mayoritas adalah umbi/rimpang, maka dalam rangka memastikan keberlangsungan panen bahan berupa umbi/rimpang disarankan mengikuti teknik berikut :

Akar digali pada jarak minimal 30 cm dari batang atau akar utama Hanya akar pada bagian tepi yang diambil

Setelah penggalian, lubang ditutup kembali untuk perlindungan dari infeksi dan hama. (Widiyastuti, et al., 2015)