• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN RUMPUN DAN GALUR TERNAK UNGGUL

Balai Penelitian Ternak sebagai Balai Penelitian Komoditas Peternakan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan telah melakukan serangkaian penelitian pemuliaan melalui seleksi dan persilang untuk meningkatkan produktivitas, produksi dan kualitas produk ternak. Pembentukan rumpun dan galur ternak baru yang mempunyai keunggulan sejumlah sifat dilakukan untuk menghasilkan bibit berkualitas terutama pada ayam dan itik (GPS, PS dan FS), domba dan kambing (elit dan multiplikasi) serta kelinci (PS dan FS), seperti yang tertera pada Tabel 1.

Ayam KUB-1 merupakan galur ayam kampungunggul hasil seleksi galur betina (female line) selama 6 generasi. Ayam kampung yang dipakai dalam kegiatan seleksi berasal dari Jawa Barat (Jatiwangi, Depok, Karakal Ciawi dan Cianjur) dan DKI Jakarta. Seleksi dilakukan pada pertumbuhan, efisiensi pakan, produksi telur, sifat mengeram dan warna kerabang telur. Ayam KUB-1 memiliki keunggulan pada umur pertama bertelur (6 bulan), produksi telur tinggi (160-180 btr/thn), hen day (45-50%), puncak produksi (60%) dan sifat mengeram (<10%) (Tabel 1).

Tabel 1. Rumpun dan galur ternak unggul hasil penelitian pemuliaan ternak di Balitnak

No. Rumpun / Galur Pemuliaan Keunggulan

1. Galur Ayam

Petelur Unggul : Ayam KUB-1

Seleksi ayam kampung untuk sifat bertelur I dan rontok bulu selama 6 generasi yang berfungsi sebagai female line.

Umur I bertelur 6 bln, produksi telur tinggi (160-180 btr/th), hen day 45-50%, puncak produksi 60%, sifat mengeram <10%. 2. Rumpun Itik Pedaging Unggul : Itik PMp

Persilangan antara itik Peking dan Mojosari putih dan diseleksi sifat bertelur I selama 5 generasi agar stabil dan seragam. Komposisi darah adalah 50% itik Peking dan 50% itik

Umur I bertelur 5,5-6 bln, rataan produksi telur 6 bln 73-78%, bobot badan > 2,5 kg umur 2,5 bln. Apabila disilangkan dengan entog menghasilkan bobot badan 3 kg umur 2,5 bln dengan warna bulu putih dengan

47 Mojosari putih karkas bersih.

3. Galur Itik Petelur Unggul :

Itik Alabi-Master1.Agrinak

Itik alabio diseleksi selama 4 generasi pada sifat produksi telur 6 bulan pertama dan umur I bertelur menggunakan

metode seleksi

independent culling level. Berfungsi sebagai female line.

Umur I bertelur 18-20 mg, produksi telur/thn 287 butir (79%), hen day 75-80%, puncak produksi 86-90%, fertilitas 80-85% dan bobot telur 55-60 gr.

4. Galur Itik Petelur Unggul :

Itik

Majo-Master1.Agrinak

Itik Mojosari diseleksi selama 4 generasi pada sifat produksi telur 6 bulan pertama dan umur I bertelur menggunakan

metode seleksi

independent culling level. Berfungsi sebagai female line.

Umur I bertelur 22-24 mg, produksi telur/thn 250 butir (69%), hen day 60-70%, puncak produksi 78-85%, fertilitas 80-85% dan bobot telur 50-55 gr.

5. Domba Komposit Unggul :

Compass.Agrinak1

Hasil persilangan dan seleksi dengan komposisi genetik 50% Sumatera, 25% rambut St. Croix dan 25% rambut Barbados Blackbelly.

Laju pertumbuhan baik (101 gr/d), litter size 1,5 ekor (sama dgn lokal), produktivitas 23,3 kg/induk/thn, siklus reproduksi sepanjang tahun, adaptasi baik pada lingkungan tropis dan lembab.

6. Domba Komposit Unggul : Domba Komposit Garut

Pemuliaan melalui persilangan dan seleksi dengan komposisi genetik 50% domba Garut, 25% rambut St. Croix dan 25% Moulton Charollais

Laju pertumbuhan tinggi (169,1 gr/d), litter size 2,1 ekor, produktivitas 47kg/induk/thn, siklus reproduksi sepanjang tahun, adaptasi baik pada lingkungan tropis dan lembab.

7. Kelinci Komposit Unggul:

Kelinci FZ-3

Pemuliaan melalui persilangan dan seleksi Reza dengan Flemish Giant pada generasi ke-3.

bobot dewasa > 1300 gr (umur 10 mg) dan luasan fur > 1.6 ft2.

Sumber : Prasetyo dan Susanti (2000; 2007), Subandriyo et. al. (1998; 2000), Sartika et. al. (2002), Brahmantyo et. al. (2010).

Untuk menjawab tantangan kondisi lingkungan panas dan lembab daerah tropis serta dalam merespon perubahan iklim global, telah dibentuk antara lain Domba Komposit Sumatera dengan nama Compass.Agrinak1. Domba komposit unggul ini tersusun dari materi genetik bersumber dari domba lokal Sumatera (S),

48 Barbados Blackbelly (B) dan St. Croix (H). Persilangan awal dilakukan antara domba betina Sumatera dengan jantan Barbados Blackbelly (BB) dan dengan jantan St. Croix (H) untuk meningkatkan adaptasi terhadap lingkungan panas.

Persilangan dilanjutkan untuk membentuk domba komposit tiga rumpun dengan komposisi genetik (50% S, 25% B, 25% H). Keunggulan produktivitas antara lain memiliki laju pertumbuhan baik (101 gr/d), litter size 1,5 ekor (sama dgn lokal), produktivitas 23,3 kg/induk/thn, siklus reproduksi sepanjang tahun (Subandriyo et. al. 1998; Subandriyo et. al. 2000).

Pemeliharaan domba Compass.Agrinak pada kondisi peternakan menunjukkan bahwa domba Compass.Agrinak1 tetap dapat mempertahankan keunggulannya dibandingkan terhadap domba ekor tipis lokal (Setiadi dan Subandriyo, 2007). Domba komposit unggul lain dibentuk melalui persilangan domba betina Garut (G) dengan domba jantan St. Croix (H) dari Amerika Serikat dan juga dengan domba jantan M. Charollais (M) dari Perancis. Persilangan dilanjutkan untuk membentuk domba komposit tiga rumpun (50% G, 25% H, 25% M). Domba komposit ini dibentuk untuk meningkatkan produksi susu dan daya tumbuh, sedangkan persilangan dengan jantan St. Croix untuk meningkatkan adaptasi terhadap wilayah tropis Indonesia. Selain itu juga bertujuan untuk memenuhi permintaan yang khusus, seperti pertumbuhan cepat, sifat adaptif, dengan tetap terpelihara jumlah anak kembar. Keunggulan produktivitas antara lain dengan laju pertumbuhan tinggi (169,1 gr/d), litter size baik (rataan 2,1 ekor), produktivitas tinggi (47kg/induk/thn) dan siklus reproduksi sepanjang tahun (Inounu et. al. 2006).

Kelinci Reza yang dipakai sebagai untuk membentuk kelinci pesilangan unggul FZ-3 meruapakan kelinci hasil persilangan antara kelinci Rex dan Satin. Kelinci silangan Reza ditargetkan untuk memiliki kulit bulu yang halus kilap sebagai perpaduan gen halus dari kelinci Rex (F_L_mmrrSa_) dan bulu yang mengkilap dari kelinci Satin (F_L_mmR_sasa). Sifat bulu kelinci Reza terbentuk karena terkumpulnya pasangan gen homosigot resesif untuk bulu halus (rr) dan bulu kilap (Brahmantyo et. al., 2010).

KRIOKONSERVASI

Konservasi telah diusulkan sebagai suatu metoda atau cara untuk memperlambat kehilangan diversitas genetik dari banyak rumpun ternak khususnya dari kondisi langka (extinction). Kriokonservasi berupa penyimpanan ovum dan embrio pada ternak unggas sulit dilakukan karena struktur dan ukuran kuning telur yang besar (Song dan Silversides, 2007).

Kriopreservasi Primordial Germ Cell (PGC), yang merupakan sel asli (original cell) dari spermatogonia pada testes atau oogonia dari ovari, adalah bioteknologi reproduksi yang dikembangkan sebagai metode alternatif untuk menyelamatkan material genetik pada ternak unggas. PGC dapat dipanen dan disimpan di dalam nitrogen cair, sehingga dapat digunakan untuk konservasi materi genetik ayam dan itik. Pada proses pembekuan PGC ayam lokal dianjurkan tingkat penurunan suhu adalah 0,5 oC atau 0,3 oC per menit untuk memperoleh viabilitas PGC yang baik (Kostaman et. al., 2011).

Teknik PGC juga dapat dipakai untuk menghasilkan ayam transgenik (Furuta, 2012). Jalur migrasi yang unik dari PGC ayam memudahkan untuk dikoleksi, diisolasi dan dimanipulasi untuk tujuan konservasi. Efisiensi produksi dari germline

49 chimera untuk preservasi PGC ayam lokal akan diperoleh pada kondisi PGC-sirkulas perkembangan embrio stadium 15 (Kostaman et. al., 2013). Masa kritis perkembangan embrio ayam yang ditransfer dengan PGC-sirkulasi segar sebanyak 25, 50 dan 100 sel berurutan pada hari ke-10, 14 dan 17, sedangkan untuk PGC-sirkulasi beku dengan masa kritis perkembangan embrio lebih singkat (Kostaman et. al., 2014).

PENUTUP

Kekayaan sumber daya genetik ternak asli dan lokal sudah cukup banyak dieksplorasi melalui serangkaian studi untuk mendapatkan informasi perbedaan genetik, filogenetik, introgresi gen dan asal usul ternak. Analisa molekular seperti mitokondria DNA (mtDNA) akan menjadi suatu cara yang lebih intensif dipakai untuk memperoleh informasi pada aspek karakterisasi dan diversitas genetik ternak.

Kegiatan seleksi dan persilangan dilakukan untuk memperbaiki produktivitas dan kualitas produk ternak lokal. Perbaikan genetik melalui seleksi pada ternak ruminasia lebih memfokuskan pada sifat pertumbuhan, sedangkan pada ternak unggas (ayam dan itik) juga mempertimbangkan sifat ekonomis lain seperti produksi telur dan fertilitas. Persilangan juga menjadi pilihan untuk memperbaiki produktivitas ternak lokal, baik antara rumpun ternak lokal (asli) ataupun terhadap rumpun ternak eksotik. Sejumlah gen-gen major dipelajari mengenai tingkat mutasi basa yang terjadi dan hubungannya dengan sifat produksi, reproduksi, resistensi penyakit dan perilaku ternak.

Rumpun dan galur ternak unggul untuk sifat produksi daging, produksi telur dan tahan cekaman panas tropis sudah dihasilkan dari hasil penelitian pemuliaan seperti di Balitnak lingkup Puslitbang Peternakan. Untuk mempertahankan keragaman genetik dari ternak unggas lokal telah dikembangkan teknologi kriokonservasi yang diharapkan akan mendukung program konservasi in situ dan eks situ.

Studi terkait dengan kegiatan karakterisasi, seleksi, persilangan dan konservasi akan semakin intensif dilakukan pada berbagai rumpun dan galur ternak dalam megupayakan peningkatan produktivitas dan kualitas produk ternak. Namun kegiatan tersebut akan tetap memperhatikan keberagaman sumber daya genetik ternak asli dan lokal untuk mengantisipasi permintaan yang lebih bervariasi dan perubahan lingkungan strategis lain di masa mendatang.