PRODUKSI TERNAK
PEMBERIAN BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIK PADA PERFORMANS BABI DUROC
(The Feeding of Antibiotic on Duroc Pig Performances) Salam N. Aritonang, Jones Pinem, Surya Siagian
Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan-Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang, Sumatera Barat
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis antibiotik terhadap performans babi Duroc. Dalam penelitian ini menggunakan 20 ekor babi Duroc jantan umur 2 bulan dengan bobot badan 4-4,5 kg. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian antibiotik : Tanpa antibiotic (A), Tetrasiklin 0,05 ppm (B) Avilamisin 5 ppm (C) dan Bambermisin 2,5 ppm (D) Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan, Pemberian antibiotik Tetrasiklin, Avilamisin dan Bambermisin sangat nyata meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan serta menurunkan konversi ransum pada ternak babi Duroc. Tetrasiclin merupakan antibiotic paling efisien terhadap performans babi duroc.
Kata kunci : antibiotik, performans, Duroc, babi
ABSTRACT
This research aimed to determine the effect of antibiotic on the performances of Duroc pig. In the study was used of 20 male pig age of 2 month with body weight 4-4,5 kg. The method of this research is an experiment was used Completely Randomized Design (CRD) wich consist of four treatments with five replications. The treatments are feeding an antibiotic : Without antibiotic (A), Tetrasiklin 0,05 ppm (B) Avilamisin 5 ppm (C) dan Bambermisin 2,5 ppm (D) The variable measured were feed intake , body weight gain and feed conversion. The result of this research indicated, that the antibiotics is highly significant ( P < 0.01 ) increase feed intake and daily gain average and decrease feed conversion of Duroc pig. Tetrasiklin is the most efficient antibiotic on Duroc pig performances.
Key words : antibiotic, performance, Duroc, pig
PENDAHULUAN
Ternak babi merupakan komoditi ternak yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena selain pertumbuhan badannya yang cepat dengan angka kelahiran yang cukup tinggi, juga mampu memanfaatkan segala limbah pertanian maupun limbah rumah tangga. Jenis babi yang banyak dipelihara di Indonesia bervariasi diantaranya babi Duroc.
Babi Duroc merupakan bangsa babi unggul yang digunakan sebagai babi bibit, termasuk tipe daging dengan tubuh panjang dan lebar serta warna merah bervariasi dari merah muda sampai dengan merah tua (Crewel, 2005). Bangsa babi ini popular
di Asia Timur karena ketahanannya dengan tubuh padat dan prolific, dan siap potong pada berat sekitar 90 kg yang dapat dicapai dalam 5 bulan dengan pertambahan bobot badan mencapai 660-700 gr/hari (Blakely dan Bade, 1998).
Pemberian ransum pada ternak babi sering ditambahkan antibiotik sebagai feed additive walaupun sedikit, untuk merangsang pertumbuhan serta meningkatkan efisiensi ransum. Antibiotik dapat menjaga keseimbangan kesehatan ternak karena mampu membunuh bakteri pathogen dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu antibiotik dapat digunakan pada ransum babi sebagai zat untuk membantu sistem pencernaan dalam penyerapan makanan sehingga dapat meningkatkan performansnya (Focosi, 2005).
Antibiotik umumnya dikelompokan berdasarkan struktur dan target kerjanya pada sel sehingga mampu menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri (Benzoen, dkk., 2000), dan sebagian besar penggunaannya harus mempunyai aktivitas spectrum yang luas (Tjay dan Raharja, 2005). Berbagai antibiotik yang sering diberikan diantaranya Tetrasiklin, Avilamisin dan Bambermisin.
Tetrasiklin (C22H24N2O8.HCl) merupakan antibiotik yang diperoleh dari fermentasi jenis kapang Streptomyces, mempunyai senyawa anfoterik, membentuk garam baik dengan asam maupun basa, dan dapat membunuh bakteri Brucelosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan Streptococcus (Butaye et al., 2003). Dalam kerjanya tetrasiklin dengan target ribosom bakteri. Namun walaupun sebagian besar tetrasiklin tidak diragukan lagi kerjanya mengganggu sintesis protein, beberapa kelompok baru ditemukan bekerja dengan cara mengganggu membrane bakteri bukan menghentikan sintesis protein. Untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik, penggunaan tetrasiklin sebagai feed aditit untuk pemacu pertumbuhan pada ternak harus dikurangi (Focosi, 2005). Dosis tetrasiklin yang direkomendasikan oleh SNI sekitar 0,01-0,05 ppm. Penggunaan tetrasiklin sebanyak 0,05 ppm pada babi menghasilkan pertambahan bobot nadan 265 gr/ekor/hari dengan konsumsi ransum 1232 gr/hari dan efisiensi ransum 4,64 feed/bw (Sinaga, 2010).
Avilamisin merupakan antibiotic kelompok oligosakarida (COCH(H3)2), yang dihasilkan dari Streptomyces viridochromogenes dan hanya digunakan sebagai pemacu pertumbuhan (Adam, 2002). Avilamisin mampu mengatasi Clostridia dan Salmonella (Teale, 2003). Penggunaan Avilamisin dalam ransum babi menurut SNI sekitar 5-40 ppm. Reaksi keton yang diberi Avilamisin mengakibatkan oksidasi lemak sehingga dapat mengurangi kandungan lemak daging. Hasil penelitian James (2007) penambahan antibiotik Avilamisin 3 ppm pada ransum babi menghasilkan pertambahan bobot badan 224 gr/ekor/hari dengan jumlah konsumsi ransum 1228 gr/ ekor/hari dan efisiensi ransum 5,11 feed/bw.
Bambermisin merupakan antibiotic glikolipid yang diproduksi oleh spesies Streptomyces dan digunakan sebagai pemacu pertumbuhan. Antibiotik ini bekerja menghambat polimerisasi peptidoglikan, merusak aktivitas transgikolase dari protein pengikat penisilin (Butaye et al. 2003). Selain itu juga mengganggu fungsi Coccidiosis, mengurangi ketebalan dinding usus dan meningkatkan penyerapan nutrisi sehingga meningkatkan laju pertumbuhan dan efissiensi ransum (Manoi dan Balitro, 2009). Penggunaan bambermisin menurut SNI sekitar 2,5 ppm dan hanya boleh diberikan selama 5 – 7 hari. Hasil penelitian Reyhan (2011) pemberian bambermisin 2 ppm pada ransum babi menghasilkan pertambahanbobot badan 285
174 gr/ekor/hari dengan jumlah konsumsi ransum 1240 gr/ekor/hari dan efisiensi ransum 4,35 feed/bw.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 20 ekor babi Duroc umur 2 bulan dengan berat rata- rata 4 – 4,5 kg yang dikandangkan secara individual. Makanan yang diberikan berupa konsentrat yang terdiri dari dedak padi (60%), jagung halus (15%), ampas tahu (22%) dan ikan asin (3%).
Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian antibiotik : Tanpa antibiotic (A), Tetrasiklin 0,05 ppm (B) Avilamisin 5 ppm (C) dan Bambermisin 2,5 ppm (D). Adapun komposisi ransum penelitian seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian
Zat Makanan Komposisi (%)
BK 81 PK 14 LK 11,5 SK 4,8 ABU 6,05 BETN 63,2 Ca 1,1 P 0,6 ME 2740
Sumber : Lab Nutrisi Ruminansia Faterna Unand (2013)
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah : Konsumsi Ransum (diukur setiap hari), Pertambahan Bobot Badan (diukur setiap minggu), Konversi Ransum. Adaptasi ransum basal dilakukan selama 3 hari lalu diberi obat cacing pada hari ke-3. Pada hari ke 4 mulai diberikan ransum dicampur antibiotik sesuai perlakuan yang diberikan selama 1 minggu. Minggu ke 2 sampai ke 5 dilakukan pemberian ransum basal tanpa antibiotik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum
Hasil analisis statistik pada Tabel 2. menunjukkan konsumsi ransum babi Duroc yang ditambahkan antibiotik Tetrasiklin (B), Avilamisin (C) dan Bambermisin (D) satu sama lain berbeda tidak nyata (P > 0.05) namun ketiganya sangat nyata lebih tinggi dibanding babi Duroc yang tidak diberi antibiotik. Ini menunjukkan pemberian antibiotik meningkatkan jumlah konsumsi ransum.
Meningkatnya konsumsi ransum pada babi Duroc yang diberi antibiotik disebabkan antibiotik umumnya berbahan dasar Streptomyces (Adam, 2002; Butaye, dkk., 2003) yang mampu mengendalikan bakteri gram positip pada sistem pencernaan, sehingga dapat meningkatkan enzim-enzim dan laju penyerapan zat-zat makanan dalam usus (Arif, dkk. 2004). Akibatnya jumlah makanan dalam sistem
pencernaan menjadi lebih cepat berkurang sehingga memacu ternak untuk makan lagi, yang diikuti oleh meningkatnya konsumsi ransum.
Tabel 2. Rataan Konsumsi Ransum Ternak Babi duroc
Perlakuan Konsumsi Ransum (gr/ek/hr)
A 910,28 + 24,10a
B 1229,71 + 24,25b
C 1217,71 + 29,05b
D 1234,28 + 24,95b
Ket: superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01)
Berbeda tidak nyatanya konsumsi ransum di antara babi Duroc yang diberi antibiotik Tetrasiklin (B), Avilamisin (C) dan Bambermisin (D) disebabkan aktivitas ketiga antibiotik tersebut hampir sama, yaitu mengganggu kerja bakteri gram postip dan sebagian gram negatip. Selain itu juga dapat mengurangi ketebalan dinding usus yang dapat mempengaruhi penyerapan zat-zat makanan yang mengakibatkan konsumsi ransum berbeda tidak nyata.
Pertambahan Bobot Badan
Hasil analisis statistik pada Tabel 3. menunjukkan pertambahan bobot badan babi Duroc yang diberi antibiotik Bambermisin (D) sangat nyata paling tinggi (P < 0,01) dibanding babi Duroc yang diberi Tetrasiklin (B), Avilamisin (C) maupun yang tidak diberi antibiotik (A).
Tabel 3. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ternak Babi Duroc
Perlakuan Pertambahan Bobot Badan (gr/ek/hr)
A 120,00 + 32,30a
B 238,28 + 56,15bc
C 186,28 + 16,68b
D 278,82 + 32,30c
Ket: superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01)
Paling tingginya pertambahan bobot badan babi Duroc yang diberi antibiotik Bambermisin disebabkan Bambermisim dapat menghambat sintesa peptidoglikan (Butaye, dkk. 2003) di mana proses ini dapat menghindari terjadinya perombakan dinding sel protein bakteri. Akibatnya tidak terjadi pencemaran spectrum bakteri secara luas sehingga bisa menjaga kestabilan kerja bakteri dari penyerapan zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan, sehingga pertambahan bobot badan babi Duroc pada perlakuan ini paling tinggi.
Berbeda tidak nyatanya antara pertambahan bobot badan babi Duroc yang diberi antibiotik Bambermisin (D) dengan Tetrasiklin (B) disebabkan baik Bambermisin maupun Tetrasiklin dapat mengganggu sintesis protein pada bakteri (Fuccosi, 2005) Hal ini erat hubungannya dengan replikasi bakteri dan enzim-enzim yang mempengaruhi penyerapaan zat-zat makanan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan sel tubuh secara fisik.
Berbeda tidak nyatanya pertambahan bobot badan babi Duroc yang diberi antibiotik Tetrasiklin (B) dengan Avilamisin (C) disebabkan kedua antibiotik ini
176 memiliki aminoglikosida dan oligoglikosida (Butaye, dkk. 2003; Butaye, dkk. 2003) yang diperlukan dalam sintesis sel, sehingga terjadi perkembangan dan pertumbuhan sel dalam tubuh yang mengakibatkan pertambahan bobot badan meningkat.
Konversi Ransum
Hasil analisis statistik pada Tabel 4. menunjukkan konversi ransum babi Duroc yang diberi antibiotik Bambermisin (D), Avilamisin (C) dan Tetrasiklin (B) satu sama lain berbeda tidak nyata (P > 0,05), namun ketiga perlakuan ini sangat nyata lebih rendah (P < 0,01) konversi ransumnya disbanding babi Duroc yang tidak diberi antibiotic (A).
Tabel 4. Rataan Konversi Ransum Ternak Babi Duroc
Perlakuan Konversi Ransum (feed/bw)
A 7,66 + 0,80a
B 5,44 + 1,23b
C 6,67 + 0,57ab
D 4,46 + 0,24c
Ket: superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata (P < 0,01)
Berbeda tidak nyatanya konversi ransum di antara ternak babi Duroc yang diberi antibiotik Bambermisin (D), Avilamisin (C) dan Tetrasiklin (B) disebabkan aktivitas ketiga antibiotik tersebut hamper sama untuk meningkatkan laju penyerapan zat-zat makanan dengan merubah ketebalan dan panjang sistem pencernaan, sehingga ransum dapat diserap dengan cepat di dalam sistem pencernaan (Austic dan Nesheim, 1990). Hal ini akan diiringi dengan meningkatnya konsumsi ransum ternak babi dan pertambahan bobot badan serta diikuti oleh konversi ransum yang berbeda tidak nyata.
Tingginya konversi ransum ternak babi Duroc yang tidak diberi antibiotik (A) disebabkan tanpa antibiotic system pencernaan tidak mengalami perubahan bentuk sehingga penyerapan zat-zat makanan tidak sebaik yang diberi antibiotik, yang diikuti oleh konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan lebih sedikit. Akibatnya konversi ransum pada ternak babi Duroc yang tidak diberi antibiotik paling tinggi.
KESIMPULAN
Pemberian antibiotik Tetrasiklin, Avilamisin dan Bambermisin sangat nyata meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan serta menurunkan konversi ransum pada ternak babi Duroc. Tetrasiklin paling efisien penggunaannya dalam pemakaian dosis rendah dan murah harganya.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, R. 2002. Vetenary Pharmacology and Therapeutics. IOWA States University Press. Ames. USA
Arif, A. 2004. Biologi. Keberadaan Bakteri Gram Positip Terhadap Aktifitas Enzim. Universitas Negri medan. Medan.
Benzoen, A., W.V. Haren and J.C. Hanekamp. Emergence of A debate : AGPs and Public Health. Heidelberg Appleal Nederland Foundation. Amsterdam.
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Butaye, P., A. Devriese and F. Haesebrouck. 2003. Antimicrobial Growth Promotor Used in Animal feed Effects or Less Well Known antibiotics on Gram Positive Bacterial Clinical Microbiology Reviews.
Crewel, A. 2005. Down Through Tele Years Duroc. Norwegian.
Focossi, D. 2005. Antimicrobial for Bacteria. http://focosi.altervista.org/2 Februari 2006
James, B. 2007. Antibiotik Untuk Performans Babi. Universitas Graha Nusantara. Padang Sidempuan.
Manoi, F. dan Balittro. 2009. Binalog (Anredera Cordifolia) Sebagai Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Reyhan. 2007. Pengaruh Antibiotik Terhadap Performans Babi. Universitas HKBP Nomensen. Medan.
Sinaga, S. 2010. Peternakan Babi Kereman di Kretok Wonosobo. Artikel
http://blogs-Unpad.ac.id.in.
Teale, C.J., P.K. Martin and G.H. Watkins. 2003. Antimicrobial Sensitivity. UCLA. Tjay, T.H. dan K. Raharja. 2005. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
178