• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Barang

Dalam dokumen Modul DTSD Undang - Undang Pabean (Halaman 150-154)

A. Wewenang Kepabeanan

3) Pemeriksaan Barang

Dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memastikan kebenaran penerimaan pemberitahuan pabean atas barang yang diimpor atau diekspor, maka untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan atau dokumen yang diajukan, pejabat Bea dan Cukai diberikan kewenangan untuk memeriksa barang impor dan ekspor. Bahkan dengan adanya perubahan Undang-undang Kepabeanan yang baru, telah diatur kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas barang tertentu.

Namun mengingat tingginya kegiatan perdagangan internasional, impor dan ekspor, tidak mungkin dilakukan pemeriksaan fisik barang atas semua importasi/eksportasi. Karena jika dilakukan hal ini akan menimbulkan hambatan dalam perdagangan dan mengakibatkan biaya tinggi. Oleh karena itu pemeriksaan fisik barang dilakukan secara selektif. Hanya terhadap party barang tertentu yang memenuhi kriteria tertentu (targetted) yang dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut merupakan salah satu dasar yang digunakan untuk menghitung pungutan Bea Masuk.

Kewenangan pemeriksaan atas barang impor dan ekspor serta sanksi atas pelanggaranya diatur dalam pasal 82 UU Kepabeanan. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan barang impor atau barang ekspor setelah Pemberitahuan Pabean diserahkan.

Pejabat Bea dan Cukai berwenang meminta importir, eksportir, pengangkut, pengusaha Tempat Penimbunan Sementara, pengusaha Tempat Penimbunan Berikat, atau yang mewakilinya menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka sarana pengangkut atau bagiannya dan membuka setiap bungkusan atau pengemas yang akan diperiksa. Jika permintaan sebagaimana dimaksud tidak dipenuhi, maka pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan tindakan sebagaimana dimaksud diatas atas resiko dan biaya yang bersangkutan; dan yang bersangkutan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).

Undang-Undang Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 140

Setiap orang yang salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dalam Pemberitahuan Pabean atas Impor yang mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea Masuk dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 100% (seratus persen) dari Bea Masuk yang kurang dibayar dan paling banyak 1000 % (seribu persen) dari Bea Masuk yang kurang dibayar.

Setiap orang yang salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dalam Pemberitahuan Pabean atas Ekspor yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan Negara dibidang ekspor, dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 100% (seratus persen) dari pungutan negara dibidang ekspor yang kurang dibayar dan paling banyak 1000 % dari pungutan negara dibidang ekspor yang kurang dibayar.

Pasal 82 tersebut memberikan wewenang kepada pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang guna memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan atau dokumen yang diajukan.

Yang dimaksud dengan menyerahkan barang untuk diperiksa adalah menyiapkan barang ditempat pemeriksaan dan menyiapkan peralatan pemeriksaan.

Dalam Undang-undang Kepabeanan yang baru disisipkan pasal tambahan setelah pasal 82, yaitu pasal 82A mengenai pemeriksaan jabatan yang berbunyi sebagai berikut:

Untuk kepentingan pengawasan, pejabat bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan karena jabatan atas fisik barang impor atau barang ekspor, sebelum atau sesudah pemberitahuan pabean disampaikan.

Ketentuan mengenai tatacara sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri. Dalam pasal tersebut yang dimaksud dengan pemeriksaan karena jabatan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat bea dan Cukai karena kewenangan yang dimilikinya berdasarkan undang-undang kepabeanan dalam rangka pengawasan .

Sebagai contoh jika suatu party barang impor terkena jalur merah sehingga harus dilakukan pemeriksaan fisik barang, namun dalam jangka waktu yang ditetapkan (3 hari) importer tidak datang, maka pemeriksaan akan dilakukan sendiri oleh pejabat bea Cukai tanpa dihadiri pemilik barang dengan resiko dan biaya pemeriksaan ditanggung oleh pemilik barang.

Undang-Undang Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 141

Kewenangan pemeriksaan barang oleh Bea dan Cukai juga meliputi kewenangan memeriksa surat.

Dalam pasal 83 disebutkan bahwa surat yang dicurigai berisi barang impor atau barang ekspor yang dikirim melalui Pos dapat dibuka dihadapan sialamat atau jika si alamat tidak dapat ditemukan, surat dapat dibuka oleh Pejabat Bea dan Cukai bersama petugas kantor pos.

Sebagai contoh, pejabat bea dan Cukai mencurigai adanya barang larangan yang disembunyikan/diselipkan dalam surat/kiriman pos. Pejabat Bea dan Cukai tidak serta merta dapat membukanya. Pemeriksaan kiriman pos harus dilakukan bersama-sama petugas pos, atau dilakukan dihadapan si penerima surat.

Pada prinsipnya rahasia surat yang dipercayakan kepada Pos tidak dapat diganggu gugat. Namun dalam prakteknya sering terjadi pengiriman barang yang berukuran kecil dikirimkan dalam surat. Oleh karena itu surat yang dicurigai berisi suatu barang, harus dapat dibuka untuk kepentingan pemeriksaan kepabeanan.

Pembukaan surat itu jika diperlukan, harus dapat dipertanggung jawabkan untuk keperluan pemeriksaan barang tanpa membaca isi suratnya, dan tidak bertentangan dengan rahasia pos. Pembukaan surat tersebut harus dilakukan bersama-sama dengan sialamat atau penerima surat .

Yang dimaksud dengan si alamat adalah penerima surat dalam hal impor, atau pengirim dalam hal ekspor.

Dalam hal sialamat tidak ditemukan, maka pemeriksaan harus didasarkan pada surat perintah dari DJBC dan dilakukan bersama-sama dengan petugas Pos.

Dalam rangka penetapan tariff dan nilai pabean untuk perhitungan bea masuk, pejabat Bea dan Cukai berwenang meminta catatan dan surat menyurat yang berkaitan dengan impor barang.

Kita telah mengetahui bahwa pengajuan pemberitahuan impor bersifat self assessment. Pejabat Bea dan Cukai akan memeriksa apakah pemberitahuan dibuat dengan benar. Oleh karena itu pejabat Bea dan Cukai diberi wewenang memeriksa catatan atau dokumen terkait dan memeriksa serta mengambil contoh barang.

Dokumen terkait dengan impor atau ekspor dapat berupa buku, catatan dan surat-menyurat yang berkaitan dengan pembeilian, penjualan, impor, ekspor, persediaan, atau pengiriman barang yang bersangkutan.

Undang-Undang Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 142

Dalam pasal 84 UU Kepabeanan disebutkan bahwa pejabat Bea dan Cukai berwenang meminta kepada importir atau eksportir untuk menyerahkan buku, catatan, surat menyurat yang bertalian dengan Impor atau Ekspor, dan mengambil contoh barang untuk pemeriksaan Pemberitahuan Pabean.

Pengambilan contoh barang dapat pula dilakukan atas permintaan importir. Misalnya karena data spesifikasi barang yang kurang jelas, maka untuk kepentingan pembuatan pemberitahuan pabean, pihak importer dapat meminta kepada Bea dan Cukai untuk melakukaan pemeriksaan pendahuluan.

Atas penyerahan dokumen atau contoh barang tersebut oleh importir/eksportir akan diberikan tanda bukti penerimaan. Setelah selesai penelitian, buku, catatan, surat-menyurat, atau contoh barang harus dikembalikan kepada pemiliknya.

Apabila permintaan pejabat Bea dan Cukai tersebut diatas tidak dipenuhi, maka pejabat Bea dan Cukai akan menetapkan tarif dan nilai pabean berdasarkan data yang ada. Penetapan seperti ini kemungkinan akan mengakibatkan kerugian bagi yang bersangkutan.

Sebagai contoh jika pemberitahuan harga barang menurut Bea dan Cukai lebih rendah maka pejabat Bea dan Cukai akan meminta bukti terkait seperti kontrak pembelian, bukti tranfer pembayaran, invoice dan sebagainya. Jika yang bersangkutan tidak dapat memenuhinya maka pejabat Bea dan Cukai akan menetapkan harga sesuai ketentuan yang berlaku.

Dalam hal pemberitahuan pabean yang diajukan telah memenuhi persyaratan dan hasil pemeriksaan sesuai dengan pemberitahuan, akan diberikan persetujuan impor. Hal tersebut sesuai dengan bunyi pasal 85 yang isinya bahwa Pejabat Bea dan Cukai memberikan persetujuan impor atau ekspor setelah Pemberitahuan Pabean yang telah memenuhi persyaratan diterima dan hasil pemeriksaan barang tersebut sesuai dengan Pemberitahuan Pabean.

Pejabat Bea dan Cukai berwenang menunda pemberian persetujuan impor atau ekspor dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak memenuhi persyaratan.

Disamping itu diatur juga bahwa pejabat bea dan cukai berwenang menolak memberikan pelayanan kepabeanan dalam hal orang yang bersangkutan belum memenuhi kewajiban kepabeanan berdasarkan undang-undang kepabeanan yang berlaku.

Undang-Undang Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 143

Ketentuan tersebut dimaksudkan bahwa dalam hal orang yang bersangkutan telah memenuhi kewajibannya, pejabat bea dan cukai segera memberikan pelayanan kepabeanan. Sebagai contoh jika orang yang berutang telah memenuhi kewajiban kepabeanannya dengan melunasi utangnya, maka dokumen pabean yang diajukan dapat dilayani kembali.

Ada wewenang baru yang diberikan undang-undang kepabeanan yang baru, yaitu wewenang untuk melakukan pemeriksaan pabean terhadap barang tertentu. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait sebagai barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi. Sebagai contoh pengangkutan barang antar pulau atas komoditi kayu gergajian, pengangkutan BBM (bahan bakar minyak) dan sebagainya.

Pemeriksaan pabean atas barang tertentu diatur dalam pasal 85A sebagai berikut:

(1) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pejabat bea dan cukai dapat melakukan pemeriksaan pabean terhadap barang tertentu yang diangkut dalam daerah pabean.

(2) Pemeriksaan pabean terhadap barang tertentu dapat dilakukan pada saat pemuatan, pengangkutan, dan/atau pembongkaran di tempat tujuan.

Pasal ini memberikan wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan Pemeriksaan Pabean terhadap Barang Tertentu di atas alat angkut, di tempat pemuatan, dan di tempat pembongkaran di dalam Daerah Pabean berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam dokumen Modul DTSD Undang - Undang Pabean (Halaman 150-154)