B. Larangan edan Pembatasan Impor dan Ekspor Serta
2) Pengendalian Barang Impor atau Ekspor Hasil
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi tugas untuk melakukan penangguhan sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor atas dugaan adanya pelanggaran atas HAKI.
Jenis-jenis HAKI yang ada dan telah ditetapkan dengan undang-undang adalah:
Undang-Undang Pabean
DTSD Kepabeanan dan Cukai 114 Hak Cipta (Copy Right) UU Nomor 10 tahun 2003
Hak Merk Dagang (Trade Mark) UU Nomor 15 tahun 2001
Hak Patent UU Nomor 14 tahun 2001
Hak Desain Produk Industri UU Nomor 31 tahun 2001
Rahasia Dagang UU Nomor 30 tahun 2000
Desain Rangkaian Listrik Terpadu UU Nomor 32 tahun 2000
Indikasi Geografis
Berkaitan dengan tugas dan fungsí DJBC sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 54 Undang-undang Kepabeanan, pengendalian barang hasil pelanggaran HAKI meliputi merek atau hak cipta.
Tindakan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melakukan penangguhan sementara waktu pengeluaran barang impor atau ekspor di kawasan Pabean berdasarkan bukti yang cukup, yaitu :
a. Atas perintah tertulis Ketua Pengadilan Niaga setempat
Perintah tertulis tersebut dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi Kawasan Pabean, tempat impor atau ekspor tersebut berlangsung atas permintaan pemilik atau pemegang HAKI.
Dalam hal barang impor tersebut ditujukan ke beberapa kawasan pabean dalam daerah pabean Indonesia, permintaan perintah tersebut ditujukan kepada dan dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi Kawasan Pabean pertama yaitu tempat impor barang yang bersangkutan ditujukan atau dibongkar.
Dalam hal barang ekspor dilakukan di beberapa Kawasan Pabean, permintaan tersebut ditujukan kepada dan dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi Kawasan Pabean pertama yaitu Tempat Ekspor berlangsung.
Permintaan pemilik atau pemegang HAKI sebagaimana disebutkan diatas dengan disertai :
- bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran HAKI (merk/hak cipta) yang bersangkutan
Undang-Undang Pabean
DTSD Kepabeanan dan Cukai 115 - Perincian atau keterangan yang jelas mengenai barang impor / ekspor
yang dimintakan penangguhan pengeluarannya, agar dengan cepat dapat dikenali oleh Pejabat Bea dan Cukai.
- Jaminan
Kelengkapan persyaratan diatas sangat penting dan karena itu kelengkapannya bersifat mutlak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan penggunaan ketentuan ini dalam praktek dagang yang justru bertentangan dengan tujuan pengaturan untuk mengurangi atau meniadakan perdagangan barang-barang hasil pelanggaran HAKI (atas merk/hak cipta) yang bersangkutan.
Praktek dagang serupa itu, yang kadangkala dilakukan sebagai cara melemahkan atau melumpuhkan pesaing, yang pada akhirnya tidak menguntungkan perekonomian pada umumnya. Oleh karena itu, keberadaan jaminan yang cukup nilainya memiliki arti yang penting setidaknya karena tiga hal yaitu :
- melindungi pihak yang diduga melakukan pelanggaran (importir/eksportir) dari kerugian yang tidak perlu.
- mengurangi kemungkinan berlangsungnya penyalahgunaan HAKI
- Melindungi Pejabat Bea Cukai dari kemungkinan adanya tuntutan ganti rugi karena dilaksanakannya perintah penangguhan.
Pejabat Bea dan Cukai setelah menerima perintah tertulis dari Ketua Pengadilan Negeri akan melakukan tindakan :
memberitahukan secara tertulis kepada importir/eksportir atau pemilik barang mengenai adanya perintah penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspornya;
melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor yang bersangkutan dari kawasan Pabean, terhitung sejak tanggal diterimanya perintah tertulis dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Penangguhan pengeluaran barang dilaksanakan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja. Jangka waktu tersebut disediakan untuk memberi kesempatan kepada pihak yang meminta penangguhan agar segera mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Pabean
DTSD Kepabeanan dan Cukai 116
Penangguhan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja berdasarkan alasan dan dengan syarat-syarat tertentu dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama 10 (sepuluh) hari kerja dengan perintah tertulis Ketua Pengadilan Niaga setempat. Perpanjangan penangguhan pengeluaran barang impor/ekspor disertai dengan perpanjangan jaminan.
Atas permintaan pemilik/pemegang HAKI (merk/hak cipta) yang telah meminta penangguhan, Ketua Pengadilan Negeri setempat dapat memberi izin kepada pemilik/pemegang HAKI, guna memeriksa barang impor /ekspor yang diminta penangguhan pengeluarannya. Izin pemeriksaan tersebut dilakukan dalam rangka identifikasi atau pencacahan untuk kepentingan pengambilan tindakan hukum atau langkah-langkah untuk mempertahankan hak yang diduga telah dilanggar. Pemeriksaan tersebut sudah tentu dilakukan dengan sepengetahuan Pejabat Bea dan Cukai. Izin pemeriksaan diberikan setelah mempertimbangkan kepentingan importir/eksportir.
Karena permintaan penangguhan tersebut masih berdasarkan dugaan, maka kepentingan pemilik barang (importir/eksportir) juga perlu diperhatikan secara wajar.
Kepentingan yang dimaksud antara lain :
Kepentingan untuk menjaga rahasia dagang.
informasi teknologi yang dirahasiakan yang digunakan untuk memproduksi barang impor/ekspor.
Dalam hal demikian, pemeriksaan hanya diizinkan secara fisik, sekedar untuk identifikasi atau mencacah barang-barang yang dimintakan penangguhan. Apabila selama penangguhan tidak ada permintaan untuk memperpanjang perintah penangguhan, Pejabat Bea dan Cukai wajib mengakhiri tindakan penangguhan pengeluaran barang impor/ekspor yang bersangkutan, dan segera menyelesaikannya sesuai dengan ketentuan kepabeanan berdasarkan UU Kepabeanan.
Dalam hal tertentu importir/eksportir atau pemilik barang dapat mengajukan permintaan kepada Ketua Pengadilan Niaga setempat untuk memerintahkan secara tertulis kepada Pejabat Bea dan Cukai agar mengakhiri penangguhan dengan menyerahkan jaminan yang sama dengan jaminan yang diserahkan oleh pemilik HAKI. Yang dimaksud dengan hal tertentu tersebut misalnya kondisi atau sifat barang yang cepat rusak.
Undang-Undang Pabean
DTSD Kepabeanan dan Cukai 117
Apabila dari hasil pemeriksaan perkara di depan pengadilan terbukti bahwa barang impor/ekspor tersebut tidak merupakan atau tidak berasal dari hasil pelanggaran HAKI (merk atau hak cipta) pemilik barang impor/ekspor berhak memperoleh ganti rugi dari pemilik/pemegang hak yang meminta penangguhan pengeluaran barang impor/ekspor tersebut. Ganti rugi diperoleh dengan membayar dari jaminan yang telah dipertaruhkan oleh pemilik/ pemegang hak.
b. Penangguhan dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai karena jabatan. apabila terdapat bukti yang cukup.
Tindakan karena jabatan ini dilakukan oleh Bea dan Cukai hanya kalau dimiliki bukti yang cukup bahwa barang tersebut merupakan pelanggaran HAKI (merk/hak cipta). Tujuannya untuk mencegah peredaran barang-barang yang merupakan atau berasal dari hasil pelanggaran HAKI yang berdampak buruk terhadap perekonomian pada umumnya. Dalam hal diambil tindakan karena jabatan ini, berlaku sepenuhnya tata cara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang HAKI (Undang-Undang tentang Merk atau Undang-Undang tentang Hak Cipta). Tindakan Pejabat Bea dan Cukai karena jabatan tersebut dilakukan tanpa perlu menunggu perintah tertulis di Ketua Pengadilan Negeri setempat.
Ketentuan penangguhan pengeluaran barang yang diduga merupakan hasil pelanggaran HAKI tidak diberlakukan terhadap barang-barang tertentu yaitu:
Barang bawaan penumpang
Barang awak sarana pengangkut
Barang pelintas batas
Barang kiriman melalui pos
Undang-Undang Pabean
DTSD Kepabeanan dan Cukai 118
C. BARANG YANG DINYATAKAN TIDAK DIKUASAI, DIKUASAI