• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. DPRD: Sebagai sesama lembaga negara di tingkat daerah, Pemerintah

Daerah dan DPRD memiliki hubungan koordinatif dalam menjalankan tata pemerintahan demokrasi. Di mana DPRD membuat dan mengawasi pelaksanaan Perda, sementara Pemerintah Daerah membuat usulan dan menjalankan Perda. Dalam karena memiliki basis legitimasi yang berbeda, keduanya juga memiliki hubungan kompetitif terkait dengan perencanaan, penganggaran maupun evaluasi kinerja pemerintahan.

endek atan A n tr opolog is Dalam P er encanaan Dan P embia yaan

b. MRP: Mirip dengan hubungan dengan DPRD, dengan MRP, Pemerintah Daerah

juga memiliki dua jalur hubungan; Di satu sisi, sebagai sesama lembaga negara di tingkat Daerah Pemda berkoordinasi dengan MRP dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengambilan kebijakan. Namun di sisi lain karena memiliki sumber legitimasi yang berbeda, Pemda juga memiliki dimensi kompetitif dengan MRP terkait arah dan penilaian kebijakan pembangunan. Pemerintah Daerah akan cenderung berorientasi efektivitas kinerja, sementara MRP akan lebih memilih menekankan aspek kesesuaian dan keselarasan antara arah kebijakan yang diambil dengan sistem nilai dan tradisi budaya lokal.

c. Dunia Usaha: Dengan dunia usaha DPRD memiliki hubungan koordinatif dan

negosiatif yang asimetris—mirip dengan hubungan Pemerintah Pusat dengan dunia usaha. Di satu sisi, Pemerintah Daerah dapat mengatur dunia usaha melalui tata perundangan di tingkat daerah, namun di sisi lain dunia usaha juga dapat mempengaruhi arah pengambilan kebijakan melalui reaksi pasar.

d. Donor-NGO-Lembaga Agama: Hubungan dengan Donor-NGO- Lembaga agama

mirip dengan yang dimiliki oleh pemerintah pusat, yaitu hubungan koordinatif negosiatif. Di satu sisi Pemerintah Daerah dapat mengatur kehidupan lembaga-lembaga ini berdasarkan tata peraturan yang ada di tingkat daerah, namun di sisi lain lembaga-lembaga ini juga memiliki kemampuan mempengaruhi arah kebijakan dengan kapasitas mereka melakukan intervensi pembangunan dan dinamika kehidupan publik, baik dalam arah yang mendukung program pembangunan maupun untuk mengkritik dan menentangnya dengan melakukan mobilisasi opini publik.

e. Publik: Dalam konteks hubungan dengan publik posisi Pemerintah Daerah

secara normatif sama dengan posisi Pemerintah Pusat, yaitu di satu sisi sebagai pemegang amanat kekuasaan yang diberikan oleh publik, dan di sisi lain sebagai pihak yang memiliki wewenang dan kemampuan mengatur kehidupan publik. Bedanya dengan Pemerintah Pusat, posisi Pemerintah Daerah yang lebih dekat secara geografis maupun kultural menjadikan hubungan Pemda dengan publik kompleks, karena fakta bahwa individu para pimpinan dan pegawai Pemerintah Daerah adalah bagian dari publik lokal. Sehingga sangat memungkinkan dalam kasus-kasus perbedaan kepentingan akan terjadi situasi dimana individu yang secara formal merupakan pejabat atau pegawai pemerintah, namun dalam menjalankan tugas lebih menggunakan persepsi dan sentimen sebagai warga publik Papua: misalnya, pegawai pemerintah yang harusnya memberikan layanan yang adil kepada segenap anggota masyarakat, karena dorongan sentimen primordial menjadi mengutamakan kepentingan segmen publik tertentu dimana kebetulan ia menjadi anggotanya.

c. DPRD

a. MRP: Hubungan antara DPRD dengan MRP bersifat diametral, karena sama-sama

ilai Dasar O rang P apua engelola T a ta P emerin tahan ( G o v ernanc e)

DPRD berpijak pada nilai-nilai kepentingan politik sementara MRP berpijak pada nilai-nilai kultural. Dalam konteks kepentingan Papua, kedua lembaga ini berada dalam posisi yang sama yaitu memperjuangkan kepentingan yang sama yaitu aspirasi warga Papua. Namun dalam konteks dimensi kepentingan, keduanya berada pada posisi yang berlawanan, karena DPRD yang berbasis partai politik akan mengikuti aspirasi kepentingan kekuasaan sementara MRP yang berbasis representasi kelompok budaya, agama dan gender berbasis kepada kepentingan tata-nilai budaya.

b. Dunia Usaha: Hubunga DPRD dengan dunia usaha juga merupakan hubungan

asimetri diametral antara dua lembaga partisan (berbasis kepentingan) namun memiliki sumber legitimasi berbeda, DPRD berbasis aspirasi kepentingan politik publik, dunia usaha berbasis ketersediaan kebutuhan barang dan jasa untuk publik. DPRD sebagai lembaga pembuat peraturan perundangan dapat mempengaruhi dinamika pasar melalui peraturan yang dibuatnya. Namun dunia usaha juga dapat mempengaruhi arah kinerja DPRD melalui reaksi pasar. Hubungan DPRD dan dunia usaha bisa lebih kompleks jika menilik kenyataan bahwa DPRD tidak lain adalah kepanjangan partai politik, yang banyak anggotanya berasal dari para pelaku dunia usaha. Sehingga hubungan antara DPRD dengan dunia usaha bisa berkembang menjadi hubungan yang sehat ketika masing-masing pihak bekerja untuk memperjuangkan kepentingan berdasarkan tata aturan main demokratis, namun juga bisa berkembang menjadi hubungan kolusif yang tidak sehat ketika kedua belah pihak memperdagangkan kepentingan dengan mengabaikan kepentingan publik.

c. Donor-NGO-Lembaga Agama: Hubungan DPRD dengan Donor-NGO-Lembaga

Agama juga bersifat asimetris, meskipun tidak terlalu diametral, karena sama-sama berbasis kepada kepentingan publik. Posisi keduanya cenderung hierarkhis, dimana DPRD dapat mengatur kehidupan lembaga-lembaga ini melalui tata perundangan yang dibuatnya. Namun demikian hubungan ini masih menyisakan kemungkinan terjadinya posisi diametral ketika lembaga-lembaga non-formal ini menyuarakan kepentingan publik yang tidak terakomodasi dalam kinerja DPRD. Namun demikian pengaruh Donor-NGO-Lembaga Agama terhadap DPRD lebih bersifat tekanan politik tidak langsung, dan bukan kemampuan veto yang bersifat memaksa.

d. Publik: Hubungan DPRD dengan Publik merupakan hubungan simbiosis

diametral. Di satu sisi publik adalah pemilik kedaulatan politik yang kemudian diserahkan kepada DPRD, sementara di sisi lain DPRD adalah perwakilan publik namun memiliki kemampuan untuk mengatur kehidupan publik. Pada tingkat tertentu hubungan keduanya bisa menjadi kabur, ketika apa yang dinamakan “aspirasi publik” bisa benar-benar suara kepentingan publik yang disampaikan dan ditangkap oleh DPRD, namun bisa juga merupakan kepentingan sepihak DPRD yang diatasnamakan sebagai kepentingan suara publik.

endek atan A n tr opolog is Dalam P er encanaan Dan P embia yaan